“Kau ingin tahu tentang dunia luar?” Kegetiran merusak garis wajah yang terpahat sempurna. Perlu beberapa detak jantung sebelum akhirnya Mike memutuskan untuk menjawab. Lelaki itu ikut memandang ke luar jendela. “Sejujurnya, aku tak yakin apakah lebih baik berada di sini atau di luarsana.”
Iria mengikuti arah pandangan sosok di hadapannya,, memandang ke arah panel kaca yang memisahkan mereka dari kenyataan. Iria menunggu bibir Mike untuk terbuka; menunggu mendengarkan laki-laki itu berbicara. Lalu dia berusaha memperhatian sementara kata-katanya memantul-mantul di tengah kabut di dalam kepala, membuat indra berkabut, mengaburkan pandangan, dan juga konsentrasi.
“Apa kau tahu ini semua adalah gerakan internasional?” tanya Mike kemudian.
Iria menggeleng. Lalu entah kenapa, gadis itu mulai menuturkan cerita tentang dirinya sendiir. Bagaimana dia diseret dari rumahnya beberapa tahun lalu, tepat saat setelah Tatanan Baru mulai berkhotbah sepuluh tahun sejak mereka mengambil alih semuanya.
Dan sejak itu pula. Iria tak tahu bagaiman dunia berkembang dan berjalan. Gadis itu terkurung di empat beton tinggi yang dingin. Menatap kegelapan dan berbicara dengan kepalanya sendiri. Sampai-sampai dirinya sendiri yakin kalau dia orang gila.
Jadi, bagaimana wajah dunia baru yang dikuasai Tatanan Baru sekarang?
Pater menjelaskan, bahwa Tatanan Baru punya kaki tangan di setiap negara, siap menyongsong saat pemimpin-pemimpin mereka diangkat ke tampuk kekuasaan. Katanya lagi, lahan-lahan yang tidak bisa dihuni yang tersisa di dunia sudah di bagi menjadi 29.039 sektor dan setiap bagiannya diatus dan dipegang oleh kuasa yang berbeda.
“Mereka semua membohongi kita, Iria. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri. Keberlangsungan hidup makmur yang digembor-gemborkan adalah fiktif. Mereka masih saja tamak dan rakus untuk memperbutkan wilayah. Menciptakan senjata mengerikan agar tak ada berani yang memberontak.”
“Senjata masal?” tanya Iria bingung.
“Ya, senjata yang akan membuat umat manusia takhluk dan tunduk pada satu rezim saja. dan itu dimiliki oleh Tatanan Baru.”
“Senjata apa itu?”
Mike tak menjawab. Hanya memandang lurus pada Iria dengan tatapan aneh.
“Apa kau tahu, kalau tatanan baru mengatakan harus ada yang mengambil alih, bahwa seseorang harus menyelamatkan masyrarakat dan mengembalikan perdamaian. Apa kau tahu mereka mengatakan bawah mematikan semua suara oporsisi adalah satu-satunya cara untuk menemukan perdamaian yang sesuatu standar. Apa kau tahu semua ini?” tanya Mike.
Dan saat itu Iria hanya bisa membeku. Ternyata dunia memang tidak baik-baik saja dan selalu tidak baik-baik saja sejak dahulu.
Kemarahan, huru-hara, amuk masa. Itu adalah kenangan yang paling membekas.
Gadis itu memejamkan matanya dalam upaya tanpa sadar untuk mencegah bangkitnya kenangan-kenangan buruk. Namun usahanya malah berbalik. Protes. Pengerahan massa. Jeritan-jeritan bertahan hidup.
Di matanya, ia melihat wanita dan anak-anak mati kelaparan, rumah-rumah dihancurkan dan banyak nyawa yang harus terkubur hidup-hidup di dalam reruntuhan.
Pedesaan berubah lanskap terbakar, hasilnya adalah mayat-mayat korban yang membusuk menebar aroma kengerian dan keputusasaan.
Warna merah anggur, dan marun kematian-kematian berbagai nuansa gincu kesayangan ibu. Semuanya, terbenam dan terpulaskan di dalam perut bumi.
Begitu banyak, segalanya, semuanya mati.
Tatanan Baru berjuang mempertahankan pengaruh atas semua orang, melawan pemberontokkan yang tak mau tunduk pada rezim, menghujamkan akarnya sebagai bentuk pemerintahan baru ke seluruh masayarakat internasional.
Dada Iria berdebar tak karuan. Kegetiran semakin pekat ia rasa. Cemas, dan juga alarm marabahaya.
Apa yang terjadi pada orang-orang yang dahulu ia kenal? Bagaimana nasib rumah mereka, orang tua mereka, anak-anak mereka. dia bertanya-tanya, berapa banyak di antara mereka yang telah terkubur di dalam tanah.
Tubuh perempuan itu terasa bergetar. Gugup, dan juga tak nyaman.
“Separah itu kah dunia luar sekarang?”
Mike diam memandang. Wajahnya menunjukkan rasa bersalah yang kental. Tak bisa mempersembahkan kabar baik yang ia saksikan di luar sana.
“Mereka telah menghancurkan semuanya,” kata Mike kemudian. Suaranya berubah khidmat di tengah keheningan. “Semua buku, artefak, segala sisa-sisa sejarah manusia. Menurut mereka ini adalah satu-satunya cara yang tersisa untuk memperbaiki segala yang telah rusak dan hancur. Mereka ini memulai dari awal, dan membentuk aturan-aturan baru dimana kiat diwajibkan tunduk atas semua sistem yang diterapkan. Kesalahan yang dilakukan generasi sebelumnya tidak boleh terulan kembali.”
Dua ketukkan terdengar dari pintu dan membuat Mike juga Iria berdiri dari posisi duduk mereka.
“Apa kita mendapatkan sarapan kita?”
Iria menatap tenang sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Ya, itu sarapan kita.”
“Dan aku perlu menunggu setidaknya lima menit bukan?” Senyum Mike terkembang dan hal itu menular pada Iria.
“Kau cepat belajar. Dahulu aku sangat lihai dalam menyembunyikan rasa laparku, sampai ketukan pintu itu melumpuhkan harga diriku.” Gadis itu memandang ke arah pintu. Tatapannya berubah tajam dan dalam. “Mereka memang sengaja membuat kita kelaparan. Maka dari itu kita juga perlu menunjukkan pada mereka kalau kita tak bisa dikendalikan lewat rasa lapar.”
“Kau benar. Aku tak mau tersengat panas lagi. itu cukup menyakitkan di kulitku.”
Tak ada respon berarti dari Iria. Gadis itu kembali memilih diam menjadu patung.
“Ngmong-ngomong,” ucap Mike memulai kembali obrolan. “AKu masih belum mengerti apa yang menyebabkan kau berada di sini? Kupikir kau tidak terlalu berbahaya.”
“Dan darimana kau menyimpulkan itu.”
“Seperti yang kubilang tadi. Kau terlihat …”
“Cukup. Aku tak mau mendengarnya lagi.”
“Eh, kenapa?”
‘Hal itu membuat jantungku berdebar kencang. Aku takut berharap,’ ucap Iria dalam hati. Gadis itu hanya memberi tatapan kosong.
Sementara Mike menyisakan kurang dari tiga puluh senti di antaramereka. Hanya tinggal melangkah beberapa langkah, mereka akan benar-benar saling bersentuhan.
“Matamu, aku suka matamu. Sangat dalam.” Dia menelengkan kepalanya. “Dan juga sangat tenang. Akuu kadang ingin tahu apa yang kau pikirkan. Kau juga terlihat sangat privasi, apa ada sesuatu yang kau sembunyikan.”
“Semua orang memiliki hal-hal yang tak ingin mereka ceritakan pada orang lain, dan aku yakin kau juga pasti memilikinya bukan?”
“Aku?”
“Ya?”
“Hmm, kau benar. Tapi kau membuatku sangat penasaran. Seperti ada sesuatu di dalam dirimu yang membuatku bertanya-tanya.”
Iria mengedip dua kali. “Simpan saja pertanyaanmu. Aku bahkan tak kenal siapa diriku sendiri. Aku juga kadang bertanya-tanya tentang eksistensiku. Untuk apa sebenarnya keberadaanku di dunia ini dan kenapa sampai sekarang mereka juga belum mengambil tindakan.”
“Tindakan atas apa?” Suara Mike saat berbicara terdengar lucu. Dia menggelengkan kepalanya dan duduk di atas ranjang. “Kau hanya terlalu paranoid terhadap berbagai hal.”
“Itu karena kau tak mengalami apa yang kualami.”
“Memangnya apa yang kau alami?”
Iria mengembuskan napas panjang. “Kau sepertinya tidak mendengar perkataanku saat aku bilang aku tak suka kau mengajukan banyak pertanyaan.”
“Apa itu membuatmu pusing? Kalau begitu, maaf.”
Dahi Iria berkerut. Sebenarnya dia suka banyak ditanya. Hal itu menyebabkannya menjalin interaksi dan banyak berbicara terasa seperti manusia normal. Di kehidupannya yang dahulu, dia jarang berbicara dan lebih banyak berkata dalam hati. Itu karena tak ada orang yang mau mengajaknya bicara.
“Kau benar. Mungkin aku memang sangat mengganggu dan gila. Aku hanya mengaku-ngaku waras.”
Iria menaikkan sebelah alis. “Kau baru menyadarinya? Wah! Kesadaran yang cukup terlambat untuk di sadari.”
Mike tersenyum lagi. lelaki itu suka dengan jenis obrolan yang mereka bawa. “Aku tidak gila, itu tadi hanya bercanda. Aku menganggapnya terlalu serius.”
“Lalu kenapa kau tak mau mengatakan alasan kenapa kau ada di sini?” tantang Iria. Mike tak kunjung menjawab pertanyaan itu. dan karena itu pula membuat Iria ragu untuk membeberkan siapa dirinya.
“Kau juga tidak, kau tak mau mengatakan alasan kenapa kau di sini.”
“Kau akan berlari menjauhiku kalau kau tahu.”
“Aku tidak akan. Bahkan jika aku mau, aku tetap tak bisa melakukannya. Kita terkurung di ruangan ini. dan tidak ada jalan untuk melarikan diri. Iya, kan.”
Iria menggeleng dua kali. menipiskan bibir lalu berlutut, menarik baki yang berisi sarapan mereka dari dalam lubang. Terlihat dua buah kaleng berisi makanan yang tak memiliki bentuk. Seperti kubus berwarna kuning cerah dan juga bercak hijau.
Penampakkan terlihat seperti tak meyakinkan. Terdapat pula asap yang mengepul keluar.
Mike segera bersimpuh di lantai, tepat di seberang Iria. Lalu perempuan itu mengambil satu kaleng miliknya, sementara satunya lagi ia sodorkan pada teman satu sel berwajah tampan dan banyak tanya.
“Ini sarapanmu.”
“Terima kasih. Kuharap rasanya tak seekstrem kemarin.”