“Lama sekali! Dimana belanjaanmu?”
Carla menghapus cepat sisa air matanya saat lengan tangannya ditarik tiba-tiba oleh seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu tirinya sendiri. Belum usai luka yang dirasa sepertinya sayatan baru akan menjadi umpan kedua baginya malam ini.
“Ibu, maaf Carla belum sempat membelinya.”
“APA?”
Wanita itu mencubit keras lengannya hingga beberapa kali Carla mengerang kesakitan. “Kau ini benar-benar tidak berguna! Lalu apa yang kamu lakukan di luar, hah? Terbar pesona? Jadi wanita malam?”
“A-a aku ….”
Carla tidak mungkin menceritakan keseluruhan kejadian yang baru saja dia alami. Ibunya pasti sangat marah dengannya. Bukannya mendapatkan pembelaan dia justru akan dimaki karena terlalu mencintai seseorang sampai sebodoh ini.
“Sudahlah, aku tidak peduli dengan alasanmu—”
Gadis itu bersimpuh di bawah sana, memohon dengan penuh harap.
“Tolong jangan hukum aku kali ini, Ibu. Aku sangat lelah hari ini, aku tidak akan kuat menjalaninya.”
Wanita yang dipanggil dengan sebutan ibu itu menjauhkan kakinya dari jangkauan Carla. “Baiklah, aku tidak akan menghukummu kali ini. Lagipula kau harus dalam keadaan sehat besok pagi. Jika terjadi sesuatu yang buruk maka mereka pasti akan memarahiku.”
Ada kejanggalan dalam hatinya. Ini seperti sulit untuk dipercaya, biasanya dia tidak akan pernah lolos dari jerat hukuman sang ibu, tetapi ternyata tidak dengan hari ini.
Lirikan mata yang berubah menjadi tajam membuat Carla kembali berdiri. “Kau akan menikah dengan juragan Johnson besok.”
Mesin waktu seolah rusak. Kehidupan Carla seketika berhenti saat kalimat di luar nalar terucap dengan santainya. Itu artinya mimpi Carla akan terbuang sia-sia.
Carla menggeleng keras. “Aku tidak mau.”
“Kau gila? Jangan jual mahal! Lihat wajahmu, kulitmu yang menjijikan itu memang siapa lelaki yang mau denganmu? Sudah baik ada pria kaya yang ingin menikahimu, itupun juga karena lekuk tubuhmu yang lumayan, jika tidak aku yakin tidak ada yang mau denganmu.”
Dengarkan bagaimana anggota keluarganya saja mengucilkan gadis itu. Memang tidak pernah ada yang melindungi Carla. Semenjak kematian sang ayah dan ibu kandungnya ia tidak lagi mendapatkan kasih sayang. Ia selalu diperbudak oleh ibu tirinya.
“Berbicara denganmu hanya membuatku darah tinggi, lebih baik aku tidur dan kau pergi ke kamar sekarang juga. Jangan mencoba untuk kabur!”
Sepeninggalan ibunya Carla masih terdiam dengan setiap pertanyaan yang begitu penuh di dalam otaknya. Tanpa disadari air matanya turun begitu deras, sesak rasanya menerima cobaan yang bertubi-tubi dalam waktu yang sama.
“Aku tidak ingin menikah dengan pria itu,” gumam Carla sesekali dengan sesegukan dalam tangisannya. Malam yang buta menjadi saksi kesedihannya.
Bukan tanpa alasan gadis itu menolak perjodohannya, namun ia tahu bahwa pria seperti Johnson itu hanya membutuhkan wanita sebagai pemuas nafsu, bahkan pria itu sudah menikah tiga kali sebelumnya. Ia yakin bahwa nantinya ia akan semakin sengsara.
Kini dalam tidurnya ia merasa sangat tidak nyaman. Memikirkan bagaimana kejadian yang akan terjadi pada hari esok. “Tuhan apakah tidak ada keajaiban untukku?”
Jam terus berputar dan hari mulai mendekati pagi. Fajar akan segera datang. Carla sempat tertidur beberapa saat sebelum akhirnya ia mendengar suara beberapa orang dri luar rumahnya.
“Apakah mereka benar-benar akan menikahkan diriku hari ini juga, Ya tuhan.”
Gadis itu membuka sedikit jendela kamarnya agar bisa mendengar lebih jelas percakapan di luar sana.
Ada tiga pemuda yang tengah berjaga dibagian teras rumahnya. Mereka mengenakan pakaian serba hitam layaknya seorang mafia.
“Gadis itu masih tidur ‘kan?” tanya salah satu pria.
“Iya dia masih tidur. Aku akan membangunkannya jika perias sudah datang.” Itu adalah suara ibunya.
Jantung Carla berdegup begitu cepat. “Tidak-tidak!”
Gadis itu sudah tidak bisa berpikir jernih. Ia memikirkan seribu satu cara untuk bisa kabur dari jangkauan mereka saat ini juga. Carla tidak mau kehidupannya akan berakhir begitu buruk, bahkan jika boleh memilih gadis itu lebih ingin mati saja.
Berjalan mengendap melalui pintu belakang sepertinya tidak akan ada yang mengetahui dirinya.
“Untung tidak dikunci.”
Perlahan pintu mulai terbuka. Matanya menelisik ke arah depan. Dengan hati-hati ia mulai berjalan keluar, sayangnya kakinya tidak sengaja menginjak sebuah sampah botol plastik dan hal itu memicu suara dalam keheningan.
“Carla!” Bariton sang ibu membuat gadis itu menoleh.
“Jangan kabur kau ya!” serunya mewanti-wanti.
Detik selanjutnya Carla tidak peduli lagi, ia terus berlari sekuat tenaga untuk menghindar. Tidak peduli dengan jalanan yang becek. Sudah terlalu jauh ia berlari, namun ketiga orang suruhan dari juragan Johnson masih mengejarnya.
Sejujurnya Carla tidak begitu paham jalanan di sana. Dia tidak pernah dibebaskan untuk keluar rumah oleh ibu tirinya, bahkan saat ini ia sudah memasuki wilayah dengan pepohonan yang cukup lebat.
“Kemana aku harus bersembunyi.”
Ia sudah sangat lelah. Keringatnya dengan bebas bercucuran pada dahinya.
“Carla!” Suara itu kembali terdengar.
Terpaksa ia kembali berlari tanpa melihat seisi kanan dan kirinya. Jalanan yang masih sedikit gelap semakin mempersulit Carla untuk mengetahui dimana keberadaannya sekarang.
Suara binatang buas terdengar membuat Carla membalikkan tubuhnya dan berjalan mundur sedikit demi sedikit. Lepas kendala akan kesadaran kakinya yang membuatnya terpeleset ke arah belakang.
“Argh!”
Byuur.
Tubuhnya terjun bebas begitu saja pada sebuah Teluk kecil yang entah bagaimana ada dalam hutan tersebut.
Tuhan kau telah mengabulkan doaku. Ayah, Ibu kita akan segera bertemu batin carla sebelum kehilangan seluruh kesadarannya.
***
Sementara pada dimensi lain seorang pria dengan gestur tubuh gagah dan berwibawa mengepalkan tangan seketika perasaan tidak enak mulai menyerang dirinya. Dia adalah seorang Alpha paling terhormat yang menempati sebuah pack terkuat di sisi barat dunia Immortal. Pack itu bernama Bright moon pack.
“Ada apa Alpha Aaron?” Sang Betta merasa khawatir saat melihat perubahan wajah dari Alpha-nya.
“Tidak ada. Kita cukupkan pembicaraan hari ini. Besok telusuri semua sisi pack, kalian harus menangkap semua rogue tanpa sisa!”
“Baik Alpha,” ujar semua orang yang ada pada ruangan.
Pria itu meninggalkan ruangan dengan perasaan yang masih gusar. Ia berjalan ke arah jendela dimana jendela tersebut akan mengarahkannya pada wilayah kekuasaan. Matanya tak sengaja melihat sebuah cahaya yang begitu terang dari sisi utara pack padahal saat ini masih tengah malam.
Ada yang aneh, Aaron midlink Jeff padanya.
“Iya kau benar.”
Aku memang selalu benar, Aaron.
Aaron mendengus. “Serigala gila!” Ia memutuskan midlinknya dari Jeff.
Berbicara dengan sisi serigalanya hanya akan membuat emosinya semakin meninggi. Ia memijat pelipisnya. Sambil duduk dia berpikir akan mate-nya yang belum juga ditemukan selama sepuluh tahun lamanya ia menduduki sebagai seorang Alpha di Bright moon pack.
“Moon goddess kapan kau akan mempertemukanku dengan mateku. Sungguh aku sudah sangat menantikan kehadiran seorang Luna untuk berada disisiku setiap harinya.”
Gamma Ben yang tidak sengaja melewati sang Alpha hanya terkekeh geli saat melihat Alpha-nya seperti seorang pria yang galau.
“Ternyata Alpha sepertimu juga bisa menjadi pria yang menyedihkan, ya.”
“Diam Ben! Jangan sampai aku memenggal kepalamu saat ini juga.”
Sekitar nyalinya menciut kemudian ia menunduk dan berpamit pergi dengan rasa ketakutan yang cukup tinggi.
***
Sebuah cahaya yang tidak terlalu terang mulai terlihat ketika seorang gadis membuka matanya perlahan.
“Apa aku berada di neraka sekarang,” ucapnya saat menyadari suasana yang gelap walaupun tidak segelap saat dirinya berada di hutan tadi.
Ia mencoba berdiri. Memandang sekeliling yang terlihat sangat asing dalam pikirannya. Keadaan yang sedikit mirip seperti saat di dunia, namun suasananya saja terasa berbeda.
“Sebenarnya dimana aku sekarang?” gumamnya merasa kebingungan.
Carla memilih untuk berdiri dan melangkah mencari tempat persinggahan yang lebih baik lagi, namun sebelum kakinya melangkah ia mendengar jelas suara lolongan.
“Serigala?”