Tubuhku hanya untuk suamiku, kelak. Itulah janji yang selalu kutanamkan di hati dan otakku. Aku tidak ingin main-main soal itu. Itulah tekadku, seorang Nakumi.
Lalu, suatu hari, seseorang mengelabuiku, hingga aku dipaksa untuk menyerahkan tubuhku. Peristiwa itu tidaklah menghancurkan tubuhku. Tubuhku tetap baik-baik saja. Namun, psikisku hancur berkeping.
Aku ingin berhenti berlari. Tapi, bisikan dari berbagai sisi mendorongku untuk terus berlari.
"Kejar, Nakumi. Masa depan yang lebih baik selalu menanti.”