loader image

Novel kita

Benang Takdir – Bab 5

Benang Takdir – Bab 5

Bab 5
70 User Views

Zen semakin yakin, bahwa Avin jatuh hati pada Zelsa. Sebanyak apapun Avin menyangkal, Zen tetap kekeh mengatakan bahwa Avin suka sama Zelsa, seperti saat ini Zen sedang berdebat dengan Rival perkara Avin yang suka sama Zelsa.

“Val, lo tahu gak? Avin suka ama zelsa,” ucap Zen santai sambil tersenyum lebar.

Uhuk… Uhuk.

Rival yang mendengar ucapan Zen pun langsung tersedak air minumnya. Bagaimana tidak. Selama ini Avin itu seolah anti dengan perempuan dan sekarang Zen mengatakan kalau Avin suka sama Zelsa, hal itu sukses membuat Rival terkejut sampai-sampai tersedak air minumnya.

“Lo gak apa-apa Val?” Tanya Zen dengan wajah panik.

“Lo, kalau ngomong jangan ngaco deh Zen,” sahut Rival yang masih tidak percaya bahwa Avin bisa suka sama seorang cewek.

“Gua berani sumpah,” ucap Zen serius dengan mengacungkan kelima jarinya.

Pagi ini Zen bertemu Rival di kantin, setelah hampir seminggu tidak bertemu, akhirnya pagi ini mereka bisa bertemu dan sarapan bareng.

Selama seminggu ini memang Zen dan Avin disibukkan dengan kepramukaan yang akan mengadakan kemah, sedangkan Rival disibukkan dengan basketnya yang sebentar lagi akan menghadapi pertandingan.

Jadilah mereka bertiga jarang menghabiskan waktu bersama.

Karena Rival merasa penasaran dengan ucapan yang dilontarkan Zen, akhirnya Rival meminta Zen untuk menjelaskan bagaimana awal mulanya Avin bisa suka dengan Zelsa. Selama Zen menceritakan semuanya mulai dari A-Z, Rival mendengarkan dengan seksama sambil menikmati makanan yang tadi ia pesan.

“Tunggu, Zelsa itu yang Avin tolong pas di kantin itu kan?” tanya Rival yang memotong pembicaraan Zen secara tiba-tiba.

“Betul sekali,” jawan Zen penuh keyakinan, lalu ia pun melanjutkan bercerita pada Rival hingga bel masuk kelas berbunyi.

“Lanjut tar aja, kita masuk kelas dulu!” ajak Rival yang sudah bersiap pergi meninggalkan kantin, Zen pun mengekor Rival menuju kelas.

Di jam pelajaran berlangsung semua murid mengikuti dengan tenang dan khidmat. Rival, Zen, dan Avin juga memperhatikan pelajaran yang sedang dijelaskan oleh guru dengan seksama. Saat jam pelajaran pertama selesai, tanpa sengaja mata Avin melihat Zelsa yang kesusahan membawa setumpuk buku paket. Dengan sigap Avin keluar kelas dan menghampiri Zelsa.

“Butuh bantuan?” Tanya Avin dengan datar, membuat Zelsa yang membawa setumpuk buku pun terkejut dan limbung. Buku yang tadi ia bawa pun berserakan jatuh.

Beruntung saat tubuh Zelsa limbung Avin sigap menangkap, sehingga tubuh Zelsa tidak membentur lantai.

Sejenak manik mata mereka saling bertemu, membuat Avin terpaku dengan manik mata yang sebening embun serta menyejukkan. Manik mata hazel yang mampu membuat Avin tersihir setiap kali tatapan mereka bertemu.

Zelsa segera memutus pandangan mata dari Kak Avin dan segera memunguti buku-buku yang jatuh berserakan. Avin pun membantu Zelsa memunguti buku-buku tersebut lalu mengambil alih buku yang ada di tangan Zelsa untuk ia bawa.

“Mau dibawa kemana bukunya?” Tanya Avin.

“Em, ke perpus kak,” jawab Zelsa sambil menunduk karena Avin selalu bernada datar dan bersikap dingin, membuat Zelsa sedikit gugup.

‘Ni orang apa kulkas sih?’ batin Zelsa yang sedang berjalan tepat di belakang Avin.

Sesampainya di perpus Avin mengekori Zelsa yang menghampiri petugas Perpustakaan. Setelah itu Avin meletakkan buku-buku yang tadi ia bawa ke meja yang ditunjuk oleh petugas perpustakaan itu. Zelsa membantu menata buku-buku yang tadi Kak Avin bawa, sedangkan Avin diam-diam mencuri pandang pada Zelsa yang tengah sibuk menata dan menghitung bukunya.

“Bu permisi, bukunya sudah lengkap dan sudah saya tata rapi. Saya permisi dulu,” ucap Zelsa sopan sekaligus berpamitan pada penjaga perpustakaan itu.

“Oh iya, silahkan,” jawab Bu Dela selaku penjaga perpustakaan dengan senyum yang mengembang sempurna pada bibinya.

Avin dan Zelsa keluar dari perpus bersamaan dan bertepatan mereka berdua keluar ada Kak Radit yang tiba-tiba melintas di depan perpus.

Radit yang mengetahui Zelsa keluar dari perpustakaan segera menghampiri dan menyapanya.

“Zelsa” sapa Kak Radit dengan

menampilkan senyumannya.

“Kak Radit, kok ada di sini?” Tanya Zelsa penasaran.

“Oh, tadi itu gue ambil flashdisk di ruang Osis” jawab Radit santai sambil menunjukkan flashdisk yang ia bawa.

Zelsa pun menanggapi dengan ber “oh-ria” saja. Sedangkan Avin diam dengan ekspresi datar serta menatap tajam pada Radit. Sedangkan Radit yang tidak merasa ditatap dengan tajam itu justru dengan santainya menggandeng tangan Zelsa dan mengajaknya pergi.

“Cih, liat aja tar,” gumam Avin pelan sambil berdecih.

Avin menatap Zelsa dan Radit yang semakin menjauh dengan pandangan yang sulit diartikan, lalu ia pun kembali ke kelasnya.

Sesampainya di kelas, Avin sudah disambut dengan tatapan tajam dan penuh tanya oleh Zen dan Rival. Avin paham, bahwa sohibnya itu meminta penjelasan padanya.

Bukannya memberi penjelasan, Avin justru duduk dengan santai tanpa berniat menjelaskan pada kedua sohibnya itu dan membuat mereka pun mendengus sebal.

Jam pulang sekolah tiba, seharusnya hari ini ada rapat terakhir yang membahas mengenai perkemahan minggu depan, tetapi Avin menunda rapatnya sampai besok dan Radit pun menyetujui.

Radit yang keluar dari kelasnya langsung berjalan menuju kelas Zelsa. Sesampainya disana ternyata gadis itu masih asik mengobrol dengan Dena. Tanpa menunggu, Radit pun masuk ke kelas dan menghampiri Zelsa, berniat mengajak gadis itu pulang bersama.

“Zel. Pulang bareng yuk!” ajak Radit tanpa basa-basi sambil tersenyum pada Zelsa dan Dena.

“Eh, Kak Radit,” jawab Zelsa setengah terkejut, lalu gadis itu pun tersenyum manis.

“Zel, gue pulang duluan ya,” pamit Dena sambil mengedipkan sebelah mata pada Zelsa berniat menggoda sahabatnya yang sedang berbunga-bunga hatinya.

Kini tinggal Zelsa dan Radit dalam ruangan itu, suasana mendadak hening dan canggung menyelimuti mereka berdua. Hingga Radit membuka suara untuk memecah keheningan yang terjadi.

“Zel, yuk kita pulang!” ajak Radit sambil mengulurkan tangannya pada Zelsa, dan Zelsa pun meraih uluran tangan Radit lalu berjalan menuju parkiran dengan jemari tangan yang saling bertautan.

Ketahuilah jantung Zelsa berdegup dengan tidak normal. Tapi ada sesuatu hal yang aneh dalam hati Zelsa, ia tidak merasakan getaran dalam hatinya saat bersama Radit, cowok yang selama ini ia sukai.

“Kak nanti antar sampai pertigaan samping rumah seperti kemarin yah,” pinta Zelsa pada Radit.

“Loh kenapa hanya sampai pertigaan Zel?” Tanya Radit keheranan.

“Kalau ayah tahu, aku pulang diantar cowok bisa bahaya kak,” jawab Zelsa dengan cemas.

Radit terdiam, berpikir sejenak. Dan beberapa detik kemudian akhirnya Radit setuju, ia melanjutkan langkahnya menuju parkiran bersama Zelsa.

“Iya oke,” jawab Radit menyetujui.

Kemarin Radit tidak jadi mengantar Zelsa, karena gadis itu menolak. Akhirnya kemarin Radit mengalah dan sebagai gantinya hari ini dia yang mengantar Zelsa pulang.

Tanpa Zelsa dan Radit sadari ada seseorang yang memperhatikan mereka dari jauh. Zelsa dan Radit berjalan menuju parkiran di mana motor Radit berada. Radit membantu Zelsa naik ke atas motor sportnya dan tidak lupa memakaikan helm pada Zelsa. Banyak pasang mata yang berada di parkiran itu menatap ke arah mereka dengan tatapan yang berbeda-beda.

Motor Radit pun melaju pelan menuju gerbang, saat melewati Avin dan kawan-kawan pun Radit membunyikan klaksonnya. Melihat Zelsa yang di bonceng Radit, mendadak membuat dada Avin sesak dan emosinya kembali tersulut. Avin pun langsung pamit pulang.

“Gua cabut dulu,” ucap Avin sambil memakai helmnya

“Cemburu bilang boss,” sarkas Rival sambil tersenyum devil pada Avin.

“Berisik!” ketus Avin lalu melajukan motor sport kesayangannya dan hengkang dari parkiran meninggalkan teman-temannya.

“Zel, pegangan yah, biar gak jatuh!” perintah Radit yang akan menambah kecepatan laju motornya. Zelsa hanya menurut perintah Radit, lagi pula itu demi keselamatannya juga.

Radit yang mendapati kedua tangan zelsa melingkar pada pinggangnya pun tersenyum lebar, lalu semakin menambah kecepatan laju motornya yang membuat Zelsa semakin erat memeluk Radit dari belakang.

Tiba-tiba saat di tengah jalan hujan deras mengguyur, terpaksa Radit menepikan motornya dan mengajak Zelsa berteduh lebih dulu. Baju seragam Zelsa sedikit basah, dengan cekatan Radit melepas jaket yang ia kenakan lalu menyampirkan pada bahu Zelsa sambil tersenyum hangat pada gadis itu.

“Pakai ya biar gak kedinginan,” ucap Radit lembut, dan Zelsa hanya mengangguk patuh. Pada saat itu Radit melihat pipi Zelsa bersemu, hal itu membuat Radit tersenyum simpul.

“Imut,” guamam Radit sangat pelan.

Zelsa langsung memalingkan wajahnya ke samping saat merasakan kedua pipinya panas. Zelsa yakin sekarang pasti pipinya sudah seperti tomat,walaupun Zelsa menyembunyikannya dari Radit ternyata cowok itu tahu jika Zelsa sedang tersipu.

“Cie blusing cie,” ledek Radit sambil tersenyum jahil pada Zelsa.

Zelsa pun langsung menunduk malu karena ketahuan sedang tersipu. Apalagi Radit meledeknya makin malu Zelsa di buatnya. Setelah itu suasana hening kembali menyelimuti mereka berdua dan hanya ada suara air hujan yang mendominasi. Tanpa sadar hujan sudah reda, Radit mengajak Zelsa untuk pulang sebelum hujan turun lagi.

Kini Radit sudah sampai di pertigaan samping rumah Zelsa, sesuai permintaan gadis itu. Segera Zelsa turun dari motor Radit dan tidak lupa ia mengucapkan terima kasih pada Kak Radit sambil mengulas tersenyum manis.

“Makasih ya kak,” ucap Zelda sambil menyerahkan helmnya.

“Iya sama-sama,” jawab Radit sambil menganggukkan kepala.

“Masuk gih zel! tar lo kedinginan,” lanjut Radit sambil mengacak pucuk kepala Zelsa, lagi-lagi Zelda di buat tersipu karena perlakuan Radit yang begitu manis. Zelsa pun langsung mengangguk patuh dan melangkah menuju rumahnya.

Setelah memastikan Zelsa masuk ke rumah, Radit segera melajukan motornya dan pergi dari sana untuk menuju rumahnya sendiri. Tanpa Radit sadari ada seseorang yang sejak tadi mengikuti serta memperhatikan dirinya dan Zelsa dari jarak jauh.

Zelsa pun memasuki ruang tamu dengan langkah santai dan berniat segera masuk ke kamarnya, tetapi suara bariton yang sangat ia kenal menginterupsi langkahnya dan mau tidak mau Zela pun menghentikan langkahnya.

“Pulang sama siapa Zel, dan itu jaket siapa?” Tanya Rafael, ayah Zelsa sambil menatap putrinya tajam.

Deg!

Benang Takdir

Benang Takdir

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Setiap manusia pasti pernah mengalami jatuh cinta begitupun dengan remaja cowok bernama Avicenna Dalto Mandaleev. Ia jatuh cinta pada teman satu angkatan di SMA tempat ia bersekolah. Sayangnya gadis yang ia cintai telah memiliki seorang kekasih. Avin sendiri tidak menyerah ia memperjuangkan perasaannya menggunakan jalur langit. Avin sendiri remaja masa kini yang memiliki prinsip sedikit unik "Jika cinta pada seorang gadis nikahi bukan pacaran" Sebuah fakta terungkap membuat gadis yang Avin cintai putus dengan kekasihnya. Rahasia besar kini telah terbongkar. Lalu apakah perjuangan Avin akan membuahkan hasil atau justru mereka tidak di takdirkan bersama?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset