loader image

Novel kita

Bertahan Atau Melepaskanmu – Bab 5

Bertahan Atau Melepaskanmu – Bab 5

Interogasi
74 User Views

Lusa ada sih acara, tapi … kamu serius ikut gabung?” Sinta menatapku seakan ragu.

“Mau dong, serius banget malahan.” jawabku cepat.

“Gw sih oke aja ngajak kamu say, cuma apa tidak masalah dengan keluarga kamu nantinya?” ujar Sinta lagi, “elu kan tau sendiri, pekerjaan gw selalu pulang pagi, klo gw mah udah biasa dengan mulut tetangga. Gw gak peduli! Anak gw lebih penting untuk di biayai, tidak mungkin selalu berharap sama Mak dan Bapak di kampung, kan.” jelas sinta.

“Iya say, gw paham kok, tapi gw juga pingin bisa cari duit sendiri. Bayangkan, Bokap gw sampai detik ini kagak ada kirimin duit sementara kita butuh biaya. Saat ini aja, Kakak sulung gw yang diandalkan sama nyokap, tapi klo gw udah punya penghasilan sendiri nyokap juga gak perlu pusing mikirin biaya buat gw.”

“Oke. Sekarang gw tanya, keluarga lu tau gak kalau elu kerja apa?”

Aku terdiam sesaat, “Belum sih, tapi lu tenang aja itu biar jadi urusan gw, yang penting gw bisa ikutan ya Sinta, please.” Aku terus memohon.

“Baiklah, tapi ingat, bila ada penolakan dalam keluarga elu, tolong jangan libatkan gw karna niat gw cuma mau menolong supaya elu say,” Sinta menunjukku “punya penghasilan sendiri.” tegasnya.

“Pasti. Pasti itu, tenang aja.”

Setelah mengeluarkan keraguannya, Sinta pun mulai menghidupkan motor miliknya pergi meninggalkan Mall dan mengantarkanku pulang.

*

Dari mana saja kamu, Ani?”

Baru saja Aku melangkah masuk ke dalam rumah, langsung mendapat sambutan dari Mama yang tengah duduk diruang tengah.

“Dari rumah teman.” jawabku sambil membawa langkah masuk ke dalam kamar, tapi Mama ternyata mengikuti langkahku seraya mencengkram lenganku.

“Teman yang mana? Kamu nginap dirumah siapa!” lagi, Mama bertanya dengan suara keras hingga membuat Kak Deni yang memang masih dirumah pun turut hadir, nyaliku menciut seketika melihat kehadirannya.

“Ani nginap dirumah teman Ma, dan sekarang Ani juga ikut kerja bersama dia.” jawabku sedikit bergetar.

“Kerja? Kerja apa kamu?” kali ini kak Deni yang bertanya seraya menautkan alis.

“Lalu sekolah kamu bagaimana?” timpal mama tak kalah terkejutnya.

Aku diam sesaat, “Ani sudah gak mau sekolah lagi, Ma.” jawabku pelan.

“Apa!”

Sontak Mama serta Kak Deni terkejut dengan pernyataanku.

“Apa yang membuat Kamu tidak mau sekolah lagi? Kak Deni bertanya lagi, “trus kamu kerja dimana? Penuh menyelidiki menatap tajam.

Aku tertunduk dengan mata yang mulai liar mencari jawaban, klo aku katakan pekerjaan yang sesungguhnya, sudah pasti Kak Deni takkan setuju sehingga membuatku harus mencari jawaban dengan dibumbui kebohongan.

“Sekarang … Ani bekerja sebagai pelayan toko, Kak.” jawabku pelan tak berani menatap kearah Kak Deni.

“Pelayan toko? Kamu ini, bukannya mikirin sekolah malah bekerja! Setiap hari Mama kan selalu kasih kamu uang saku, apa kurang?”

Aku diburu dengan pertanyaan yang sebelumnya tidak terfikirkan olehku, seperti seorang penjahat yang diinterogasi karna kesalahannya. Ayo ani, berfikirlah, bathinku. Bila Aku tidak bisa menjawabnya, segala kebohongan dan pundi-pundi rezeki yang sudah didepan mata akan hilang dalam sekejap.

“Toko saudara teman Ani, Kak. Kemaren itu mereka mencari karyawan pengganti untuk menjaga toko bajunya, karna karyawannya sedang sakit dan sudah seminggu tidak masuk, makanya Ani menawarkan diri untuk bekerja.”

Kebohongan memang akan membuat kita menutupi dengan kebohongan lainnya, hingga terangkai sebuah kalimat. Dengan berusaha menutupi rasa gugup, aku menjawab setiap pertanyaan dari Kakakku itu, sedangkan Mama hanya termangu menatap kearahku.

“Mau jadi apa Kamu, Ani. Sampai kapan Kamu akan bekerja menggantikan karyawan temanmu bila dia sudah kembali bekerja, apa yang akan Kamu lakukan selanjutnya?” Mama menatap sendu kearahku.

“Kamu, baru masuk sekolah tapi sudah malas. Lebih baik kamu fikirkan lagi, jangan sampai menyesal nantinya.” ujar Kak Deni lagi seraya menoleh kearah Mama, “Besok Mama harus pergi ke sekolahnya Ma, pasti ada sesuatu yang ditutupinya makanya dia tidak mau melanjutkan masuk sekolah. Sekarang Deni harus berangkat kerja dulu.”

Mama mengangguk, “Iya, kamu hati-hati berkendara.”

“Iya, Ma.”

Kak Deni pun keluar dari kamarku.

Untuk sesaat Aku selamat namun, Aku nanti harus memutar otak agar lepas dari amukan Kakakku itu. Terdengar suara motor Kak Deni telah menjauh, kini hanya tinggal aku dan Mama.

“Besok Mama antar kamu ke sekolah, ya-”

“Mau ngapain lagi, Ma? Kan Ani sudah bilang, kalau sekarang ini Ani maunya bekerja.”

Aku lantas memotong kalimat Mama dengan ketus, rasanya gerah ditanya seputar itu terus seolah menekanku dengan kemauan mereka, bila Kak Deni mendengar jawabanku yang kasar kepada Mama, sudah pasti dia tidak akan mengampuni. Mendengar penolakanku, membuat Mama hanya mampu terdiam kebiasaan Mama yang selalu mengalah bila Aku sudah meninggikan suara. Setelahnya, Aku pun berlalu ke dapur dan membuka tudung saji yang terletak diatas meja.

Selesai makan, Aku kembali masuk ke kamarku sementara Mama sudah berada di ruang tamu duduk seorang diri. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, aku langsung masuk dan mengunci pintu dari dalam.

Sejak kemaren aku tidak memperdulikan ponselku, setelah berada di dalam kamar, Aku segera mengeluarkan ponsel dari dalam tas dan ternyata telah mati, daya yang sudah habis. Langsung saja aku mengisi daya setelah 15menit, ponsel pun segera aku aktifkan, terdapat belasan panggilan dari Kak Deni dan juga Mama. Aku abaikan semuanya, aku pun membuka pesan yang baru masuk, dari Sinta.

(“Jangan lupa lusa jam dua siang kita jalan ya, say.”)

“Ok say. Aku pasti datang, uang masuk.” jawabku dengan dibubuhi emotion love.

*

*

Kriiing!

Alarm ponsel milikku berdering, dengan perlahan aku membuka mata mengecek sudah pukul berapa saat ini.

“Jam sebelas” lirihku namun, tiba-tiba aku teringat sesuatu, “Mati aku! Bisa-bisanya aku ketiduran.” Ralat, biasanya juga aku memang susah bangun pagi kalau pun iya, sudah pasti ada andil drama dari Mama.

Aku lantas meloncat dari tempat tidur, dengan tergopoh-gopoh aku masuk ke kamar mandi. Setelah membersihkan diri dan menyiapkan segala keperluan untuk menginap untuk beberapa harj, aku pun keluar dari dalam kamar dengan menenteng tas di tanganku.

Mau kemana kamu ani, kok, bawa tas segala.”

Mama yang baru pulang dari warung pun terpana melihat perlengkapanku, karna tak mendapat jawaban karna aku langsung mengisi perut, Mama segera membuka tas yang aku gunakan. Alangkah terkejutnya Mama melihat isi didalam tas.

“Kamu mau kemana lagi, Ani? Kenapa bawa baju segala?”

“Ani kan udah bilang Ma, Ani sekarang sudah kerja. Hari ini Ani dapat shif malam jadinya Ani nginap di rumah teman, mana ada bus lagi kalau pulang.”

“Kakak kamu bisa menjemput, katakan saja dimana dan apa nama toko tempat kamu kerja!”

Bertahan Atau Melepaskanmu

Bertahan Atau Melepaskanmu

Score 10
Status: Completed Type: Author: Released: 2023
Cerita ini mengisahkan seorang gadis yang kehilangan arah. Berprofesi sebagai penyanyi di kampungnya, hidup yang bebas di atas kemauan sendiri membuat Suryani harus menanggung akibat dari perbuatannya. Hamil di usia Dini! Memaksa Suryani harus segera menikah. Pendidikan yang berantakan hingga perselingkuhan dari Sang Suami membuat Suryani semakin rapuh. Mempunyai keluarga yang utuh namun, bercerai berai membuat Suryani hilang arah, hingga dekapan dari Sang Ibu dan Kakak lelakinya yang selalu menyayanginya lah yang membuat Suryani mampu bertahan menjalani takdir. Kehadiran kembali Mantan Suami, Aldira. Berniat untuk kembali rujuk membuat Suryani semakin dilema untuk menerima kembali cinta dari mantan Suami atau merelakannya. Berada di persimpangan antara keinginan anak, hingga mantan suami yang berusaha meraih kembali serta trauma hingga membuat Suryani memutuskan kembali memulai dari kesalahan di masa lalu. Akankah Suryani menerima per mintamaafan dari sang mantan suami? Ikuti kisahnya, yuk

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset