loader image

Novel kita

(Bukan) Suamiku – Chapter 3

(Bukan) Suamiku – Chapter 3

Pernikahan
96 User Views

Tidak lama kemudian, Joseph membawa ice cone rasa coklat kepada Juliana.

“Ponselmu jatuh,” ujar Juliana begitu Joseph datang dengan es krim di kedua tangannya. Juliana memberikannya setelah Joseph memberikan ice cone kepadanya.

Juliana tidak bertanya apapun tentang panggilan telepon tadi. Ia tidak ingin kebersamaan mereka yang singkat diganggu dan malam harinya Joseph mengajak Juliana untuk makan malam romantis disebuah restoran. Tidak lupa Joseph memberikan bunga dan Juliana begitu senang. Selama di New York mereka melewatkan hari-hari yang sangat menyenangkan dan sangat berkesan bagi Juliana. Ia berkali-kali mengucap syukur memiliki calon suami yang begitu mencintainya, baik, dan perhatian kepadanya. Hingga tiba saatnya Joseph harus kembali ke Italia untuk mengurus pekerjaan.

“Kau akan ke mana?” tanya Juliana dengan perasaan bingung saat melihat Joseph yang tiba-tiba mengemasi pakaian di dalam kamarnya.

“Aku harus kembali ke Italia, ada beberapa pekerjaan yang masih perlu untuk aku urus, jadi aku kembali ke Italia lebih cepat,” jawab Joseph dengan lembut sambil mengangkat kepalanya menatap Juliana.

Juliana terkejut seharusnya Joseph berada di New York dua hari lagi, meskipun kecewa dan sedih Juliana tidak bisa berbuat apa-apa. “Jangan lupa dengan hari pernikahan kita!”

Joseph mendekati Juliana. Ia menangkup wajah Juliana dengan kedua tangannya. “Jangan sedih! Aku pasti akan kembali. Aku akan datang di hari pernikahan kita,”kata Joseph menenangkan, lalu memeluk Juliana.

“Baiklah. Aku akan menunggumu.”

Julian tiba-tiba memasang raut wajah cemberut. “Awas ya jangan coba-coba bermain wanita di belakang.”

Joseph terkekeh. “Aku senang kamu cemburu. Tidak perlu khawatir, aku tidak mungkin melakukan hal itu. Aku ini tipe pria setia, jadi tidak akan melirik wanita lain. Cintaku ini sudah semuanya aku berikan padamu.”

“Aku percaya padamu.”

Joseph memeluk Juliana dengan sangat erat dan Juliana semakin membenamkan tubuhnya dalam pelukan hangat Joseph. Ia nanti akan sangat merindukan Joseph.

“Jika kamu sudah sampai di Italia, secepatnya hubungi aku.”

“Tentu.” Joseph membelai rambut Juliana dengan lembut, lalu mengecup kening Juliana dengan penuh kasih sayang.

Keesokan paginya tiba saatnya Joseph harus kembali ke Italia meninggalkan Juliana di New York, karena harus mengurus pekerjaan. Ia kemudian berpamitan pada ayah dan adiknya Juliana.

“Hati-hati di jalan!”ucap Diego.

Sebelum pergi, Joseph memberikan salah satu kartu kreditnya untuk digunakan oleh Julian untuk membeli keperluan pernikahan. Juliana menerimanya dengan senang hati. Joseph memutuskan pergi ke bandara sendirian menggunakan taxi.

***

Setelah kepergian Joseph, Juliana disibukkan dengan persiapan pernikahan. Ia harus mengurus segala hal untuk pesta pernikahannya. Reina turut membantu Juliana memikirkan dekorasi pernikahan. Reina beberapa kali melihat beberapa akun sosial media pemilik dekorasi pernikahan yang bagus dan cocok untuk kakaknya Juliana.

“Kakak ingin konsep yang seperti apa?”tanya Reina yang pada saat itu sedang duduk di atas sofa berwarna merah tua sambil terus menatap ponselnya.

“Aku menginginkan pesta kebun saja.”

Reina mengangguk mengerti.

“Apakah kamu sudah menemukan yang bagus?”tanya Juliana yang sedang duduk di kursi besar lainnya sambil menatap layar tablet yang ada di atas meja persegi.

“Tentu,”balas Reina yang segera bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah tempat di mana Juliana berada. Gadis itu segera memperlihatkan sebuah gambaran yang ternyata itu buatan Reina sendiri. Gadis itu memang gemar menggambar.

“Wah sangat bagus, aku suka!” kata Juliana setelah dia melihat gambar adiknya.

“Bagus, bagaimana kalau sekarang kita mencari gaun pengantin untuk dirimu? Kamu harus menyiapkan itu dan harus menjadi wanita yang paling cantik di pesta pernikahan. Kamu harus membuat Joseph benar-benar kagum dengan dirimu, Kak!”

Reina terlihat sangat senang. Dialah yang begitu excited akan semua hal yang nantinya Juliana lakukan.

“Baiklah. Mari kita mengunjungi beberapa butik, aku akan mengambil tas di dalam kamar dulu ya,”ujar Juliana dan bangkit dari kursinya.

Juliana segera bangkit dari duduknya dan bergegas masuk kamarnya. Reina segera menduduki kursi kakaknya dan menunggu.

***

Juliana mengendarai mobil ayahnya. Reina sedang asik memainkan ponselnya di kursi penumpang di sampingnya. Tidak lama kemudian mereka sampai di butik. Mereka memasuki salah satu butik pengantin terkenal di New York. Keduanya takjub melihat berbagai macam koleksi gaun pengantin yang dimiliki butik itu. Pelayan toko menyambut mereka dengan ramah. Juliana langsung mengutarakan keinginannya untuk membeli sebuah gaun pengantin.

Pelayan toko segera menunjukkan berbagai koleksi gaun yang dipajang. Juliana bingung memilih. Pelayan toko memberikan brosur gaun pengantin pada mereka berdua. Juliana dan Reina duduk di sofa melihat brosur itu sampai kemudian Juliana terpikat oleh sebuah gaun putih yang terlihat sederhana namun tampak anggun dan elegan. Juliana sangat menyukainya dan ia meminta pendapatnya pada Reina.

“Gaun itu sangat bagus. Aku suka.”

“Benarkah?”

Reina mengangguk. “Pasti Kakak akan sangat cantik memakai gaun itu.”

Juliana memutuskan untuk membelinya dan pelayan toko segera mengambil gaun itu untuk dicoba.

“Wah, Kak! Seleramu bagus juga, ya,” kata Reina ketika melihat gaun pengantin yang baru saja dibawa oleh pelayan toko.

Juliana langsung mencobanya. Reina dan pelayan toko terpesona oleh kecantikan Juliana.

“Wow, Kakak sangat cantik. Gaun itu cocok untukmu. Bagaimana kalau kita memperlihatkannya pada Joseph?”tanya Reina.

Juliana setuju. Ia langsung melakukan panggilan video. Mereka sudah tidak sabar Joseph menerima panggilan dan memperlihatkan gaun yang dikenakan Juliana. Joseph menerima panggilan itu.

“Ada apa? Aku sedang sibuk kerja.”

“Aku tidak akan lama-lama. Aku hanya ingin memperlihatkan gaun pengantin padamu.”

Reina mengambil alih ponsel Juliana dan mengarahkannya pada Juliana.

“Kamu terlihat sangat cantik memakai gaun itu.”

“Apa kamu menyukainya?”tanya Juliana.

“Iya. Tentu saja.”

“Aku akan memakai gaun ini di hari pernikahan kita.”

“Aku sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan kita.”

“Aku tidak ingin mengganggu waktu kerjamu lagi. Sampai jumpa.”

Juliana memutuskan sambungan teleponnya dan membeli gaun itu. Tidak terasa setelah mereka keliling banyak tempat, hari sudah hampir malam.

“Kita makan dulu ya?” ajak Juliana kepada Reina.

Reina mengangguk dan sudah merasa lapar juga. Mereka pergi ke sebuah cafe. Mereka duduk di kursi memilih menu, lalu menunggu hidangan datang.

“Kak, sebenarnya di mana pertama kali kamu bertemu dengan Joseph?” tanya Reina penasaran.

“Di Venesia, mana lagi?”

Juliana kemudian bercerita bagaimana ia bisa sampai bertemu. Reina sangat terkejut setelah kakaknya selesai bercerita.

“Tapi waktu Kakak jatuh ke kanal tidak apa-apa, kan?” tanya Reina yang terlihat cemas.

“Untungnya tidak apa-apa, karena ada Joseph yang menolongku.”

Pandangan mata Julian tiba-tiba meredup. “Kalau tidak ada dia, entah bagaimana nasibku.”

“Joseph memang luar biasa. Joseph itu orang yang seperti apa? Sehingga dapat membuat dirimu tergila-gila dengannya?”

Juliana terdiam sejenak saat dia mendengar pertanyaan dari Reina.

“Dia pria yang lembut, penyayang, dewasa, romantis,” jawab Juliana yang tiba-tiba melamun seperti sedang membayangkan sesuatu sampai wanita itu tersenyum sendiri.

Reina tersenyum senang saat melihat kakaknya Juliana begitu bahagia. Mereka menghabiskan waktu malam dengan bercerita dan makan bersama membicarakan seorang pria yang begitu berarti bagi Juliana.

***

Satu bulan kemudian

“Apa calon suamimu sudah kembali dari Italia?” tanya Diego pada Juliana, saat anaknya itu pulang mengajar.

Juliana mengangguk. Sejak Diego kembali ke Italia. Ayahnya terus bertanya apa pekerjaan Joseph yang sebenarnya dan Juliana hanya tahu kalau Joseph bekerja mengurus bisnis temannya. Juliana merasa itu sudah cukup memberinya informasi. Dia tidak mau terlalu ikut campur dalam pekerjaan Joseph, karena itu bukan ranahnya. Namun, sepertinya tidak dengan Diego. Sang ayah terus saja mempertanyakan tentang Joseph dan keluarga pria itu.

“Hari ini dia pulang, Yah. Baru saja dia mengabariku sedang di bandara. Kalau tidak ada halangan, malam ini dia sampai.”

Diego terlihat menghela napas panjang. Ada kelegaan dari raut wajah pria paruh baya itu. Walaupun tidak sepenuhnya tenang, tapi setidaknya pria bernama Joseph itu kembali pada putrinya. Sejak Juliana memperkenalkan Joseph sebagai calon suami, perasaan Diego bercampur aduk. Dia melihat pria itu baik, ramah dan menyayangi Juliana. Tetapi, di sisi lain, ada keraguan hinggap. Itu tentang keluarga dan latar belakang Joseph.

Walaupun Juliana meyakinkan kalau Joseph dari keluarga baik-baik, tetap saja masih ada yang mengganjal di hati karena tidak mengenal mereka.

“Apa Ayah masih meragukan Joseph?” tanya Juliana, berhasil menghalau lamunannya.

Diego diam sejenak, tak lama kemudian terdengar helaan napas panjang dari pria paruh baya itu.

“Maafkan Ayah karena membuatmu khawatir. Tapi, Ayah lebih mengkhawatirkanmu, Sayang.”

Diego mengajak Juliana untuk duduk bersebelahan. Mungkin, ini saatnya Diego jujur akan kekhawatirannya. Jadi, ini akan memberikan gambaran pada Juliana risiko jika menikahi Joseph.

“Juliana, Ayah senang kalau kamu senang. Ayah juga bahagia kalau kamu bahagia. Ayah tidak mengatakan kalau Joseph tidak baik dan juga bukan berarti mencurigai dia. Hanya saja, Ayah khawatir akan masa depan kalian.”

Diego menjeda ucapannya untuk melihat reaksi Juliana. Anak sulungnya itu hanya diam memerhatikan tanpa memberikan komentar.

“Joseph baik, Ayah lihat dia menang mencintaimu dan menyayangimu dengan tulus. Hanya satu yang Ayah khawatirkan, itu tentang keluarganya. Bagaimanapun, kamu harus mengenal keluarganya.”

Juliana terdiam tanpa bisa mengatakan apa pun. Dia mulai mengerti alasan ayahnya. Akan tetapi, Juliana sudah menerima lamaran Joseph. Untuk masalah keluarga, Joseph juga mengatakan kalau semua keluarganya ada di luar negeri. Joseph menjanjikan akan mengenalkannya pada keluarga besar pria itu setelah menikah.

Juliana sangat percaya pada Joseph, dari itulah dia tidak bertanya macam-macam. Akan tetapi mendengar perkataan Diego, Juliana merasa serba salah.

“Sudahlah, jangan dipikirkan. Selama dia nenepati semua janjinya dan tetap menyayangimu, Ayah rasa itu sudah cukup. Semoga saja dia segera mengenalkanmu pada keluarganya setelah menikah.”

Pembicaraan itu pun berakhir begitu saja. Tidak ada perubahan apa pun, kecuali tanda tanya di benak Juliana tentang apa alasan Joseph belum juga mengenalkan dirinya pada keluarga pria itu.

***

Malam harinya, Joseph datang. Sebelum kembali ke apartemen, Joseph sengaja mampir terlebih dahulu ke rumah Diego untuk memberikan oleh-oleh. Keraguan Diego kembali sirna karena sikap anak muda itu. Besoknya, pihak Juliana mulai mempersiapkan pernikahan yang akan diselenggarakan besok. Semuanya tampak sibuk, hanya Juliana saja yang dibiarkan tenang. Gadis itu sedang menjalani perawatan tubuhnya agar terlihat cantik.

Hari itu pun berlalu dengan cepat dan tidak terasa hari pernikahan pun tiba. Semua mata memuja kecantikan dan kegagahan mempelai yang sudah sah menjadi suami istri itu. Sekarang, tengah berlangsung acara resepsi pernikahan. Banyak tamu undangan yang datang. Mereka mengucapkan selamat dan memberikan doa terbaik untuk pengantin itu.

Joseph dan Juliana tampak bahagia. Saat acara berdansa pun, mereka menjadi pusat perhatian. Bak negeri dongeng, keduanya tampak serasi seperti ratu dan raja. Melihat putrinya tersenyum bahagia, Diego pun ikut senang. Kegundahan dan keraguan di hatinya tentang sosok Joseph pun perlahan menguap. Ia berharap, Juliana selalu bahagia bersama Joseph.

***

“Nah, Sayang. Kita akan tinggal di sini,” ucap Joseph keesokan harinya setelah acara pernikahan mereka.

Tak butuh waktu lama sampai Joseph memboyong Juliana ke apartemennya. Wanita cantik itu berdecak kagum melihat isi apartemen. Tidak terlalu mewah, tapi elegan. Psersis seperti Joseph.

“Em, tapi, Joseph. Apakah kamu akan pergi ke tempat asalmu?” tanya Juliana waswas. Itu karena, Joseph bukan asli orang New York.

Joseph langsung menggelengkan kepala. “Tidak, Sayang. Aku akan di sini, mengurusi bisnis keluarga temanku. Jadi, jangan khawatir.”

Joseph mengelus pelan pipi istrinya, membuat Juliana tersipu malu. Melihat gelagat Juliana, Joseph jadi tidak sabar untuk pergi bulan madu bersama istrinya itu. Namun sayangnya, dia harus menunda itu semua karena banyaknya pekerjaan. Joseph sudah membicarakan ini sebelum pernikahan berlangsung.

Wanita itu awalnya sedih dan merasa kecewa. Akan tetapi, Joseph berusaha untuk membujuk Juliana agar mau mengerti posisinya. Untunglah, sang istri mau mengerti. Sebagai gantinya, Joseph akan melakukan hal-hal romantis pada Juliana.

Seperti yang dijanjikan oleh Joseph, pria itu melakukan hal romantis yang membuat Juliana terharu. Seminggu berlalu sejak pernikahan mereka digelar, perlakuan Joseph tetap masih manis di mata Juliana.

Seperti hari ini, saat bangun tidur, Juliana mendapati setangkai bunga mawar dan susu di nakas samping ranjang. Juliana tersenyum simpul. Ini pasti ulah suaminya. Joseph selalu menyiapkan susu sebelum berolah raga. Ya, sebelum sarapan, pagi sekali Joseph selalu menyempatkan olah raga.

Bukan hanya itu saja, setiap hari di jam makan siang, Joseph tak pernah absen menelepon istrinya dan mengobrol tentang apa saja yang berkaitan dengan kegiatan mereka berdua. Bahkan, pernah saat rapat, Joseph sengaja video call dan membiarkan Juliana menonton acara itu.

Di hari Jumat, Joseph akan membawa buah tangan saat sampai rumah. Perbuatan-perbuatan kecil itu sangat berarti bagi Juliana. Wanita itu merasa dia adalah wanita yang beruntung karena sudah bisa menjadi istri seorang Joseph.

Perlakuan lembut dan hal-hal kecil yang menurut Juliana berarti itu membuat hati sang wanita melambung tinggi. Semakin hari, Juliana semakin mencintai Joseph. Di tengah kebahagiaan ini, ada terselip kekhawatiran yang masih saja ada di hati Juliana. Itu tentang keluarga Joseph.

Awalnya, dia ingin bertanya tentang keluarga suaminya itu pada Joseph. Namun, dia mengurungkan niatnya melihat betapa baik dan sayangnya perlakuan Joseph padanya. Mungkin itu hanyalah perasaan Juliana saja, mengingat bagaimana Diego berpendapat tentang Joseph, itu bisa dijadikan alasan kenapa hari Juliana merasakan keraguan. Terlepas dari kekhawatiran itu, Juliana tetap mencintai suaminya, Joseph.

(Bukan) Suamiku

(Bukan) Suamiku

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Juliana begitu senang ketika kekasihnya, Joseph melamarnya di Venezia di atas perahu gondola. Juliana menerima lamarannya, tapi kebahagiaan pernikahan mereka tidak berlangsung lama. Juliana harus menelan kenyataan pahit, suami yang baru dinikahinya selama satu Minggu mengalami kecelakaan helikopter. Selama suaminya menghilang, Juliana kembali dikejutkan oleh kenyataan bahwa suaminya ternyata menyimpan sebuah rahasia besar yang mungkin akan membawanya ke jurang kehancuran. Suami yang baik, penuh kasih sayang, dan perhatian, semuanya hanya sebuah topeng untuk melaksanakan sebuah rencana jahat. Akankah Juliana mampu terlepas dari bayang-bayang rahasia gelap suaminya?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset