Perkenalkan sebelumnya, aku adalah seorang pengusaha muda, yang bergelut di bidang perkebunan, perikanan dan kontraktor.
Sebut saja namaku Wildan, umurku saat ini 32 tahun.
Aku sudah berumah tangga, memiliki seorang istri dan anak yang saat ini sudah berumur 6 tahun.
Istriku sebut saja namanya Kinanti, wajahnya lumayan cantik.
Meski bodynya imut, namun menurutku tergolong sexy dan sintal.
Kehidupan seks kami cukup berwarna. Hampir tiap hari kami melakukan hubungan seks.
Dan kehidupan berumah tangga kami juga cukup romantis.
Pada intinya tidak pernah ada masalah dan kendala dalam rumah tangga kami.
Istriku mempunyai seorang adik perempuan, sebut saja nama Marissa, nama panggilannya Ica.
Dia berumur 3 tahun lebih muda dari istriku.
Dia juga sudah berumah tangga, suami dan mempunyai anak.
Sebut saja suaminya dengan nama Ikhsan.
Marissa bekerja pada sebuah perusahaan swasta.
Aku sudah mengenal Marissa sejak pertamakali berpacaran dengan Kinanti istriku.
Jarak perkawinan antara aku dan adik iparku hanya 1 tahunan.
Rumah kami letaknya berdekatan, alias bertetangga, sehingga kami tentu saja jadi sering sekali bertemu.
Kalau dari segi fisik, istriku jauh lebih cantik dan sexy, sedangkan Marissa menurutku biasa-biasa saja.
Badannya imut dan tergolong kurus.
Pokoknya masih jauh kalah dari Kinanti istriku, yang memiliki body yang sexy dan sintal.
Namun entah kenapa, setiap bertemu Marissa darahku selalu berdesir dan bergejolak.
Aku sering bertandang ke rumah Marissa, begitu pun Marissa sering bertandang ke rumahku.
Kalau aku bertandang ke rumah mereka untuk sekedar ngobrol dengan Ikhsan suaminya, aku sering melirik-lirik ke arah Marissa.
Apalagi saat di rumahnya Marissa sering hanya menggunakan tank top longgar dan celana ketat.
…
…
…
…
Ketertarikanku berawal ketika aku masih pacaran dengan istriku.
Saat itu kami jalan bertiga, dan entah di mana persisnya saat itu, kami duduk bertiga di anak tangga rumah.
Aku duduk di anak tangga yang lebih tinggi di belakang Kinanti, istriku, –saat itu masih pacar..– dan Marissa.
Ketika sedang asyik ngobrol, sekilas aku melihat belahan pantatnya yang membelakangiku.
Wuihh..!! Belahannya cukup terpampang di depanku.
Saat aku bicara dengan mereka, aku pun ditakjubkan oleh belahan kedua payudara Marissa, yang terlihat begitu menggoda dari selipan baju kaosnya saat itu.
Jadilah, sejak itu aku begitu terobsesi dan sering melirik-lirik ke arahnya.
Nah, beberapa saat lalu aku datang ke rumah Marissa untuk membantu suaminya Ikhsan, merenovasi rumah. Saat itu sudah larut malam.
Bersambung Chapter 2