loader image

Novel kita

Cinta Bukan Sekedar Perawan – Bab 9

Cinta Bukan Sekedar Perawan – Bab 9

Penyesalan Mendalam
68 User Views

“Kau pria dewasa yang sangat mengerikan!” Wanita cantik itu menoleh menatap tajam langsung ke  mata Amar Mea. Tangannya menunjuk wallpaper pada salah satu dinding yang berhadapan dengan tempat tidur suaminya.

“Apa maksudnya ini? Bagaimana bisa gambar diriku yang sedang mandi menjadi wallpaper di kamar ini?” Mary Aram membatalkan niatnya masuk ke dalam kamar.

“Ini kamar pengantin kita,” Amar Mea Malawi menarik masuk Mary Aram ke dalam kamar.

“Tidak! Tidak! Kau membuatku takut,” Mary Aram menjauh dari Amar Mea Malawi. Tanpa sengaja tangannya menyenggol setumpuk gambar di atas meja kerja hingga jatuh berhamburan ke lantai.

Betapa gusarnya Mary Aram ketika mendapati begitu banyak gambar dirinya berserakan di lantai dan meja kerja Amar Mea. Sebagian dari gambar itu, adalah gambar dirinya tanpa busana.

Jantungnya seakan melompat keluar dari tubuhnya, “Keterlaluan! Rupanya kau telah mengincar diriku sejak lama!” Mary Aram gemetar menahan amarah, ia jatuh terduduk lemas di atas tempat tidur  Amar Mea.

“Tamat sudah! Diriku jatuh ke tangan orang sakit jiwa,” wanita cantik itu menyesali nasib tidak beruntungnya.

“Ya! Aku mengincar dirimu sejak lama! Aku tergila-gila padamu! Dan aku sakit jiwa sepanjang malam menatap gambar dirimu yang menawan,” Amar Mea mendekati Mary Aram dan mengecup leher indah istrinya itu.

Tangannya menanggalkan jubah pengantin Mary Aram selapis demi selapis, menampakkan kepolosan yang sendu dalam kekesalan.

“Jangan sentuh aku! Kau sangat menakutkan!” Sekuat tenaga Mary Aram berusaha melepaskan diri.

“Kala itu aku dalam perjalanan bisnis mencari sutra di Muara Mua, aku menginap di kediaman orang tua Meina Aram,” Amar Mea terus berbisik ke telinga istrinya sambil memainkan buah pala mungil di puncak bukit.

“Kediaman Aram sangatlah luas, aku tersesat di kolam pemandian air hangat di wilayah milik paman  Meina Aram. Di sana aku mendapati dirimu yang cantik sedang mandi di dalam kolam. Sangat Cantik! Dan aku mengabadikannya,” Amar Mea melepas jubah pengantinnya sendiri.

“Keterlaluan kau!” Mary Aram menangis kesal, berusaha melepaskan diri dari berat tubuh Amar Mea yang menindihnya.

“Aku sendiri yang mencetak wall paper itu di percetakan milik ayahku. Kau sangat cantik! Aku terobsesi kepadamu,” Amar Mea menyatukan diri dengan diri istrinya dalam desakan gagah disertai sentuhan-sentuhan lembut.

“Keberuntungan berpihak kepadaku, aku sering menjumpai dirimu di sungai induk St Martin,” pria itu semakin menguasai diri Mary Aram.

“Kau sangat menakutkan Amar Mea Malawi, aku tidak nyaman bersama denganmu,” Mary Aram menangis tidak berdaya dalam kekuasaan Amar Mea.

Malam itu, dalam kepolosan, Amar Mea Malawi kembali leluasa menguasai diri Mary Aram. Dan Mary Aram sendiri  tidak berdaya dalam kekuasaan pria menakutkan yang kini menjadi suaminya.

Semakin berjalannya larut malam, Amar Mea Malawi terus menggeliat manja di dalam diri Mary Aram. Setiap gumam lembutnya diwarnai gerak ritmik seirama dengan detak jantung. 

‘Berdamai dengan keadaan dan belajar mencintai, itulah jalan yang harus ditempuh Mary Aram untuk menyelamatkan kehidupannya sendiri.

Mary Aram menangis dalam penyesalan, ‘Ayah, tolong aku! Aku sangat takut!’

Suaminya itu jatuh tertidur dalam dekapannya berbantal bukit kembar, terasa sangat aneh memeluk pria dewasa yang tidur lelap. Berwibawa di siang hari, namun manja dan sakit jiwa ketika malam hari. ‘Sangat tragis!’

Hari pertama menjadi istri dan seorang nyonya muda, Mary Aram mandi saat matahari mulai terbit. Kegiatan pertama yang ia lakukan adalah bersembahyang  membakar dupa, mengucap syukur kepada TUHAN atas terbitnya matahari, dan curahan berkat yang melimpah.

Setelah bersembahyang Mary Aram menuju ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Juru masak di dapur menyambut senang dengan kedatangan Mary Aram di pagi hari. “Nyonya Muda, pagi sekali terbangun?” Wanita bertubuh gemuk itu tersenyum ramah.

“Mary Aram ingin membuat minuman hangat untuk Ayah dan Ayah besar, juga untuk tuan muda,” Mary Aram membalas senyum juru masak. “Apakah ada teh buah Lou Han?”

“Ada Nyonya Muda, toko langganan telah mengirimkan teh buah Lou Han sesuai pesanan kita,” juru masak  membuka lemari dapur, lalu mengeluarkan satu kantung teh buah Lou Han.

Meski sedikit canggung dengan sebutan ‘Nyonya Muda’, Mary Aram  kembali tersenyum mengucapkan terima kasih. Ia merebus tiga butir telur dan menyeduh teh buah Lou Han pada tiga buah poci. Ia berusaha melupakan kegiatan mesra suaminya semalam.

Setelah semuanya siap,  nyonya muda baru itu mengantarkan kepada  ayahnya di seberang sungai, lalu ayah mertuanya di lantai satu. Meski kakinya terasa tidak nyaman untuk berjalan, ia tetap memaksakan diri untuk bersikap wajar.

“Amar Mea Malawi sangat mengerikan di tempat tidur, sanggupkah aku hidup bersamanya?” Mary Aram melepas lelah sejenak di atas batu di pinggir taman. “Seharusnya kemarin aku tidak membuang kesempatan melarikan diri. Bodoh!”

Mary Aram menyingkap kainnya, menatap sekujur kakinya yang penuh kejutan mesra, perlahan air matanya kembali menetes.

“Sangat sakit! Aku tidak tahan,” gumam lirih Mary Aram menyesali diri.

“Nak, sedang apa kau di sana?” Terdengar suara tuan besar Sahu Mea Malawi memanggil. Tuan besar itu sedang duduk di teras kamar sambil membaca koran.

“Ah Ayah Besar,” Mary Aram bergegas bangkit menjumpai ayah mertuanya. “Mary Aram segera datang.”

Betapa senangnya tua besar Sahu Mea Malaei mendapat kunjungan menantunya di pagi hari.

“Nak, kau seorang anak perempuan yang mengesankan,” tuan besar Sahu Mea Malawi terkekeh mendapat sepoci  teh buah Lou Han hangat.

Ia meletakkan surat kabar di meja teras, lalu masuk ke dalam kamar, tidak lama kemudian ia keluar membawa sebuah amplop lebar.

“Nak, ini untuk kebutuhanmu selama satu bulan. Beli apa saja yang kau ingin beli,” tuan besar Sahu Mea Malawi tersenyum mengulurkan amplop di tangannya.

“Apakah semua ini untuk Mary Aram?” Mary Aram tersentak melihat isinya, “Ayah Besar, ini sangat banyak.”

“Itu memang hakmu Nak, kau  telah menjadi anak perempuan kami,”  tuan besar Sahu Mea Malawi meminum teh buah Lou Han dengan nikmatnya.

“Bersabarlah menghadapi Amar Mea Malawi, ia memang pria yang sangat egois. Namun hatinya sangat baik,” tuan besar Mea Malawi menatap wajah menantunya, ia mengerutkan kening mendapati wajah menantunya itu sendu, ada sisa air mata di sana.

“Terima kasih Ayah Besar, Mary Aram akan menabungnya untuk keperluan bayi kami kelak,” Mary Aram mengupaskan cangkang telur untuk ayah mertuanya. Mendengar kata ‘bayi’, tuan besar semakin tertawa senang.

“Ya, segeralah memiliki bayi, agar ayah memiliki teman bercanda,” tuan besar Sahu Mea Malawi menyentuh kepala menantunya, lalu mengucapkan kata-kata berkat.

“Terimakasih Ayah Besar, Mary Aram berjanji mengurus Amar Mea dan keturunannya dengan baik,” Mary Aram menyentuh ujung kaki ayah mertuanya dengan sikap hormat.

“Nak, bantu ayah menjaga jerih payah leluhur Mea Malawi. Agar keturunan Mea Malawi tidak terlunta-lunta di kemudian hari,” pria itu terharu melihat tabiat serta tindak-tanduk menantunya yang sangat baik.

“Ya Ayah Besar, Mary Aram berusaha sebaik-baiknya,” sekali lagi wanita lugu itu menyentuh kaki ayah mertuanya dengan sangat hormat.

Memiliki ayah mertua yang baik, hati Mary Aram sedikit lega. Paling tidak, ayah mertuanya itu dapat membantunya mengatasi Amar Mea Malawi.

CINTA BUKAN SEKEDAR PERAWAN (Seri Cinta Bukan Sepenggal Dusta)

CINTA BUKAN SEKEDAR PERAWAN (Seri Cinta Bukan Sepenggal Dusta)

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Apakah kehilangan keperawanan itu 100% Dosa?  Lalu... Bagaimanakah mulut para pencemooh? Apakah 100℅ suci? Sebab CINTA BUKAN SEKEDAR PERAWAN.

SINOPSIS

Mary Aram wanita cantik dari Muara Mua, kecantikannya justru menjadikan dirinya boneka pajangan di sepanjang hidupnya. Kehormatan, anak, dan hartanya dirampas. Status sebagai istri sah digantikan oleh wanita lain. Tanpa hak, tanpa status, membuatnya tidak berkutik atas hidupnya sendiri. Hanya cinta sejati yang tersimpan di dalam hati, yang memampukan ia bertahan? Katakanlah ada sepenggal cinta, cinta itu tidak akan pernah berdusta.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset