“Cepat kamu cari berkas penting milik Rasti dan serahkan ke saya!” Perintah pak Mario melalui pesan singkat.
“Males banget gue sama tua bangka kaya dia.” Pekik Andy kembali mengantongi handphonenya.
“Berani kamu mengabaikan pesan dari saya!” Tulis Pak Mario lagi.
“Bukannya mengabaikan pak, tapi tidak semudah itu, saya ini orang baru pastinya saya belum di percaya untuk tahu tempat tempat penting di rumah ini pak, saya harus bisa mengambil hati Saras dan juga mamanya, jangan terlalu terburu buru pak, semua itu butuh perhitungan.”
“Nggak usah ngajarin saya ya kamu! Saya ini lebih tahu dari pada kamu.”
“Saya tahu itu pak, tapi orang ambisius seperti bapak itu kadang terlalu gegabah! ”
“Oke, saya tunggu action mu! Buktikan kalau ucapan mu tidak hanya omong kosong.”
“Bawel banget! Dasar pembunuh berdarah dingin, seperti tak punya salah.” Guman Andy
“Siapa yang kamu maksud pembunuh berdarah dingin?” Tanya Bu Rasti membuat Andy terkejut.
“Ini bu, Andy habis nonton film action di youtube, pembunuhnya cerdas banget sampai orang orang di sekelilingnya nggak tahu kalau ternyata dia itu oembunuh, serem banget ya Bu.”
“Kamu ini ngagetin ibu aja, ibu pikir kamu udah menemukan siapa pembunuh papanya Saras.”
“Polisi aja belum bisa menemukan siapa orangnya kok bu, apalagi saya.” Ucap Andy berbohong.
“Maafin Andy ya Bu, Andy terpaksa berbohong untuk menemukan bukri bukti yang akurat untuk menjebloskan tua bangka itu ke polisi.” Batin Andy.
“Oh iya Ndy. Nanti kamu anter Saras ke acara party temennya ya! Tante masih was was soalnya, ya walaupun waktu itu Saras nggak papa, tapi tante khawatir aja kalau mereka sengaja kaya gitu biar kita lengah dan dia bisa menculik Tante ataupun Saras Ndy.”
“Iya Tan, semoga masalah ini cepat selesai dan kita bisa hidup tenang.”
Tak berselang lama Saras keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sangat sexy, sontak saja Andy menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
“Kenapa sih loe, biasa aja kali!” Ucap Saras.
“Nggak biasa lihat paha Mbak, biasanya saya lihat paha ayam.”
“Munafik, palingan juga kamu sama pacar kamu udah begituan, meskipun mama bilang kalau kamu itu baik dan polos tapi aku tahu isi otak lelaki.”
“Kok mbak kaya buka aib mbak sendiri sih.”
“Sorry ya meskipun Niko sering ngajak aku, tapi aku nggak pernah mau, harga diri ku itu nomer satu, kalau sampai aku ngelakuin itu sama Niko, dia akan berbuat seenaknya ke aku, misal nih dia selingkuh terus aku mergokin dia, terus dia ngancem aku, mau mutusin aku kalau aku udah pernah ngelakuin itu pasti aku nggak akan mau putus sama Niko, beda kalau aku dan Niko nggak ngapa ngapain, kalau Niko selingkuh tinggal aku tinggalin aja.”
“Prinsip mbak Saras keren!”
“Jelas dong, yuk kita berangkat.”
Saras pun duduk di samping Andy.
“Maaf ya mbak.” Ucap Andy menutupi paha Saras dengan jaketnya.
“Kamu takut ke goda apa gimana sih Ndy, baru kamu cowok yang nggak suka lihat cewek pakai pakaian sexy, Niko aja malah nyuruh aku untuk pakaian sexy, apalagi kalau ketemu temen cowoknya.”
“Aneh banget mbak, apa Niko nggak takut mbak di ambil cowok lain, kalau aku punya pacar pasti aku suruh pakai pakaian yang tertutup biar nggak di godain cowok lain.”
“Kalau aku pakaiannya tertutup bisa bisa aku di katain cewek kampung Ndy, kamu nggak tahu sih gimana cirlenya Niko.”
“Tahu lah mbak, aku kan…”
Andy menghela nafasnya, hampir saja dia keceplosan, Saras menatap Andy dengan tatapan menyelidik.
“Aku kan pernah jadi pelayan kafe mbak, jadi aku tahu gimana orang orang kaya membawa teman wanitanya, kadang juga mereka duduk di atas paha cowoknya, padahal tepat duduknya maisu banyak, ada juga yang ngrokok, pokoknya pergaulan mereka itu kebarat baratan.”
“Emang kaya gitu, namanya juga orang kaya, bebas ngelakuin apa aja.”
Akhirnya Saras dan Andy sampai juga di tujuan, tak lupa Andy mengenakan masker agar Niko tidak mengenalinya.
“Ngapain kamu pakai masker, kan udah nggak di wajibkan?”
“Saya malu mbak, soalnya pasti nanti saya paling jelek di antara teman teman mbak, takutnya saya di kira cleaning service.”
“Ha ha ha, tahu diri juga kamu, terserah kamu lah yang penting kamu nggak ngancurin pesta teman saya.”
Andy dan saras masuk ke tempat party itu, musik jedag jedug membuat Andy tak bisa mendengarkan apa yang di ucapkan oleh Saras.
“Apa mbak?” Tanda Andy.
“Kamu di sini aja!”
“Hah?” Tanya Andy.
“Kamu di sini aja Andy Bolot!” Teriak Saras lagi.
“Oke mbak.”
“Tahan kali ras, nyosor aja loe!” Ucap salah satu teman Saras.
“Nyosor? Siapa yang nyosor coba, gue itu cuma ngobrol sama dia, karena dia agak Bolot jadinya gue deketin bibir gue ke telinganya, bukan berarti gue nyium dia, lagi pula masak iya dari Niko yang tajir langsung ke dia!”
“Emangnya dia siapa Ras, kok kita nggak pernah lihat.”
“Dia bodyguard gue! Awas aja kalau kalian naksir!”
“Dih, kenapa loe sewot, jangan jangan loe ada rasa lagi sama bodyguard loe, bakal keren nih kalau gue laporin ke Niko!”
“Niko ma tahu kalau dia bodyguard gue, dan dia juga nggak mempermasalahkan itu kok.”
“Yakin?”
“Yakin lah.”
“Soalnya loe bawa dia di saat Niko nggak bisa datang, gue jadi curiga kalau sebenarnya dia ini bukan bodyguard loe, tapi selingkuhan loe!”
“Apaan sih, main nuduh aja!”
“Tapi kelihatannya dia ini tampan.”
“Aaaah kita masuk aja yuk, lama lama kalian nggak jelas.” Ucap Saras mengajak teman temannya menjauh dari Andy.
Andy pun mengamati Saras dari jauh.
“Hay, boleh kenalan?” Tanya seorang wanita.
“Boleh mbak, Andy.” Gumannya.
“Leona, kamu temannya Dara juga?”
“Dara? Siapa itu Dara?”
“Yang ngadain party, masak iya kamu datang ke party orang tapi nggak kenal sama yang punya acara.”
“Saya cuma nganter bos saya mbak, saya ini cuma bodyguard.”
“Oh ya, bodyguardnya siapa?”
“Mbak Saras.”
“Oh Saras pacarnya Niko itu, kok kamu betah sih sama dia, aku aja temennya males banget sama dia, dia itu egois tahu.”
“Kan saya kerja mbak, jadi ya mau nggak mau.”
“Tapi saya lihat lihat kamu ini ganteng loh, boleh kali buka maskernya.”
“Maaf mbak, saya lagi flu soalnya, takut nular ke orang kalau nggak pakai masker.”
“Oh gitu ya, gabung ke sana yuk.” Ajaknya.
“Nggak ah mbak, saya kan bukan siapa siapa, lagi pula mbak Saras nyuruh saya nunggu di sini.”
“Udah nggak papa, sebentar aja.”
Leona menarik tangan Andy untuk ikut bergabung bersama teman temannya. Sontak saja Saras langsung melotot ke arah Andy.
“Mbak maaf saya harus keluar.” Ucap Andy kepada Leona.