loader image

Novel kita

Di Balik Rahasia Kelam – BAB 3

Di Balik Rahasia Kelam – BAB 3

Tujuh tahun penjara
93 User Views

Abi tahu, memang ada sedikit kejanggalan dalam sidang kali ini. Tapi dia tak ingin menjelaskan kepada semua pihak.

Bagaimana tidak, Jaksa Penuntut Umum hanya mengambil keterangan dari Abi, dimana sejak awal pemeriksaan di kepolisian Abi mengaku telah melakukan pembunuhan. Barang Bukti, hanya sebuah pisau dengan bukti sidik jari dari terdakwa sendiri. Dan juga, ponsel dari Abi, dimana tak ditemukan adanya hubungan antara terdakwa dan korban. Sebelumnya sama sekali tak ada komunikasi terjadi.

Saat dia ditanya, apakah dia mengenal korban? Abi jawab ‘Iya’. Alasannya membunuh? ‘Karena tak disengaja.’

Abi melakukan hal ini, agar pertanyaan tak melebar dan akan menuntunnya kepada pelaku yang sebenarnya, yaitu Citra. Menurut Abi, disinilah celanya. Tapi, Semua ini kan juga sudah diputuskan sebelumnya. Agar sidangnya cepat selesai dan dia juga mengetahui berapa tahun vonis yang akan dijatuhi oleh Hakim Ketua.

Benak Abi hanya berfikir, Pihak Hukum di kota ini, selalu bekerja sesuai apa yang dia lihat. Tak berusaha untuk mencari lebih detail lagi berbagai bukti. Jika sudah mendapat pernyataan dari terdakwa atas apa yang dia perbuat, maka pencarian bukti lainnya akan di close. Dan juga agar sidang cepat selesai.

Akhirnya, Hakim ketua pun bersuara. Pemutusan hukuman Abi.

“Berdasarkan bukti dan juga pengakuan terdakwa sendiri yang memang telah membunuh korban bernama, Gito. Serta sikap yang terdakwa tunjukkan selama masa persidangan ini. Maka terdakwa, Adimayu Triasyondo dikenakan pasal 338, dengan masa hukuman tujuh tahun penjara.”

Tok!

Tok!

Tok!

Palu hakim telah diketuk sebanyak tiga kali. Menandakan keputusan dari Hakim Ketua tidak dapat diganggu gugat.

Abi mengusap wajahnya, kemudian menoleh ke belakang. Dia melempar senyum kepada keluarganya yang masih menangis di kursi belakang. Abi pun mengangguk sesaat sebelum dirinya dituntun untuk kembali ke sel oleh dua orang petugas kejaksaan. Beserta seorang pria bersenjata lengkap, yang memang khusus mengawal terdakwa kasus pembunuhan.

Keadaan ricuh sempat terjadi dari keluarga korban, ketika Abi dibawa keluar ruangan sidang.

Ketiga wanita yang hadir, langsung keluar dari ruang persidangan dan melangkah mengejar Abi. Mereka menangis, memeluk tubuh Abi. Setelahnya, Abi diperintahkan untuk segera masuk ke dalam sel.

Sang Ibu tak mampu lagi berkata apa-apa. Kini, hanya pelukan Andirah yang mencoba untuk memberikan kekuatan agar ikhlas dengan apa yang terjadi. Sedangkan Citra, mendekati pintu sel dengan jeruji besi sebagai pembatas antara ruangan dan luarnya. Citra menggenggam jeruji tersebut, menatap Abi dengan linangan air mata.

“Sayang ….”

Abi mendekat, lalu digenggamnya kedua tangan gadis itu. Tak lupa mengecup, lalu melempar senyum kepada kekasih tercintanya.

“Pulanglah, Sayang! Tolong perhatikan keluargaku, yah … bantulah mereka, jika saja mendapat kesusahan dikemudian hari.”

Air mata gadis itu terus berjatuhan. “Maafin aku, Bi ….”

“Iya, iya … gak ada yang perlu di maafkan, Sayang. Aku ikhlas menjalaninya. So! Kamu, juga jangan terlalu bersedih yah. Sudah selesai juga kan masalahnya,” kata Abi sambil mengusap pipi sang kekasih.

“Iya Bi!”

“Pulang lah, Sayang. Jangan lupa, bawain makanan enak-enak yah. Pas jam besuk, hehehe.” Abi mencoba untuk tetap tenang, tetap tersenyum, dan dalam hatinya tak merasakan kesedihan yang berlebih. Benar-benar air mata Abi tak lagi mampu keluar dari kedua matanya.

Keputusan yang diambil memang adalah keputusan yang benar. Untuk menyelamatkan masa depan Citra. Apalagi gadis itu telah berjanji akan menunggu Abi bebas dan akan setia menjaga cintanya. Abi memegang janji itu, dan akan menagih dikemudian hari.

Semoga saja, Citra tak melupakan janji tersebut. Harapan besar buat Abi, di suatu saat mereka bisa menikah dan menjalani kehidupan baru dengan kebahagiaan yang berlimpah.

Allah maha adil! Dan juga Allah maha mengetahui, jika hambanya menjalani kehidupan dengan Ikhlas. Maka niscaya, akan mendapat hadiah yang tak pernah dipikirkan hambanya sebelumnya. Itulah yang dipikirkan dan juga ditekuni oleh Abi. Kepercayaannya akan kehidupan di kemudian hari, menunggu mereka. Menunggu sepasang kekasih, untuk menggapai sebuah kebahagiaan yang super Hakiki.

“I Love you, Abi sayang,” gumam Citra dalam tangisannya, lalu mereka berciuman sesaat.

Abi tersenyum, mengangguk. “Love you too, Cit.”

Dengan perasaan yang begitu mengharukan, ketiga wanita itu pun berpamitan kepada Abi. Tak lupa, beberapa pesan dari Abi akan selalu Citra ingat. Juga beberapa pesan dari Ibu maupun Adik Abi, akan Abi ingat dan juga amanahkan.

Citra mencintai Abi, begitupun sebaliknya. Itulah yang membuat Abi mengambil keputusan seperti ini. Mengakui kesalahan yang bukan dia perbuat. Citra berjanji, untuk tetap setia menunggu hingga hari kebebasan Abi. Semoga saja.

Dua bulan berlalu ….

Setelah vonis Abi di pengadilan. Dia menjalani kesehariannya di Rutan (Rumah Tahanan) sementara para Napi, sebelum dipindahkan ke Lapas (Lembaga Pemasyarakatan). Cukup membuat perhatian para petugas Rutan memberikan jempol.

Abi sangat taat beragama, sangat patuh akan perintah yang berlaku. Sama sekali tak pernah menunjukkan sikap yang akan membuatnya dibenci oleh tahanan lainnya maupun juga petugas yang berjaga.

Kehidupan Abi di penjara masihlah sangat panjang. Dan dia tak berharap akan adanya suatu keajaiban di tengah-tengah waktunya menjalani hukuman, tiba-tiba dia dibebaskan. Itu adalah suatu kemustahilan semata menurut Abi. Maka dia selalu menanamkan dalam dirinya, keikhlasan yang begitu besar untuk menjalani masa-masa tahanannya.

Tiba waktu besuk. Seperti biasa, selama dua bulan ini Citra, Ibu dan juga adiknya selalu datang bersama. Sama sekali tak pernah absen. Di dalam ruang besuk, mereka bercengkrama, bercanda gurau. Justru Abi yang selalu menghibur mereka.

“Kamu kurusan yah, Nak,” kata ibu Abi.

“Hehehe, bagus dong, Bu,” jawab Abi.

“Bagus apanya,” cibir adiknya

“Hehehe, kalo gak kurusan, berarti aku gak di penjara dong.”

“Hehehe, bisa aja kak!” balas Ira lagi.

Candaan kecil seperti ini yang selalu mereka lakukan. Andirah juga mengatakan jika Citra setiap malam menyempatkan diri berkunjung ke rumah. Mengajak ibu dan Ira untuk sekedar berjalan-jalan keliling kota. Tak jarang juga Citra menginap di rumah mereka.

Citra dan Abi saling menatap, melihat ekspresi wajah yang membuat mereka tersenyum. Abi bahagia mendengar cerita dari sang adik. Citra benar-benar tak melupakan janjinya saat itu.

“Thanks yah, Sayang,” kata Abi kepada Citra.

“Iya, Bi.” Ada tetesan air mata yang keluar dari sudut mata gadis itu.

Abi tersenyum singkat, lalu beralih pada adiknya. “Oya, gimana sekolah kamu, Dek?”

“Alhamdulillah, Kak.”

“Kalau kamu, Cit … kuliah kamu?”

“Yah! Gak ada yang spesial, gitu-gitu aja.”

Abi tersenyum lagi. “Baru dua bulan juga kan? Kalian yang sabar yah. Biar aku juga jalaninya gak penuh beban.” Pinta Abi membuat ketiga wanita itu mengangguk.

Setelah sejam lebih lamanya mereka bercengkrama. Bel tanda waktu besuk pun mengakhiri pertemuan mereka hari ini. Mereka saling berpelukan, dan Abi juga menyalami tangan sang ibu. Serta support pada Citra agar tetap ikhlas dan jangan bersedih akan nasib yang menimpa mereka. Memohon lagi agar tetap memperhatikan ibu dan juga adiknya.

“Tolong jaga keluarga aku ya …,” pinta Abi yang dibalas anggukan dari Citra.

Diakhiri dengan kecupan di bibir, Abi pun berjalan keluar dari ruang besuk menuju ke sel.

Di Balik Rahasia Kelam

Di Balik Rahasia Kelam

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Cinta adalah segalanya baginya. Sebuah pengorbanan bukan apa-apa, asal orang yang dia cintai terbebas dari hukuman. Kesabaran, keikhlasannya terhadap kekasih, justru menjadi sia-sia akhirnya. Abimayu, rela mendekam dalam penjara selama tujuh tahun. Bahkan dia merelakan cita-cita yang diimpikan selama ini. Citra, sang kekasih justru berkhianat dan menikah dengan pria lain, setelah dia bebas dari penjara. Setelah Abimayu mengalami keterpurukan yang amat besar. Dia mendapati kenyataan bahwa pelaku pembunuhan yang sebenar bukanlah kekasihnya. Abi pun bertekad untuk menyelidiki dan membuka kasusnya kembali. Kemudian dia menjadi seorang detektif yang hebat. Bagaimanakah kelihaian Abimanyu dalam menangani kasus dan menemukan pelaku sebenarnya?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset