loader image

Novel kita

Dikhianati Semesta – Bab 11

Dikhianati Semesta – Bab 11

"Sayang? Aku Bukan Dera, Mas!"
78 User Views

“Lho kok gitu? Dengerin gue! kedai yang Lo maksud kan deket kantornya Yeslin, jadi gue bisa ikut nunggu di kedai ice cream itu juga sambil nemenin Lo yang lagi membangkang dari suami kan!” serunya mengerling jenaka.

“Rese Lo Win, tapi beneran ngga usah, Win. Jujur yah gue khawatir Mas Dean bakal cari tahu kita berdua kemana dan ngapain aja, terus dia berspekulasi semau dia ngira gue lari ke Lo untuk di hibur atau apapun itu. Lagian gue bingung jelasin ke Yeslin kalau seandainya dia salah paham sama kita”

“Ya ampun Lin, mereka tahu kita temenan kan? Lagian kita di tempat umum yang lumrah dan …”

Erwin menoleh sekilas pada Linar yang terlihat sedikit kacau, “Ok, gue paham Lo masih ngejaga perasaan suami kamu dan pacar aku dan itu bagus, sih”

“Jadi?” Tanya Linar menggantung.

“Yaudah, gue bakal drop kamu di kedai ice cream sendiri setelah itu aku pergi, deal?”

“Ok, deal”

****

Dddrrtt ..ddrrt ..

“Lin?” Panggil Tita memutus lamunan Linar yang sedari tadi membiarkan ponselnya berdering hingga menganggu ketenangannya.

Linar menoleh dengan wajah bertanya “Itu suami lo nelpon dari tadi, kalau nggak mau diangkat minimal setting mode silent ponsel Lo, biar ngga berisik!” Saran Tita.

Linar berkedip sekali dan memilih menggapai gawainya yang memunculkan nama ‘suamiku’ di layar gawainya. Ia menghela napas gusar dan menggeser tombol hijau.

“Hallo”

“Kamu dimana Lin, kamu masih sama lelaki itu? dan kenapa belum pulang, hah?”

Linar menyentuh keningnya gusar mendengar serentetan pertanyaan pengantar yang bernada marah.

“Hufth”

Linar bangkit dari duduknya menjauh dari sofa santai yang diduduki bersama Tita “Aku di tempat Tita, Mas berduaan aja sama dia dan aku belum niatan pulang malam ini”

“Apa? Kenapa? Lin, aku ngga suka yah kamu kabur ke rumah teman kamu di saat kita ada masalah kayak gini!”

“Justru karena keadaan kita yang masih begini, Mas aku lagi kecewa dan muak lihat kamu sedangkan kamu pasti butuh waktu untuk menghibur simpanan kamu itu, kan?” ejek Linar setengah berbisik.

“LIN!” Sentak Dean tersinggung.

“Udah yah, Mas kita butuh jarak terutama aku butuh waktu, besok pulang kok. Dah Mas” tutup Linar kembali mengatur mode silent pada gawainya dan berjalan demi mendaratkan tubuhnya di atas kasur yang langsung di sambut delikkan mata oleh Tita.

“Sorry Ta, gue tidur duluan yah” seru Linar memposisikan dirinya untuk tidur pada ranjang tepat dibelakang sofa santai tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya yang sedang memainkan ponsel dengan TV yang menyala.

Tita menatap sendu sahabatnya yang terlihat resah dan lelah hingga memilih tidur lebih cepat dari orang dewasa pada umumnya.

She as Tita Al Mira

****

“Lin, hallo!” . Dean memanggil sekali lagi lalu mendesis kesal karena sadar Linar menutup sepihak sambungannya . Ia menyugar rambutnya kasar , ia marah pada keadaan yang membuat istrinya memergokinya , fatal sudah istrinya itu tidak mentolelir isu perselingkuhan dan pengkhianatan .

“Brengsek ! Harusnya Linar tetap di rumah, dan siapa yang berani mempengaruhi Linar hingga Linar memergokinya ku di hotel?” Tanyanya dalam gumamnya.

Dean melepaskan arloji dan ikat pinggang lalu membuang sembarang di atas ranjang kemudian ia berjalan ke arah pintu kaca balkon membuka dan melewatinya, ia memandang langit malam yang setia gelap dan sendu seolah mengejeknya karena biasanya ia di temani oleh wanitanya memandang langit yang sama.

Dean menggeleng dua kali frustasi ia mencengkram tralis erat, rasa pahit di lidah menginginkannya seputung rokok untuk menghalau pahit dan sepinya sedetik kemudian Dean ingat jika bungkus rokoknya telah ia buang karena gerutuan istrinya dan itu sudah dua Minggu yang lalu. Sial!

****

“Mas Dean udah sampai Ta, gue pamit yah dah, Tita” pamit Linar yang di balas pelukan erat oleh sahabatnya.

“Lin, kalau Lo udah ngga kuat kapanpun kamu bisa langsung temuin aku yah, gue akan dengerin kamu biar kamu ngga harus tanggung sendiri semuanya, ok.”

Linar mengangguk dan tersenyum ia berbalik dan mengambil tas selempang miliknya di atas nakas dan pamit untuk keluar kossan.

Linar berjalan dengan langkah gamang ini pertama kalinya ia merasa gamang saat melangkah menuju suaminya, jelas semuanya telah berubah dan tak akan lagi sama.

Linar menempatkan dirinya duduk tepat di sebelah kemudi lalu menutup pintu mobil dan mempertahankan diamnya selama perjalanan Linar memilih memperhatikan jalanan kota sesekali berbalas pesan ia memilih tak perduli saat sadar suaminya melirik sekian kali ke arahnya tahu pasti jika suaminya menahan diri untuk bertanya.

Linar tak mampu menahan diri saat mobil yang di tumpanginya semakin masuk ke komplek mami mertuanya. “Kenapa ke sini, Mas?” Tanyanya menoleh

“Supaya kamu ada temannya dan Mami juga ada teman ngobrol” ucapnya datar.

“Aku ada teman ngobrol meski di rumah kok, dan harusnya kamu tanya diawal aku mau atau ngga ke rumah Mami” Protes Linar

Dean menoleh “Emangnya kenapa kalau ke rumah Mami?”

“Kurang nyaman aja, karena aku lagi badmood aku mau tiduran di kamar seharian dan bakalan susah kalau aku di rumah Mami” balas Linar cemberut.

“Apapun itu lebih aman di sini” gumam Dean.

“Apa?” Tanya Linar

“Bukan apa-apa”

Mobil berhenti tepat di depan gerbang rumah maminya. “Aku akan langsung berangkat, salam buat Mami bilang aku harus berangkat sekarang sebelum terjebak macet.”

Linar mengangguk seakan teringat sesuatu ia menoleh pada suaminya kali ini lebih lama “Kamu udah sarapan, Mas?”

Dean menoleh membalas tatapan istrinya yang ia kenal sarat akan perhatian khas Linar “Udah, walaupun sedikit sengaja supaya aku jemput kamu tepat waktu, biar kamu ngga ada alasan pulang sendiri”

Linar mengangguk kecil, “Kalau gitu kamu harus beli sarapan lagi nanti di kantor, biar maag kamu ngga kumat” ucapnya memelan di akhir kalimat.

Dean tersenyum kecil ia mengelus rambut hitam Linar sayang. “Iya sayang” ucapnya lembut.

Linar terdiam ia menarik kecil sudut bibirnya “Sayang? Aku bukan Dera, Mas gimana sih kamu” Balas Linar setengah hati melepas seat belt dan membuka pintu.

“Lin!” Tahan Dean spontan berseru lebih keras karena tersinggung.

“Nah itu dia, kamu sadar ngga sih Mas kamu udah lama berhenti manggil aku sayang di saat normal kayak gini dan itu alasan buat aku bertanya-tanya kenapa. Dan aku udah tahu sih jawabannya jadi kamu ngga perlu repot ngejelasin apapun, aku udah paham” imbuh Linar perih.

“Kamu salah Lin, dan apa maksud kamu di saat normal hah?”

“Belakang ini kamu udah jarang manggil aku sayang selain saat kamu minta hak kamu di atas ranjang selain itu kamu manggil aku nama sama seperti orang kebanyakan, itu karena kamu udah punya wanita kesayangan lain kan Dera kan orangnya!” Habis sudah unek -unek yang ia simpan selama ini, niatnya tak ingin ribut di pagi hari pupus sudah.

Dean melepas cekalannya pada lengan Linar dan memukul frustasi kemudinya.

“Lin, aku minta maaf aku …” Dean masih membuka mulutnya kini tanpa suara, suaranya seakan tercekat di tenggorokan.

Linar memandang intens suaminya dan mengerti, ia mengangguk dua kali “Kamu hati-hati di jalan yah, pastiin kamu sarapan lagi” Linar mengambil tangan Dean bertakdzim lalu mendongak untuk tersenyum yang di paksakan dan bergegas keluar dari mobil berjalan ke gerbang tanpa menoleh.

“Mbak Linar,” sapa Mbok Jah asisten rumah tangga keluarga Dean.

“Pagi mbok, Mami mana?” Tanyanya yang bukan basa basi.

“Nyonya belum sampai rumah, Mbak kemarin siang pergi antar Mbak Ista ke bandara karena harus lanjut kuliah di Australia dan nyonya bilang beliau menginap di rumah Bu Ira, mungkin siang ini baliknya”

Linar mengangguk sembari menghela napas lega, syukurlah bukan hari ini ia harus bertemu Mami, dan ada rasa tak nyaman yang familiar lantaran Ista yang begitu tak menganggapnya. Untuk hal sedasar itu Linar baru mengetahui mengenai kapan keberangkatan adik iparnya dari Mbok Jah.

Dikhianati Semesta

Dikhianati Semesta

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
"Siapa Lo?" tanya Ndaru sinis "Brengsek ngapain Lo sama istri gue di sini, hah?!" marah Dean menerjang Ndaru dan memukul pipi kanan Ndaru menarik dan memukulnya lagi. Linar terkesiap mendengar teriakan Tita "Stop, Mas!" sembari menarik kemeja belakang Dean. Linar tersadar sepenuhnya lalu ikut mendorong Dean beberapa kali menjauhi tubuh Andaru. Linar menunduk menyentuh kening dengan satu tangan dan mencoba bernafas teratur." Pergi kamu mas, kamu yang bilang, kan kita akan berpisah seperti yang aku mau," desis Linar. "Jadi kamu lebih memilih selingkuhan payahmu ini daripada aku? suamimu?" "Jangan kamu memutar balikkan fakta, Mas. Aku bukan kamu yang mampu berselingkuh sampai menghamili jalang mu dan berlagak nggak ada masalah," raung Linar marah. Prang ...! Ini tentang realita hidup yang adil walau tak pernah adil untuknya, tentang pengkhianatan semesta padanya yang mengagungkan kesetiaan.  

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset