loader image

Novel kita

Dikhianati Semesta – Bab 3

Dikhianati Semesta – Bab 3

Seperti Bukan Kamu
65 User Views

“Maaf Tante, aku juga kaget melihat jam yang sudah jam tujuh kurang. Sayang banget yah aku melewatkan sarapan pagi bersama. Dan ….” Linar menjeda ucapannya melihat dari ujung matanya tampak saudara yang lain tengah memperhatikannya seolah menikmati tontonan yang sayang dilewatkan Linar menarik napasnya dalam berusaha mengisi amunisinya lagi.

“Apa? Kenapa berhenti?”

“Jawabannya nggak, aku terbiasa bangun jam lima atau setengah enam karena aku punya suami yang berangkat kerja pagi. Dan aku yang biasa menyiapkan semua keperluannya karena kami sengaja punya asisten rumah tangga panggilan. Sebenarnya semalaman aku nunggu Mas Dean pulang makanya telat bangun. Maaf yah Tante, jadinya aku ngga ikut sarapan bareng kalian, deh,” jawab Linar kelewat tegas, yang membuat suasana semakin hening bahkan Linar tersenyum simpul membalas pandangan yang menontonnya.

“Cara bicaramu seperti sedang di sidang aja,” kekeh Tante Ambar.

Linar mengangguk kecil, ia meringis karena tak bisa ikut tertawa ia tak pintar mengubah suasana.

“Tante tahu Mami di mana?”

Tante Ira menaikkan alisnya sebelah. “Ada di taman belakang sedang mengobrol dengan Om Soepomo, ada perlu apa?”

“Bukan keperluan penting sih, Tante,” pungkas Linar tersenyum dan segera berbalik ke arah taman belakang.

***

Linar membuka aplikasi pesan pada gawainya dan merengut saat membaca pesan yang tertulis permintaan maaf suaminya karena menginap di rumah Roland.

Sudah tengah malam Dean membalas pesannya, Linar kecewa, perasaannya hari ini kian buruk.

Linar mengerutkan dahinya karena tak jua mendapat balasan tambahan, kenapa Dean semakin irit membalas pesan ? Seperti bukan dia tapi rasanya tak mungkin ada yang berani mengotak – atik gawai Dean walau tak di kunci.

Linar menggelengkan kepalanya pelan, membuang pikiran negatif yang mulai menghantuinya belakangan ini.

“Sudah sampai, Bu,” Intrupsi supir taxi dan benar saja ia sudah tiba di depan lobi kantor Dean.

Setelah menyelesaikan transaksi, Linar keluar taxi menegapkan tubuhnya. Karena ia tahu ia setidaknya akan ada beberapa orang yang memperhatikan dirinya. Linar berjalan dengan wibawa yang ia rakit sendiri menenteng dua kantung dengan percaya diri.

Linar melambatkan langkah kakinya dan …

“Linar?” Roland menyapa.

“Hai Mas Land, apa kabar ?” balas Linar.

“Aku baik, kamu … terlihat lebih cantik.”

Linar terkekeh. “Ya, aku memang lebih kurusan karena diet karbohidrat,” ucapnya tersenyum maklum.

“Oh ya Mas, gimana semalam lancar hasilnya?”

“Semalam?” tanya Roland menggantung.

“Iya, semalam selesai ketemuannya sampai jam berapa, sih?” tanya Linar ingin tahu.

Roland menyatukan alisnya dekat, keheranan. “Jam sebelas malam.”

“Oh ya, terus kenapa Mas Dean harus sampai menginap, biasanya jam segitu dia masih milih pulang ke rumah?”

“Dean?” Gumam Roland bertanya.

“Iya, kenapa? Kalian ketemuan di kafe atau di club tadi malam, kan?” tanya Linar curiga.

“Kalian? Semalam aku nggak bersama Dean tapi sama teman perempuanku dan bukannya Dean semalam ada di rumah kakeknya bersama kamu?”

Tahu ada yang salah dengan berubahnya raut wajah Linar, Roland segera menambahkan.

“Mungkin kamu salah tangkap omongannya dia, bukan aku teman Dean yang bersama dia semalam, mungkin Dipta yang dimaksud,” tebak Roland menenangkan.

Deg …

Ia jelas mendengar jika nama yang di sebut suaminya adalah Roland bukan Dipta, tapi kenapa?

“Linar, maaf aku harus lanjut bekerja Sebentar lagi jam makan siang, aku duluan yah.”

Linar mengangguk kecil seketika ada beban yang menggelayuti dada dan pikirannya. Linar menggeleng pelan dan menatap depan, terkesiap menyadari ia berdiri sendiri di tempat yang salah. Untung saja liftnya terbuka dan ia segera masuk menyelamatkan dirinya dari tatapan bertanya atau kesal karena berdiri di tengah jalan.

***

Linar mengangguk saat dirinya di persilahkan masuk oleh Nuga asisten kerja Dean.

“Terima kasih, Nuga.”

Linar menatap dalam Dean yang menyambutnya di depan pintu. ” Linar, kamu di sini, tumben biasanya kamu nge WA aku kalau mau datang? Ah soal semalam,aku minta maaf karena semalam aku nggak pulang dan terlambat membalas pesanmu.”

Dean yang tak kunjung dapat jawaban bertanya kembali. “Apa yang kamu bawa?”

Deg … deg … deg

Linar mendongak menatap kedalaman bola mata Dean, menatap dalam dengan perasaan yang tak menentu.

“Lin?”

Linar menunduk dan menggeleng pelan. “Kenapa kamu masih bertanya, bukannya aku sudah memberitahu kamu, Mas?” ucapnya pelan.

Dean melipat bibirnya tahu ada yang salah.

“Dan Mas, kelihatan terkejut melihatku mengunjungi kamu pagi ini  setelah meninggalkanku di rumah kakekmu, kamu tahu? semalam aku kedinginan menunggu kamu dan paginya aku kebingungan menjawab pertanyaan saudaramu tentang keberadaan kamu yang aku sendiri nggak tahu, di mana Mas semalam?” cecar Linar mengeluh.

Dean mendatarkan wajahnya tak suka akan situasi yang di ciptakan Linar.

“Aku sudah bilang sama kamu, semalam aku harus menemui relasi kerja yang akan di kenalkan sama Roland. Dan kami lupa waktu, aku terlalu lelah mengemudi jadi aku putuskan menginap di kontrakan Roland,” ucap Dean sembari berbalik menuju set sofa kecil yang ada di tengah ruangan.

Tangan Linar saling bertaut mencari kekuatan, dadanya kian sakit seolah di pukul oleh tangan tak kasat mata. Siapa yang sedang berbohong, tapi respon Roland terlalu natural tadi.

Linar menarik napas dan menghembuskan pelan.

“Ada apa lagi, Linar ?”

Linar mendongak. “Aneh,” gumam Linar jelas. “Aneh aja, tadi pagi aku mengirimi pesan menanyakan keberadaan kamu dan Mas yang balas sendiri Isi pesannya ada di rumah Roland. Tapi aku juga menawarkan mengantar baju ganti untuk bekerja dan makan siang ke kantormu dan Mas membalasnya ‘ ia datang aja ‘ terkesan dingin,” ucap Linar parau mengamati respon Dean.

“Ah iya, kamu benar aku yang lupa, maaf … Maafin aku Linar!” seru Dean tulus.

Linar benci jadi terlalu peka, karena kepekaannya membuat ia berpikir banyak hal dengan menyakitkan. Maka Linar hanya bisa tersenyum masam.

“Aku nggak ngerti, kamu yakin yang balas pesan tadi pagi itu kamu, Mas ?” tanya Linar sangsi.

“Aku cuma lupa Linar, hari ini aku terlambat ke kantor karena telat bangun dan langsung di hadapan banyak pekerjaan, maaf ok!” pinta Dean merengkuh tubuh Linar tak perduli telah berjalan mundur, di peluknya erat di cium puncak kepala merambah ke kening dan turun ke bibir Linar yang tak membalas.

Bibir Linar tersungging masam mendengar degup jantung Dean berdetak keras , seperti … perasaan tidak nyaman?

Linar membalas pelukan , menyandarkan kepalanya di dada Dean menghirup aroma yang menguar dari tubuh Dean yang selalu ia sukai. Tapi aromanya terlalu kuat tanda Dean menyemprotkan wewangian terlalu banyak.

Dasar!

Linar meregangkan pelukannya lebih dulu dan mendongak, ia tersenyum. “Jadi gimana pertemuan kamu sama relasi yang dikenalin Mas Roland kemarin, sini ceritain deh sama aku?”

 

Dikhianati Semesta

Dikhianati Semesta

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
"Siapa Lo?" tanya Ndaru sinis "Brengsek ngapain Lo sama istri gue di sini, hah?!" marah Dean menerjang Ndaru dan memukul pipi kanan Ndaru menarik dan memukulnya lagi. Linar terkesiap mendengar teriakan Tita "Stop, Mas!" sembari menarik kemeja belakang Dean. Linar tersadar sepenuhnya lalu ikut mendorong Dean beberapa kali menjauhi tubuh Andaru. Linar menunduk menyentuh kening dengan satu tangan dan mencoba bernafas teratur." Pergi kamu mas, kamu yang bilang, kan kita akan berpisah seperti yang aku mau," desis Linar. "Jadi kamu lebih memilih selingkuhan payahmu ini daripada aku? suamimu?" "Jangan kamu memutar balikkan fakta, Mas. Aku bukan kamu yang mampu berselingkuh sampai menghamili jalang mu dan berlagak nggak ada masalah," raung Linar marah. Prang ...! Ini tentang realita hidup yang adil walau tak pernah adil untuknya, tentang pengkhianatan semesta padanya yang mengagungkan kesetiaan.  

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset