loader image

Novel kita

Dikhianati Semesta – Bab 5

Dikhianati Semesta – Bab 5

Tertangkap Basah!
60 User Views

“Aku sudah memakainya kemarin malam itu sebabnya aku menunggumu pulang sampai larut malam dan kedinginan,” Linar menarik kedua sudut bibirnya, “Lingerienya belum aku cuci lagian lebih nyaman tidur pakai baju tidur ini.” timbal Linar lebih datar.

“Aku mau langsung tidur, ngantuk.”

Dean mengamati Linar yang langsung ambil posisi tidur dan memunggunginya.

Senyum masam tertarik di satu sudut bibirnya. Perlahan Dean bisa merasakan kalau wanita nya menyembunyikan sesuatu darinya. 

Namun Dean enggan mencari tahu lebih, yang ia tahu Linar belum pernah marah dalam waktu yang lama jika itu dengan dirinya. Karena Linar begitu mencintainya.

Selama beberapa menit, Dean hanya tertegun menatap punggung istrinya. Kemudian dia ikut berbaring di samping wanita itu dan memeluk tubuh Linar dari belakang. 

Linar terkesiap dan tubuhnya menegang dengan pelukan tiba-tiba Dean. Dada Dean menempel di punggung, lengan pria itu melingkari pinggangnya. Wajah pria itu bahkan menempel di ceruk lehernya. Dean mengurung tubuhnya sangat erat hingga ke bawah kaki Linar sampai tak bisa bergerak.

“Maafin aku,” bisik Dean parau di telinga Linar.

Deg!

“Maaf untuk apa?” Linar menunggu dengan degup jantung berdetak sesak. 

“Maaf sudah membuatmu menunggu, maafin aku sudah menyakitimu.” 

Linar menggigit bibir bawahnya menahan Isak tangis terasa ada pesan tersembunyi entah apa yang jelas sukses menyesakkan dadanya.

Hening. 

Dean kecewa akan Linar yang membisu ia semakin mempererat pelukannya. Menghirup aroma khas di rambut dan kulit Linar. Selalu mampu membuat dia betah tempatnya pulang.

Linar merasakan detak jantung Dean yang berdegup cepat entah apa pemicunya aroma tubuh khas Dean tengah membuainya.

“Linar?”

“Hmm.”

“Berbaliklah,” Dean sedikit melonggarkan pelukannya.

Dengan patuh Linar berbalik mendongak demi membalas tatapan Dean yang begitu dekat di depan wajahnya, deru napasnya menghela lembut mengenai wajah Linar menularkan detak jantung berdegup cepat . 

“Aku ngantuk.”

“Aku menginginkanmu, Linar.” Dean mendorong tengkuk Linar dan mencium bibir Linar dalam tak membiarkan adanya jarak di antara mereka. Linar di dorong pelan ke belakang dan tubuh Dean bergerak naik melanjutkan cumbuannya ia menahan tangan kanan Linar dan mengarahkan tengkuknya ke atas dan membuka akses mencium leher Linar agresif. 

Linar dapat merasakan ada hasrat menggebu dan terburu-buru tapi ada rasa putus asa di dalamnya entah milik siapa rasa itu yang jelas percintaannya kali ini terasa lebih kasar disertai sorot mata yang tak biasa. 

‘Permintaan maaf kah atau sedih? Tapi kenapa?’

****

Linar tak bisa memejamkan mata lebih lama lantaran pikiran itu mengganggu nya ia menengok ke belakang pada Dean yang sudah terlentang pulas. Ia menghirup napas dalam dan mengeluarkannya, ia tak percaya akan ada pemikiran seperti ini.

Linar menduduki dirinya pelan di tepi ranjang ia mengambil gawai milik suaminya yang tengah diisi daya dan membuka layar ponsel yang tak dikunci ia melangkah menjauh dari tempat tidur dan benar saja galeri fotonya dikunci dengan dongkol ia kembali pada sisi ranjang tempat suaminya tertidur ia pun mengambil pelan jempol Dean dan mengidentifikasinya di layar gawai dan sukses terbuka.

Linar terus mencari foto selain dirinya dan Dean yang memenuhi layar gawai dan ia membuka file demi file dan ketemu!

Dada Linar seketika sesak sakit di tatapnya foto itu yang menampilkan Dean tengah direngkuh dari samping oleh wanita cantik yang tersenyum manis ke arah kamera dengan Dean yang tersenyum tipis berlatar belakang satu manekin dress perempuan dengan tulisan ukuran besar di belakangnya tertulis Deraras’s Boutique . 

Hah. 

Linar menggigit bibirnya ia mendongak demi menahan isak tangis dan deraian air mata yang mulai mengalir belum puas ia menggulirkan layar, menampilkan wanita yang sama tengah menggelayut manja di lengan suaminya ditopang meja disertai menu makanan Jepang, lagi-lagi wanita itu tersenyum manis dan Dean yang tersenyum tipis menghadap ke kamera. 

Seolah ingin menyakiti dirinya lagi ia terus menggulirkan layar namun ia tak menemukan foto itu lagi selain foto dirinya dan Dean.

Linar menyerah, ia memutuskan mengirim kedua foto itu pada ponsel miliknya. ‘Ah aplikasi pesan‘ Linar segera melakukan hal yang sama agar terbuka aplikasi pesan, Linar langsung menemukan nama Dera di baris ke dua, nama yang serupa. Ia membukanya dan kebanyakan pesan itu berisi ajakan bertemu.

Matanya menyipit demi mengingat ajakan terbaru dari wanita itu tentang waktu dan tempat mereka janji bertemu.

‘masih kurang ‘ desahnya dalam hati .

Linar membuka akun media sosial milik Dean di gawai suaminya dan mencari nama yang sama, benar saja akun wanita itu langsung di temukan di kolom pencarian ia menekan akun itu dan muncul laman milik Dera, tak ada foto mereka berdua hanya ada foto gawai yang di balik menampilkan casing gawai yang ia yakini milik suaminya dan casing gawai yang pasti milik wanita itu di dekatkan di meja kayu yang sama. 

‘Ah mereka masih berhati – hati ternyata’ desah hatinya masam.

                                  ****

POV Linar 

Aku terbangun dengan tubuh yang pegal – pegal karena melayani suamiku yang terbangun tiba-tiba tengah malam tadi, demi mengalihkan perhatiannya aku berinisiatif memeluknya di atas kasur yang ia artikan sebagai ajakan bercinta dan beginilah hasilnya aku terbangun dengan beban tangan Dean yang membebankan tanganku. 

Aku lirik Dean yang sedang menggeliat di sampingku setelah aku berhasil melepaskan tangan mas Dean ke belakang, aku turun dari ranjang, meraih pakaianku yang berserakan di lantai dan berjingkat ke kamar mandi.

Hangatnya guyuran air membuat tubuhku terasa rileks. Namun ingatan semalam masih menyesakkan di dada bahkan rasa sesak dan gamang lebih terasa, entah ini firasat atau pikiran negatif ku saja, yang jelas hari ini semuanya telah berubah. 

Setelah selesai mandi, aku lekas mengambil dres rumahan tepat di atas lutut.

Sekilas masih sempat kulihat jam digital sebelah nakas ‘sepuluh menit lagi jam bangun Dean’ gumamku dan benar saja Dean yang kembali menggeliat dengan mata terpejam.

Aku yakin sebentar lagi dia akan bangun, aku melangkah ke luar dari kamar, bersiap ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Aku Memanaskan air menggunakan teko listrik untuk membuat kopi. Lalu memanggang roti isi sayur dan irisan besar daging sapi yang dilapisi telur ayam dan dioleskan dengan mentega sarapan praktis ala Linar.

“Aku lapar.”

Aku menoleh dan mendapati Dean berdiri tidak jauh dariku dengan hanya mengenakan celana pendek tanpa baju. Rambutnya terlihat lembab karena basah dan wajah yang sudah segar tanpa belum menyikat gigi.

Darahku seketika berdesir. Sungguh ia terlihat sangat seksi. Rasanya tanganku ini ingin segera mengelus dada bidangnya, lalu mencium bibir yang terlihat sangat sensual saat ia baru bangun tidur seperti ini. Dia benar-benar sangat tampan dan memesona.

“Aku lagi membuatkan sarapan untuk kamu,”

Dean membalas senyumku lalu duduk di salah satu kursi di dekat meja makan.

“Kenapa nggak langsung mandi dulu?” kataku sambil menata roti isi dan kopi espresso instan, lalu menghidangkannya di atas meja di depan Dean.

Dean mengedikkan bahunya.

“Hmm… harum sekali,” kata Dean dengan suara parau. 

Aku tersenyum tipis, lalu bersiap untuk meninggalkan Dean dan mengambil seduhan matcha latte untuk diriku sendiri.

Tapi gerakanku terhenti saat tangannya yang kokoh meraih pergelangan tanganku, lalu menarik diriku pelan menghadap padanya. 

“Kamu sudah nggak marah lagi sama, Mas kan?” 

Aku menunduk menatapnya. Seketika dadaku berdebar menatap raut wajah 

menunggu. Mencoba mencari kebenaran pada kebeningan bola matanya.

Mungkinkah Tuhan ? 

“Apa yang mengganggumu, Sayang? Kamu bicara dong sama aku ,seperti yang selalu kamu bilang komunikasi itu penting sekecil apapun itu” seru Dean agak gusar. 

“Aku belum jelas apa yang lagi aku rasain sekarang, lagi badmood aja” jawab Linar mengedikkan bahunya asal. 

Satu tangan Dean mulai mengelus pergelangan tanganku, ia meraih leherku namun aku menahan tangannya.

“Sarapan Mas, atau kamu akan terlambat berangkat kerja!” Tolakku menukik alis ringan.

Dean meregangkan kungkungannya dengan raut wajah tersinggung. “Aku nggak suka kamu nolak aku nggak jelas kayak gini.”

Linar menoleh. “Maaf” Linar merangkum wajah Dean di pipinya dan mencium kening suaminya lembut. 

“Ini sarapan kamu, sebenarnya aku lagi buru-buru Mas, hari ini aku ada kelas baking pagi.” Aku tersenyum manis.

“Oh, ok ” seru Dean meraih cangkir kopinya, diam-diam aku menghela napas lega langsung saja aku beralih untuk menyeduh matcha latte instant dan meraih roti isi.

“Oh iya Mas, hari ini kamu pulang jam berapa?”

“Hari ini aku lembur sampai malam ada client yang minta di revisi, mungkin sekitar jam setengah sembilan aku sampai rumah”

Aku meremas sisi bawah baju ku, sesak itu kembali, ingatan ku melayang pada isi pesan wanita itu tadi malam, Aku melirik suamiku yang tenang menyantap sarapannya, dalam hati aku bertekad akan melakukannya hari ini atau tidak sama sekali. Kami sarapan tanpa pembicaraan pagi.

****

“Halo, Nuga?”

“…”

“Bukan apa-apa, hari ini kira-kira Mas Dean pulang jam berapa?” 

“…”

“Oh ya? ngga ada lembur apapun sore ini, kamu yakin?”

Dikhianati Semesta

Dikhianati Semesta

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
"Siapa Lo?" tanya Ndaru sinis "Brengsek ngapain Lo sama istri gue di sini, hah?!" marah Dean menerjang Ndaru dan memukul pipi kanan Ndaru menarik dan memukulnya lagi. Linar terkesiap mendengar teriakan Tita "Stop, Mas!" sembari menarik kemeja belakang Dean. Linar tersadar sepenuhnya lalu ikut mendorong Dean beberapa kali menjauhi tubuh Andaru. Linar menunduk menyentuh kening dengan satu tangan dan mencoba bernafas teratur." Pergi kamu mas, kamu yang bilang, kan kita akan berpisah seperti yang aku mau," desis Linar. "Jadi kamu lebih memilih selingkuhan payahmu ini daripada aku? suamimu?" "Jangan kamu memutar balikkan fakta, Mas. Aku bukan kamu yang mampu berselingkuh sampai menghamili jalang mu dan berlagak nggak ada masalah," raung Linar marah. Prang ...! Ini tentang realita hidup yang adil walau tak pernah adil untuknya, tentang pengkhianatan semesta padanya yang mengagungkan kesetiaan.  

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset