loader image

Novel kita

Dikhianati Semesta -Bab 6

Dikhianati Semesta -Bab 6

Melabrak di Kamar Hotel
68 User Views

“Oh oke, makasih infonya, Ga”

 “…”

“Nggak usah, sebenarnya Mas Dean udah bilang hari ini bakalan lembur, aku cuma memastikan aja, nanti biar aku sendiri yang nelpon dia, aku tutup yah, Ga. Dah” 

Aku menggenggam erat ponselnya. Ia masih ingat dan telah memastikan ajakan pertemuan mereka di restoran Jepang terkenal di Jakarta satu jam lagi jam pulang kerja ‘aku harus bersiap sekarang.’

Sekitar dua puluh menit kemudian, aku sudah berada di depan sebuah restoran Jepang. ‘semoga aku yang salah , Semoga mereka nggak hanya berdua ya Tuhan’ lafalku dalam hati.

Aku lekas turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam gedung restoran. Aku mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dan dadaku seketika sesak saat mataku menangkap mereka yang sedang duduk berhadapan di sebuah meja.

Dadaku berdegup cepat melihat Dean benar bersama wanita itu di jam pulang kantor yang normal, hah padahal akhir-akhir ini Dean sering pulang terlambat dengan alasan lembur dan apa apaan itu mereka …! 

‘Mereka … berbicara intens sesekali wanita itu meremas tangan suamiku sungguh aku jengah melihat keakraban mereka yang tak tahu malu itu. Yang benar saja di ruang publik begini?’

Aku menusuk kuku jempol ku pada kulit telunjukku dengan… Tangan yang bergetar.

Sesak ! 

Wanita yang sama pada dua foto di gawai Dean.

Dengan langkah yang di tarik-tarik aku mendudukkan diriku di meja kosong di luar restoran yang sama, terletak cukup jauh namun mudah melihatnya dan syukurlah, di atas meja mereka terlihat piring-piring makanan yang sudah kosong.

Aku menggerutu dalam hati sedetik kemudian aku mencoba menggunakan teknik pernapasan dilanjutkan berdzikir. Agar aku kuat dan tak menggila di sini.

“Hufth!”

Aku masih menatap lemah mereka dan aku akan mencoba sekali lagi Aku melihat Dean sedikit tersentak mendapat panggilan telepon dariku, si wanita itu menatap bertanya lalu Dean membuka mulutnya entah bicara apa dan Dean mengangkatnya.

“Iya halo, Mas kamu dimana?”

“…”

“Masih di kantor? jadi benar hari ini lembur lagi?” Tanyaku mendesah.

“…”

“Oh, kira-kira pulang jam berapa?” 

“…”

Aku mengangguk kalah, “Oh ok,” tutup ku tersenyum masam.

Tak lama aku mengikuti mereka meninggalkan segelas teh ocha yang hampir habis. Aku terus mengikuti mereka dari belakang hingga mobil berhenti pada sebuah gedung hotel elit.

Deg! 

‘Kenapa harus berhenti di sini ?’ pikirku dalam hati yang semakin menyesakkan Dada.

Namun aku menolak untuk menyerah, aku sudah memulai dengan merakit sakit hatiku agar masih kuat demi meneruskan penyelidikan . Dan masih terlalu awal bagiku untuk menyerah bukan?

Aku memastikan jarak aman dan tetap mengikuti mereka dari belakang jangan sampai tertinggal, hotel semewah ini sudah barang pasti menjaga ketat keamanan dan informasi pemiliknya bukan. 

Dengan tak sabaran aku segera keluar dari kotak hitam yang bisa mengantarku ke lantai tiga belas angka yang sama yang ku lihat pada penunjuk lift yang membawa mereka berdua. 

“Semoga aja masih terkejar” 

Saat aku berbelok aku melihat mereka di ujung lorong tengah membuka dan memasuki sebuah pintu unit yang aku tak tahu berapa deret angkanya, nggak penting karena sudah tahu letak pintunya dimana.

Deg … Deg … Deg 

Pelupuk mata Linar mulai panas, ia menyentuh dadanya yang berdegup sakit lebih terasa menyesakkan. Ia mematung di ujung dinding belokan.

Untung saja hotel ini sepi mungkin karena penyewanya para pekerja keras yang pulang larut malam. Hah, mewah sekali gedung ini. Kenapa harus pergi ke hotel atau siapa yang membayar kamarnya di antara mereka. 

Overthinking ku bertebaran lagi di kepala dan seperti ada tangan yang memukul-mukul dadaku kembali.

Aku melihat tanganku bergetar lebih parah, aku mengepalkan jemari seolah tengah mencengkeram dadaku yang berdegup cepat menyesakkan agar lekas berhenti. 

Aku menarik napas dalam dan hembuskan perlahan berulang kali, aku menegakkan tubuh lalu merogoh gawai kecil dan aku hidupkan kamera video. Ketika sudah pasti aku taruh di saku atas dadaku sebelah kiri. 

‘Semoga pas’ gumamku. 

Dan berbalik aku mengangkat dagu dengan tangan yang dingin saling bertaut menguatkan. Aku melangkah pelan sembari merakit kekuatanku kembali. 

Aku terkesiap ketika petugas kebersihan keluar dari pintu unit di depanku dia bahkan ikut terkejut dengan reaksiku. 

Aku mencoba tersenyum dan ah, “Maaf, Mas boleh minta tolong?” pintaku mencegatnya.

Setelah menjelaskan apa dan bagaimana kemudian aku berdiri setengah meter dari pintu unit yang dimasuki suamiku dan wanita itu, aku menunggu giliranku.

Sudah dua kali si petugas kebersihan menekan bel, ia menoleh pada Linar yang segera di beri kode untuk terus menekan bel. Yang dipatuhi oleh lelaki itu.

Klik 

Suara pintu terbuka , Linar menahan napas gemuruh detak jantungnya semakin cepat. Penampakan seorang perempuan dengan pakaian tidur yang sangat terbuka muncul dari baliknya.

“Ada apa yah, Mas ?” Suara perempuan terdengar menyahut dari dalam kamar.

Sentak Linar menoleh namun ia masih diam memaku dirinya bertahan.

“Maaf nyonya layanan kamarnya” seru petugas lelaki itu.

“Layanan kamar? Saya belum memesannya, dasar aneh!” tukas wanita itu judes.

“Maaf “

“Ada apa?” Suara Dean menginterupsi mereka yang membuat aku dan wanita itu terkesiap dengan alasan berbeda.

Aku berjalan cepat membuat petugas lelaki itu mundur, melihat wanita itu sedang menoleh ke belakang menjawab interupsi Dean, dengan kasar aku mendorong pintu lebih lebar. 

Aku nyaris kehilangan suara saat memindai tubuh perempuan berjubah putih dengan sebagian besar tangan dan paha putihnya terpampang. 

“Kamu?” Tuduh wanita itu terperangah,

Aku segera menyadarkan diriku dan berjalan lagi sengaja menabrak bahu wanita itu kasar. 

Aku berbalik dan Dean menoleh cepat ke arahku tubuh kami saling balas menatap dengan cara yang berbeda aku dengan pandangan menatap nyalang tapi rapuh dan Dean yang terkejut ia menegakkan bahunya dan mendekati ku.

“Linar?” panggil Dean parau ia mulai tampak kebingungan.

Aku seperti telah kehilangan banyak darah saat ini, kulit ku memucat, kepala ku pening bukan main. pandangan mata ku mengabur, dada ini bergemuruh kian hebat.

Sekarang aku bahkan baru sadar kalau aku bahkan belum makan apa-apa sejak tadi siang. Tapi, itu tidak cukup menyiksa. Yang paling menyiksa adalah pemandangan yang tersuguh di depan kedua mataku saat ini. 

Seorang pria dewasa bertelanjang dada berada di dalam satu kamar dengan perempuan berpakaian terbuka. Bagaimana mungkin aku yang istrinya harus bisa menahan diri untuk tidak bertanya-tanya. Apa yang dilakukan suamiku dengan perempuan itu di kamar ini?

Aku tenggelam dari keterkejutan dan berbagai ocehan spekulasi di kepalaku, aku tak menyadari Dean melangkah cepat dan meraih lenganku sebelum aku benar-benar ambruk namun aku segera menepis kasar tangan Dean. 

Aku mendongak menatap kedalaman bola mata yang sarat akan keterkejutan dan kekalahan hingga kecemasan.

“Aku bisa jelasin, Lin ” kata Dean meraih tanganku yang segera ku balas dengan tamparan di pipi kanannya keras.

Suamiku menunduk sebelum menoleh aku menamparnya lagi di pipi kiri kasar.

Aku bergerak mundur dua langkah, tersenyum masam dan mengangguk lemah. 

“Oh tentu aja. Karena aku tahu gimana rasanya nggak dikasih kesempatan untuk menjelaskan, dan jadi orang bego yang ngga tahu apa-apa sehingga gampang dibohongi.”

kalimat terakhir yang ku lontarkan berhasil membuat Dean terperanjat wajahnya pias dan tersinggung. 

Pria itu menyugar rambutnya frustasi dan mendesis saat mengucapkan maaf, “Keluarlah Dera!” Titah Dean parau 

“Apa? Nggak mau, kamu tahukan aku cuma pakai lingerie minim di balik jubah pendek ini. Nggak! orang-orang akan berpikir kalau aku wanita panggilan!” 

“Itu fakta kan?” sambar ku.

“Apa?”

“Kamu memang wanita panggilan, jalang murahan yang lagi berzina sama suami orang kan?” Sengit ku mengejek.

“Apa! beraninya sialan Lo, dasar..”

Dikhianati Semesta

Dikhianati Semesta

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
"Siapa Lo?" tanya Ndaru sinis "Brengsek ngapain Lo sama istri gue di sini, hah?!" marah Dean menerjang Ndaru dan memukul pipi kanan Ndaru menarik dan memukulnya lagi. Linar terkesiap mendengar teriakan Tita "Stop, Mas!" sembari menarik kemeja belakang Dean. Linar tersadar sepenuhnya lalu ikut mendorong Dean beberapa kali menjauhi tubuh Andaru. Linar menunduk menyentuh kening dengan satu tangan dan mencoba bernafas teratur." Pergi kamu mas, kamu yang bilang, kan kita akan berpisah seperti yang aku mau," desis Linar. "Jadi kamu lebih memilih selingkuhan payahmu ini daripada aku? suamimu?" "Jangan kamu memutar balikkan fakta, Mas. Aku bukan kamu yang mampu berselingkuh sampai menghamili jalang mu dan berlagak nggak ada masalah," raung Linar marah. Prang ...! Ini tentang realita hidup yang adil walau tak pernah adil untuknya, tentang pengkhianatan semesta padanya yang mengagungkan kesetiaan.  

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset