loader image

Novel kita

Dionly Mine – Bab 3

Dionly Mine – Bab 3

Murid Baru
80 User Views

“Papah janji, kalau kamu sadar nanti. Papah akan daftarkan kamu ke sekolah umum, kamu tidak perlu homeschooling lagi sayang. Jadi, tolong cepat sadar ya!” pinta seorang pria paruh baya sembari memegang tangan seorang perempuan muda yang merupakan anaknya.

Seorang memasuki ruangan pria paruh baya itu, mereka tampak berbicara. Pria paruh baya yang sekarang tampak frustasi melirik ke arah brangkar tempat sang anak berada.

“Tolonglah James, Aya belum sadar. Gua ga tega ninggalin dia seorang diri!”

“Tapi ini permintaan client Aska! Tolong kali ini saja, kita udah menyia-nyiakan kerja sama dari beberapa client akhir-akhir ini.”

“James! Tolong sampai Aya sadar-“

“Sampai kapan ka?! Kalau Aya sadar, kali ini lu ga akan bisa memenuhi semua keinginannya. Perusahaan lu akan bangkrut! Ga lama ka, kali ini keuntungannya benar-benar besar jika kerja sama ini berhasil. Lu bisa menitipkan Aya untuk sementara ke suster, cuma seminggu ka.”

Aska, Papah Aya memandang wajah ayu putri semata wayangnya. Tak apa, demi Aya ia harus pergi. Aska benar-benar merasa berat meninggalkan sang anak yang sudah berusia 20 tahun. Mengasuh putri semata wayangnya seorang diri sejak kecil, benar-benar membuat Aska begitu menyayangi putrinya. Walaupun berperan sebagai sosok ayah dan ibu sekaligus tidak mudah baginya. Tapi, selama menghabiskan waktu bersama sang anak Aska tidak pernah mengeluh. Ia selalu menikmati moment bersama putri kecilnya itu.

James memandang kedua orang dihadapannya, ia menjadi saksi atas lika-liku kehidupan sahabatnya itu. Diceraikan istrinya satu hari setelah Aya dilahirkan, pasti membuat Aska kecewa dan sakit hati. Istri Aska yang mengatakan tidak ingin memiliki anak yang cacat, meminta pisah karena penyakit putri mereka, ditambah saat itu financial Aska memburuk. Fase terendah Aska dan fase kebangkitan sahabatnya itu.

Maka, James tidak ingin membuat Aska mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya. Setelah mengecup kening putrinya, Aska meninggalkan ruang rawat itu dengan suster yang sudah James perintahkan. Selama Aska dan James menemui client di Amerika, sang suter yang sudah diperintahkan untuk menjaga putrinya selalu memberi kabar mengenai perkembangan anaknya.

James sungguh kagum dengan Aska, pria itu tak kenal lelah selama lima hari di sini. Dengan kerja keras dan ketekunannya, proyek kerja sama ini berhasil dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Sungguh cinta seorang ayah kepada anaknya begitu besar dan menjadikannya kekuatan. Tinggal meresmikan pembangunan proyek bersama client, kemudian mereka bisa kembali.

Namun, satu jam sebelumnya, Aska sempat menerima kabar dari suster yang menjaga anaknya. Kabar yang menggembirakan datang, Aya-putrinya sudah sadar membuat Aska bergegas pulang saat itu juga. James yang kaget ketika menerima kabar bahwa Aska sudah berada di bandara untuk pulang lebih dulu, menggeram frustasi. Untungnya client mereka bisa memaklumi, dan bahkan sang client malah menganggumi sosok Aska.

Dengan tak sabar Aska melihat ke luar jendela pesawat, memakan waktu berjam-jam untuk sampai membuat Aska gelisah. Sudah dua hari dia tidak tidur, di dalam pesawat karena gelisah membuatnya sulit tertidur. Dipikirannya hanya ingin cepat-cepat memeluk putrinya, putri yang menjadi kekuatannya selama ini, putrinya yang mungil dan menggemaskan, ia tidak sabar menatap mata bulat Aya dan menghujaminya kecupan penuh kerinduan.

Dua puluh jam, Aska harus menahan selama itu untuk bertemu putrinya yang telah sadar. Bodyguard sudah menunggunya, mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata menuju rumah sakit tempat putrinya berada. Ketika pintu kamar rawat Aska buka, pekikan putrinya membuat tangis Aska pecah seketika.

Menghujami wajah Aya dengan kecupan dan air mata haru penuh kerinduan, tidak henti-hentinya Aska mengucap syukur kepada Tuhan. Tuhan tau ia masih membutuhkan putrinya untuk bertahan di dunia ini.

“Papah! Udah ih geli,” kikir Aya menghindar kecupan yang Aska berikan, dengan tawa renyahnya Aska mengusap matanya dan menangkup wajah sang anak.

“Sekarang Aya udah ga sakit lagi yey!” senang Aska, mata bulat Aya berbinar dan memeluk papahnya erat.

“Aya bisa sekolah yey!” pekiknya senang. Ya, sesuai janjinya. Aska akan mulai mendaftarkan anaknya ke sekolah formal. Walaupun pelajarannya sudah dikuasai sang putri, tidak ada salahnya ia memasukan putrinya yang sudah berusia 20 tahun itu ke SMA. Apapun itu demi putrinya yang telah sembuh dari penyakit yang dideritanya sejak kecil.

Selama seminggu, sembari Aska mengurus keperluan sekolah putrinya. Aya-sang anak tak henti-hentinya mengajak Aska mengobrol tentang rencananya ketika ia bersekolah nanti. Salah satunya adalah mendapatkan kekasih, yang membuat Aska tersenyum kecut. Pergi berdua dengan sang anak di pusat pembelanjaan terbesar di kota mereka, membuat banyak pasang mata menatap ke arah ayah-anak itu.

Pakaian yang casual dengan merek terkenal, tampang seperti dewa-dewi tentunya mereka akan menjadi pusat perhatian. Aya sangat antusias memilih perlengkapan sekolahnya, Aska dengan senang hati mengikuti langkah kecil sang putri sembari memasukan salah satu tangannya ke dalam saku celana. Aska juga turut memilih barang-barang imut yang akan sangat cocok untuk putrinya yang menggemaskan.

Aya mengerucutkan bibirnya, ketika sang papah memasangkan bando dengan telinga kelinci. Sang papah tampak tersenyum lebar melihat penampilannya.

“Ih papah! Aya udah besar tau,” keluhnya, namun tak ayal tetap memakai bando yang dipasangkan papahnya dan melanjutkan kegitan memilih perlengkapan sekolah.

“Kenapa warna hitam semua?” tanya Aska dengan dahi yang mengerut keheranan. Padahal putrinya itu suka sekali dengan warna pink, tappi kenapa perlangkapan sekolah kali ini semuanya berwarna hitam dari tas-tepak pensil.

“Ini-pillih ini saja. Ini lebih lucu, dibandingkan yang itu.”

“Tapi-“

“Itu terlihat biasa saja sayang.”

“Tapi papah! Masa Aya pake sepatu pink ke sekolah?! Ada gambarnya lagi.” Aya menatap papahnya tidak habis pikir, ia saja yang tidak pernah ke sekolah tau bahwa di sekolah harus memakai sepatu berwarna hitam atau hitam-putih.

Aska mengerjapkan matanya, benar juga, dengan menggaruk hidung mancungnya Aska berdehem malu.

“Pas kamu olahraga, kamu bisa pakai sepatu bebas sayang.”

Kali ini Aya memicingkan matanya, “Yang bener?”

“Serius papah, kamu tanyakan saja ke Miss Lili.” Miss Lili adalah guru yang mengajar Aya selama ini.

Aya mengangguk, “Ya udah kalau boleh. Aya beli dua kalau gitu.”

Ketika dirasa sudah membeli semuanya, mereka berjalan ke lantai bawah. Namun, pandangan Aska terhenti kepada toko yang menjual peralatan dapur. Ia membawa Aya yang kebingungan menuju ke sana. Jiwa keibuannya meronta-ronta, Aska dengan kalap membeli berbakal tempat makan dan minum untuk putrinya. Aya tidak masalah, ia malah terharu dengan papahnya yang tau kesukaan dirinya. Kasih sayang Aska kepadanya begitu terasa, hingga terkadang Aya takut jika Tuhan mengambil papahnya.

Hal yang paling Aska sukai adalah memasak, membuatkan makanan untuk putrinya membuat Aska mengingat dirinya yang dulu. Impian ingin menjadi chef sudah terkubur dengan kenangan yang tidak begitu menyenangkan.

Hingga hari yang ditunggu-tunggu tiba, Aya dengan riang berlari ketika pintu lift rumahnya terbuka.

“Papah! Lihat Aya cantik bukan?” Aska yang sedang menata bekal makanan putrinya berbalik, melihat putri kecilnya dengan tubuh yang terbalut seragam sekolah dan wajah berseri. Mengulas senyum lebarnya, Aska merentangkan tangan dan disambut dengan Aya yang masuk ke dalam dekapannya.

“Ingat kata papah?”

“Tidak boleh kecapean, tidak boleh makan sembarangan, kalo diajak orang yang ga kenal jangan mau, harus makan bekal yang papah buat, jangan lupa tersenyum!” seru Aya semangat.

“Pintar,” puji Aska mengelus kepala Aya. Melepas apron, dan menggandeng tangan sang putri sembari tangan satunya membawa tas kecil yang berisi bekal Aya menuju mobil yang sudah siap di depan rumah mereka. Untuk pertama kalinya, Aska akan mengantarkan sang anak menuju sekolah, untuk pertama kalinya Aya bisa merasakan rasanya bersekolah pada umumnya, untuk pertama kalinya mereka pergi bersama ke sekolah.

Mobil Toyota Alphard yang dikemudikan Aksa berhenti di tempat parkir sekolah SMAN 1 Jayandra. Kedatangan Aya dan Aska menjadi pusat perhatian, Aya yang seperti orang bingung sekaligus antusias menatap sekelilingnya. Mereka menuju ruang guru, Aska dengan setia menemani sang putri karena ini pertama kali mereka memasuki sekolah bersama.

Aska yang sudah berumur hampir setengah abad, namun wajah tampannya tidak pernah pudar di makan usia. Ketika guru-guru menyambut kedatangan mereka, Aya baru mengetahui ternyata sekolah ini milik sang papah. Pantas saya nama sekolahnya sama dengan nama belakang mereka. Seorang wanita paruh baya mengantar Aya menuju kelasnya, 11 MIPA 4.

Kelas yang tadinya ribut dan berkumpul pada satu titik, bergegas membubarkan diri setelah melihat kedatangan guru, diikuti seorang siswi dibelakangnya.

Deg

To be continued

Dionly Mine

Dionly Mine

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Dion merupakan anak tunggal yang hanya tinggal bersama sang ayah. Ketika dia menginjak bangku SMA, satu-satunya keluarga yang dia punya pergi meninggalkan Dion seorang diri. Jika hidup hanya bermodal uang pensiunan ayahnya tidaklah cukup bagi Dion, sehingga sejak ayahnya meninggal Dion suka bekerja sampingan guna memenuhi kekurangan finansial dirinya dan hutang yang ia pinjam dari renternir. Masa SMA bukanlah waktu untuk bersenang-senang seperti temannya yang lain, bukan waktu yang indah untuk menjalin kasih atau bahkan borgonta-ganti kekasih. Jika Dion dengan kerumitannya dengan finansial yang ia alami, lain hal dengan Aurora. Terlahir dengan penyakit jantung bawaan membuat Aurora tidak bebas dalam menjalankan kehidupannya, minimal tiap bulan sekali ia harus berkunjung ke rumah sakit. Ia tidak pernah merasakan hangatnya berteman, karena ia selalu berdiam diri di rumah. Dan sang takdir mempertemukan keduanya hingga menimbulkan perasaan yang menggelitik membuat keduanya jatuh hati. Percintaan mereka tidaklah mulus, ke dua saudara laki-laki Aurora yang tampak membenci keduanya, belum lagi ibu Dion yang tiba-tiba muncul membuat hubungan mereka menjadi rumit, ditambah ia mengetahui bahwa jantung ayahnya bersemayam didalam tubuh sang kekasih. Dion yang merasa pesimis, dan Aurora yang optimis mempertahankan hubungan mereka memunculkan masalah internal dalam hubungannya. Kegigihan Aurora dan kesadaran Dion membuat masalah pada hubungan mereka sedikit demi sedikit bisa teratasi. Pada akhirnya mereka bisa mengatasi masalah tersebut bersama-sama.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset