loader image

Novel kita

Dunia lain – Bab 2

Dunia lain – Bab 2

Pertemuan
73 User Views

Rendy bersama kedua teman nya berjalan menelusuri jalan setapak yang ada di depan nya, tidak ada pembicaraan apa pun di sana sampai Rendy yang merasa kelelahan setelah satu jam perjalanan pun menghentikan langkah nya, dia duduk di batang pohon yang tumbang karena termakan usia, begitu juga dengan Rama dan Rangga, ketiga duduk sejajar dengan menghisap sebatang rokok.

Hawa dingin menyelimuti perjalanan mereka, serta kabut yang cukup pekat menghalangi jarak pandang mereka, nyatanya tidak mampu menggoyahkan keinginan mereka yang ingin melihat matahari terbit dari ketinggian gunung sebatung.

Rasa lelah yang mendera hilang begitu saja berganti dengan rasa penuh semangat yang kini berkobar dalam dada, rasa penasaran jiwa muda yang selalu ingin merasakan pengalaman baru tidak membuat mereka gentar.

Mereka terus berjalan naik ke atas yang menurut informasi yang mereka dengar ada tempat datar yang bisa mereka gunakan untuk mendirikan tenda di sana.

“Nak pulang lah” 

“Rama ibu ingin kamu temani malam ini”

“Rangga, ibu takut sendirian di rumah”

Langkah kaki ketiga nya terhenti dan saling menatap satu sama lain, pikiran mereka dipenuhi dengan kebimbangan yang menyergap hati nya.

“Pulanglah nak”

Suara itu terdengar lagi saat mereka melangkahkan kaki nya, sayup-sayup suara sang ibu terngiang di telinga nya, namun lagi-lagi tekad mereka terlalu kuat untuk digoyahkan, mereka melanjutkan perjalanan mereka yang sebentar lagi akan sampai di tempat yang merasa tuju.

“Apa itu?” Ucap Rama yang berjalan paling depan saat melihat sebuah titik cahaya di depan nya.

“Itu seperti cahaya lampu” terang Rendy yang berdiri di samping Rama.

“Sepertinya ada pendaki di sana tapi kenapa pak Asep tidak memberitahukan?” Heran Rangga, karena biasanya mereka akan mendapatkan informasi mengenai data pendaki jika mereka melakukan pendakian yang sama.

“Mungkin saja mereka lewat jalur lain, jadi pak Asep tidak mengetahui nya” tungkas Rendy yang kini memimpin jalan.

“Ayo cepat, kita bisa bergabung dengan mereka nanti”

Ketiga nya pun mempercepat jalan setapak di depan mereka, jalanan yang tidak terlalu menanjak dan curam memudahkan mereka untuk melanjutkan perjalanan.

Sayup-sayup suara seseorang yang tengah bernyanyi tertangkap oleh indera pendengaran mereka, membuat semakin bersemangat untuk mencapai titik dimana suara nyanyian itu berada.

Langkah kaki triple R terhenti saat melihat tiga wanita yang tengah duduk sambil bernyanyi diiringi alunan musik yang mereka putar dari ponsel pribadi mereka, pandangan ketiga nya tidak lepas dari wajah tiga wanita bagai peri yang turun dari langit.

Kecantikan yang mereka miliki menghipnotis ketiga nya sampai tidak bisa mengeluarkan suara nya, mereka hanya terdiam dengan pandangan yang terfokus pada satu titik.

Tiga wanita yang merasa ada yang memperhatikan pun menoleh ke arah Triple R, salah satu dari mereka menghampiri Rama yang berdiri paling dekat dengan posisi nya.

“Halo kalian kenapa?” Sapa wanita cantik dengan kulit putih, hidung bangir serta iris mata kebiru-biruan di tambah lagi alunan suara lembut nya tidak serta merta menyadarkan ketiga nya dari keterteguhan nya.

“Hei, kalian kenapa diam saja” 

“Aku tahu kamu cantik tapi tidak perlu memperhatikan kami seperti itu” canda salah satu dari mereka yang tidak lain adalah adik bungsu dari tiga bersaudara dengan hobi yang sama.

“Tutup mulutmu Aida, jangan bertingkah yang membuat kami malu” Tegur Shinta yang masih tidak beranjak dari duduk nya, sementara satu wanita yang tadi menghampiri triple R itu adalah Maria kakak dari Aida yang itu artinya Shinta adalah kakak pertama mereka.

Rangga tersadar dari lamunannya saat mendengar keributan yang ada di depan nya, mata tajam nya menatap sayu kearah Maria yang menampilkan senyum indah, bagai bongkahan salju yang menyejukan.

Dia menyikut kedua teman nya yang masih tertegun dengan pemandangan di depan nya, membuat Rama dan juga Rendy melenguh pelan saat rasa sakit di ulu hati nya.

“Sakit bro” keluh Rendy sambil mengusap perutnya.

Sementara Rama dia memalingkan wajahnya saat netra nya secara tidak sengaja bertatapan dengan mata teduh milik wanita yang terlihat anggun dari cara duduk nya.

“Hey apa kalian juga sama seperti kami yang suka mendaki?” Tanya Aida memecahkan keheningan.

“Iyaa, kami sering melakukan pendakian, apa kalian hanya bertiga saja?” Tanya Rangga yang sejak tadi celingukan mencari anggota laki-laki dari tiga wanita yang ada di depan nya.

“Kita hanya bertiga saja, ayo letakkan tas kalian dan segera buka tendanya, kita punya waktu beberapa jam sambil menunggu matahari terbit” ucap Maria dengan antusias, dia merasa senang karena ada yang menemani mereka, sejak tadi pikiran mereka diliputi rasa was-was karena mereka bertiga perempuan dan tidak ada satu laki-laki pun yang menjaga mereka.

“Kalian tidak takut?” Tanya Rendy sambil menaruh ranselnya membuka peralatan miliknya yang biasa digunakan untuk mendirikan tenda.

“Kami terbiasa mendaki bertiga”

“Wooww, kalian hebat sekali, boleh kami tahu siapa nama bidadari cantik di depan kamu ini?” Ucap Rendy sambil mengulurkan tangan nya, lirikan mata nya yang menggoda membuat Maria yang tengah membantu nya mendirikan tenda tersipu malu.

“Namaku Maria”

“Siapa namamu?” Tanya Maria balik.

Rendy pun menyebutkan namanya juga teman-teman nya, mereka langsung akrab bagai teman lama yang sudah lama tidak bertemu hanya sesekali kecanggungan tercipta di antara Rama dan juga Shinta, Rama yang memiliki sifat sedikit dingin dan tidak banyak bicara serta Shinta yang tidak terlalu banyak bicara membuat mereka hanya diam sambil menyaksikan perbincangan antara dua pasangan yang entah langsung terlihat begitu serasi.

Lama mereka berbincang sampai tak terasa waktu berlalu begitu cepat, tiga pasangan dadakan itu berjalan menuju puncak gunung berkejaran dengan sang mentari yang hampir saja muncul di ufuk timur, rasa lelah mereka terbayar dengan muncul nya sang mentari dari peraduannya, cahaya kuning keemasan berpadu dengan hamparan hijau pepohonan menciptakan pemandangan yang membuat siapapun takjub dengan ciptaan sang pemilik kehidupan.

Keenam anak Adam itu terlihat sibuk dengan kamera yang menggantung di leher mereka masing-masing, banyak foto yang mereka ambil dengan latar sunset yang membuat rasa penasaran mereka terobati.

“Ayo kak foto bersama dengan kak Rama, aku juga sudah, sekarang giliranmu” perintah si cerewet bungsu yang membuat Shinta mau tidak mau harus menuruti keinginan adik nya itu.

“Ganti gaya kak”

Perintah Aida saat melihat gaya yang di tunjukan dua orang itu terkesan kaku bahkan bisa di bilang foto mereka seperti foto formal yang biasa di gunakan untuk melamar pekerjaan.

“Santai saja Ram, ini bukan foto untuk dokumen pernikahan kok” goda Rendy saat melihat wajah Rama yang menegang.

Sontak kedua orang yang menjadi obyek foto pun saling menatap satu sama lain, kilatan flash kamera memutuskan pandangan mereka yang tampak begitu canggung, sementara empat orang lain nya bersorak kegirangan saat mendapatkan foto romantis keduanya.

“Apa kalian bisa mengantarkan kami pulang?”

Dunia Lain

Dunia Lain

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Tiga pemuda tidak sengaja menemukan gerbang tak kasat mata yang membawa mereka ke dunia lain, dimana penghuninya memiliki wujud yang sama. Selain pesona keindahan dunia itu, tiga pemuda itu nyata nya terlena hingga memiliki hubungan dengan gadis dari dunia yang berbeda itu. Akankah tiga pemuda itu mencari gerbang tak kasat mata dan kembali ke dunia mereka sendiri? Atau memilih tetep berada di sana? Dunia yang tidak akan pernah membuat siapapun yang masuk menjadi tua. Kisah nya hanya di sini di Dunia lain.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset