loader image

Novel kita

FROM THE WEDDING HALL – Chap 19

FROM THE WEDDING HALL – Chap 19

ULURAN PERTEMANAN
81 User Views

Merasa bersalah, Lukas segera berdiri untuk menyambut kedatangan Nesia yang berjalan pelan menuju ke meja makan. Namun, sejenak, baik Lukas maupun Remy seperti tercekat ketika melihat kedatangan Nesia yang kali ini sudah rapi. Entah siapa yang mengajarinya memakai pakaian seperti itu, karena ternyata dia bisa mengenakan pakaian dengan demikian modis.

Tanpa mereka sadari, mereka seperti terpukau oleh kehadiran Nesia yang berjalan bergegas menuju ke arah mereka. Sampai di dekat meja makan, Nesia menatap Remy dan Lukas dengan bergantian.

“Apakah penampilan saya masih tidak beretika sehingga Anda berdua harus melihat saya dengan pandangan seperti itu?” tanya Nesia masih dengan wajah sengit, menatap ke arah Remy yang gelagapan. Bahkan, Lukas juga ikut kikuk mendengar sindiran keras Nesia kali ini.

Remy tak menjawab apapun, dia hanya menghela napas sambil menggelengkan kepala kemudian melanjutkan sarapannya, mengabaikan wajah Nesia yang menatapnya dengan galak.

“Anda mau sarapan, Nona?” tanya Lukas untuk mencairkan suasana.

“Awalnya seperti itu, Tuan Lukas. Tapi saya kehilangan selera makan melihat sajian yang terlalu mewah untuk perempuan tak beretika seperti saya, Tuan Lukas.” Nesia menjawab dengan tandas dan sindiran yang disengaja.

Gadis itu mengurungkan niatnya sarapan sebagaimana yang disarankan oleh Bu Maryam tadi pagi. Sejujurnya dia juga sudah ingin menuruti nasehat Bu Maryam, akan tetapi pembicaraan Lukas dan Remy membuatnya kehilangan rasa lapar.

“Atau mungkin Anda menginginkan menu yang lain, Nona? Saya akan meminta koki untuk menyiapkannya untuk Anda.” Lukas menetralkan.

Nesia menggeleng kuat.

“Tidak perlu, Tuan Lukas. Saya terbiasa menyiapkan makanan saya sendiri, sesuai selera dan juga sesuai dengan strata sosial saya,” jawab Nesia yang kemudian berjalan menuju ke dapur untuk makan sesuai dengan seleranya seperti biasa.

Lukas tak habis pikir, bagaimana mungkin gadis itu demikian berani melawan Remy yang juga adalah suaminya. Meski memang hanya suami sementara. Ditatapnya Remy yang tiba-tiba membanting pisau dan garpu yang tadi dipegangnya untuk sarapan, sehingga menimbulkan suara berdentang yang keras.

Lukas terhenyak terkejut dan memilih menyudahi acara makannya. Apalagi ketika dilihatnya Remy bangkit dari duduknya dengan kasar, serta wajah yang merona merah menahan marah atas perlawanan Nesia.

“Kamu tahu, Lukas? Kalian salah telah memilih perempuan bar-bar tak beretika seperti dia!” Remy menghardik Lukas karena memang Lukas dan salah seorang asisten lain yang waktu itu menodongkan pistol dan memaksa  Nesia untuk menggantikan Dona.

“Maafkan kami, Tuan.” Lukas memilih meminta maaf daripada menentang apapun kalimat yang Remy ucapkan.

Padahal kalau Lukas mau, dia bisa saja membantah dan mengatakan bahwa semua yang dilakukannya atas perintah Remy. Kala itu, Remy memerintah dengan emosi untuk mencari perempuan, siapapun itu, yang bisa dijadikan sebagai pengganti Dona. Remy tak mau malu gagal menikah gara-gara ditinggal mempelai perempuan.

“Katakan pada Rosa, didik perempuan itu dengan ketat. Atau dia akan mempermalukan aku dengan sikapnya sebelum perjanjian berakhir!” Remy berkata dengan suara tegas dan keras, membuat Lukas seketika mengangguk setuju tanpa perlawanan.

Tak ingin semakin murka, Remy bergegas meninggalkan ruang makan dengan amarah yang siap meledak. Tak ada yang bisa Lukas lakukan selain diam tanpa membantah. Karena dia sudah hafal dengan tabiat Remy yang tak menerima bantahan apapun alasannya. Lelaki itu lebih sering meledak-ledak jika sisi sensitifnya tersenggol.

Dan sialnya, yang berhasil menyenggol adalah perempuan commoner, yang sialnya juga adalah istrinya. Lukas hanya menghela napas untuk meredakan rasa gentarnya karena bentakan Remy. Pria itu kemudian berdiri dan mendatangi Nesia yang tadi bergegas kasar menuju ke dapur.

“Nesia … Nesia …. Mengapa harus menentang Tuan Remy? Tidakkah dia tahu bagaimana mengerikannya Tuan Remy kalau marah?” gumam Lukas dalam perjalanan menuju ke dapur.

Sampai di sana, yang Lukas lihat adalah sebuah pemandangan yang entah bagaimana bisa menyentuh sisi hatinya. Di sana, di meja makan yang biasa digunakan oleh Bu Maryam dan Ani, terlihat Nesia duduk menghadap sebuah piring berisi nasi dengan lauk yang sederhana.

Melihat kedatangan Lukas, Bu Maryam terlihat bingung mau mengatakan apa pada Lukas atas apa yang dilakukan oleh Nesia.

“Sssttt ….” Lukas memberi kode pada Bu Maryam agar diam, tak memberitahu Nesia bahwa dia datang.

Bu Maryam mengangguk mengerti sehingga Lukas kemudian menetralkan aura wajahnya sebelum bergerak pelan mendekati Nesia.

“Sepertinya menu sarapan Anda lezat, Nona Nesia?” Lukas menyapa santun ketika dia tiba di meja makan dapur itu dan mengambil tempat duduk di depan Nesia.

Perempuan yang sedang menikmati sarapannya hanya dengan nasi dan telur mata sapi itu mendongak menatap Lukas yang sudah berpakaian rapi, siap untuk berangkat bekerja  sepertinya.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Nesia hanya tersenyum masam. Di dalam pikiran Nesia, Lukas dan Remy itu tak ada bedanya.

“Ini nikmat bagi lidah kampungan seperti saya, Tuan Lukas. Sebaiknya Anda tidak mencicipinya karena takutnya Anda akan ketularan menjadi kampungan tak beretika seperti saya.” Nesia jelas menyindir dengan pedas.

Bu Maryam yang mendengar kalimat pedas itu hanya tertegun. Benar-benar perempuan luar biasa karena berani menunjukkan sikap kontra di rumah ini.

Dalam hati Lukas berkata bahwa Nesia dan Remy mungkin pasangan yang pas karena sama-sama bermulut pedas dan pandai menyindir. Namun, Lukas jelas tak akan menyerah untuk mendekati dan membujuk gadis ini. Karena perjanjian antara Nesia dan Remy baru saja dimulai.

Lukas tak marah meski Nesia menyindir dirinya seperti itu. Pria itu hanya tersenyum.

“Bu Maryam, tolong saya dibuatkan telur mata sapi seperti Nyonya Nesia. Saya juga ingin sarapan nasi.” Lukas memberi Bu Maryam perintah.

“Tuan mau sarapan nasi juga?” tanya Bu Maryam setengah tak percaya karena selama ini Lukas memang tidak pernah sarapan nasi, sebagaimana Remy juga tak pernah sarapan nasi.

“Ya. Melihat Nona Nesia sarapan sepertinya menggugah selera sarapan saya,” jawab Lukas dengan tenang, masih sambil menatap Nesia sarapan dengan lahap.

“Anda tidak takut kehilangan etika Anda jika bergaul dengan saya, apalagi sampai makan makanan seperti saya?” Nesia menatap Lukas dengan senyum masam.

“Etika itu tidak ada hubungannya dengan makanan, Nona Nesia.” Lukas tersenyum.

Nesia tak menjawab. Tak lama, Bu Maryam menyuguhkan menu makanan sebagaimana yang dimakan Nesia. Aroma telur mata sapi yang gurih dan juga sambal kemasan seperti yang dimakan Nesia berhasil memunculkan air liur Lukas.

“Terima kasih,  Bu Maryam,” ucap Lukas pada Bu Maryam.

Perempuan itu mengangguk kemudian kembali ke tempatnya semula, sambil sesekali melihat interaksi kedua orang itu. Tanpa banyak kata, Lukas mencicipi sarapannya. Suapan pertama, Lukas merasakan rasa gurih yang menyenangkan. Tak cukup dengan suapan pertama, Lukas meneruskannya hingga habis.

Nesia tak berkomentar. Dia hanya memandangi Lukas yang sarapan dengan lahap hingga sarapannya habis.

“Mengapa Anda merendahkan diri dengan makan apa yang saya makan, Tuan Lukas?” Nesia menatap Lukas yang dalam sekian menit sudah menghabiskan sarapannya.

“Mengapa Anda berpikir seperti itu, Nona Nesia? Saya bahkan tidak punya anggapan seperti itu.” Lukas mencoba bersahabat dengan Nesia.

“Saya tidak beranggapan seperti apa. Hanya saja saya khawatir gaya makan Anda akan membuat Anda kehilangan etika dan berakhir seperti saya, hidup tanpa etika.” Nesia berkata tandas.

Lukas tersenyum.

“Baiklah, atas nama Tuan Remy saya meminta maaf jika kalimat beliau menyinggung Anda, Nona Nesia. Selain itu, saya juga ingin menjadi sahabat Anda. Sebagai seorang pribadi, bukan sebagai asisten pribadi Tuan Remy.” Lukas mengatakan keinginannya.

Nesia terkejut mendengar pernyataan Lukas.

“Teman?”

***

FROM THE WEDDING HALL

FROM THE WEDDING HALL

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Kehidupan Nesia yang miskin membuatnya tidak diterima oleh keluarga kekasihnya, sehingga membuat Nesia merasa nyaris putus asa. Hingga tiba-tiba saja seluruh dunianya berubah drastis saat Remy, seorang laki-laki gagah nan tampan membawanya ke sebuah pernikahan dengan paksa, demi menyelamatkan harga diri laki-laki itu karena Dona, tunangan Remy, pergi begitu saja pada hari pernikahannya. Pernikahan tanpa cinta itu berlangsung penuh kompromi, hingga kemudian Dona kembali hadir dalam kehidupan mereka. Yang tak terduga kemudian adalah Nesia mulai merasa cemburu dengan kehadiran Dona. Begitupun dengan Remy yang juga kesal ketika Nesia terlihat lebih dekat dengan Lukas, asisten sekaligus adik tiri Remy, dari pada dengan dirinya, yang adalah suami sahnya. Penyesalan Dona yang meninggalkan Remy membuat perempuan itu ingin mengambil kembali Remy dari Nesia. Karena gelap mata, Dona nekat melakukan hal jahat pada Nesia. Bagaimana Nesia bersikap setelah Lukas dan Remy sama-sama berebut menolongnya? Siapa yang akan Nesia pilih? Lukas yang selalu baik padanya? Ataukah tetap bersama Remy dengan segala bahaya yang mengancam keselamatannya?  

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset