Badrika memasang muka tanpa ekspresinya. Wolf berubah sheep adalah keajaiban langka dilihat mata pemain.
Safir tau itu salahnya jadi tidak mempertanyakan lebih lanjut saat rumah Safir tinggal beberapa meter lagi. Suasana hening itu mencekik Badrika.
Walaupun dilanda marah, Badrika mendingin kepalanya dengan soda dari kulkas kecil di belakang kursi penumpang. Safir bersedekap dada sembari senyum-senyum sendiri. Badrika muak melihat Safir berhasil tujuan yang dimilikinya.
“Jangan marah, X sayang. Aku mau mereka melihatnya. Kamu adalah pasanganku jadi kamu duluan yang memintanya dan aku serius!” sergah Safir membuang muka tapi tidak menutupi mukanya memerah sempurna. Badrika membuang napas panjang tahu awal konyol itu terjadi.
Pemberitahuan dari Badrika yang lain cukup sukses. Kemungkinan pria yang meminta pertolongannya juga mengalami hal sama. “Ok aku yang salah. Kamu benar. Jangan menolak apapun aku sebutkan.”
Setelah mengatakan hal itu Badrika mendapatkan ciuman lembut di bibir dan dahi Safir. Sang empu masih belum merespon itu benar-benar didapatkan dengan mudah.
Badrika mendesak Safir memakai sabuk pengaman karena selama perjalanan bunyi berdering peringatan bertalu-talu kencang. Segera saja Safir membuat kissmark di belahan leher kiri Badrika. Setidaknya Badrika mengaku daerah sensitifnya terlalu banyak.
“Inikah dirasakan sheep? kalau wolf sepertinya rata-rata menyerang,” ucap Badrika menganalisa sejak game dimainkan tiga hari. Chat masuk dari kurir mengatakan barang-barang Badrika sudah pindah ke alamat hotel diberikan tentu saja Badrika meminta foto sebagai buktinya.
Badrika menelisik Safir mengeluarkan fitbar cokelat. Untung saja bisa memakannya selama waktu senggang. “Tergantung orang-orang menggunakan karakternya di kehidupannya. Kita tidak bisa mengelompokkan sembarangan.”
Badrika beroh ringan lalu melihat orangtuanya Safir di depan pagar sedang menunggu kedatangan mereka. Badrika memarkirkan mobilnya sambil membungkuk hormat.
Safir keluar hati-hati membuang perasaan tidak enaknya jauh-jauh. Tak berlangsung lama orangtuanya Safir menangkap putrinya sebelum melayangkan pendapat buruk ke Badrika. “Akun kamu X bukan? kamu menganiaya anak kami di bawah umur. Kamu mau kami laporkan ke pihak berwajib?”
Badrika membatu cepat sekejap mata melihat reaksi orangtuanya Safira berlawanan. Ini namanya termakan berita palsu dari internet bukan klarifikasi ke anaknya langsung.
Safir melawan keinginan tiba-tiba orangtuanya sembari meminta maaf ke Badrika di mana posisinya serba salah. “Gak papa kalau orangtua kamu salah pandangan ke aku. Kita beda usia jadi wajar.” Badrika menghilang dari pandangan.
Tak lupa menyerahkan kunci mobil sebelum pergi. Nama Badrika disahuti sama Safir tapi tidak diindahkan sama sekali.
‘Aku masih pria asing di mata orangtuanya. Besok aku harus menggunakan mobil ini.’ Badrika menekan transportasi di menu akun. Sinar cahaya menyinari Badrika.
Begitu juga perumahan sekitar membawa kehebohan. Badrika bertepuk tangan meriah layaknya permainan tinggal klik saja kendaraan umum dipakai. Sekilas Badrika tidak sadar kalau mobil di depannya benar-benar miliknya.
“Praktis juga. Kalau aku tidak perlu mengunjungi tempat persembunyian aku.” Bahkan kunci mobil diselipkan gantungan kunci geng ular hijau sangat nyata.
Beberapa menit untuk memastikan itu miliknya, Badrika menoleh ke belakang. Terdapat Safir ngos-ngosan mengontrol pernapasan. “Orangtuaku salah paham. Bolehkah kamu kembali ke rumah? mereka mengajak kamu makan malam.”
Badrika menolak sopan tapi tahu perbuatannya akan diingat sepanjang masa maka Badrika memarkirkan dulu mobilnya di parkiran khusus tamu. Petugas keamanan memberitahukan mobilnya akan aman selama timnya meronda.
Badrika percaya karena sistem informasi sangat akurat meletakkan kepribadian seseorang bukan gamers Wolf and Sheep. Badrika mengulurkan tangannya. “Aku sopirnya akun Safir. Ini imbalannya untuk minum kopi dan gorengan,” balas Badrika lalu ditarik-tarik menjauh ke rumahnya.
Orangtuanya Safir memperbolehkan Badrika masuk. Kesalahpahaman itu diselesaikan secara kekeluargaan dari Safir sendiri.
Wanita itu menyatakan bahwa mereka pasangan yang sah. Badrika ingin melepaskan pegangan Safir tapi ditegaskan tidak bisa lari kemana-mana.
“Mana cincinnya kalau kalian pasangan? aku dengar dari teman ayah kalau dua akun menjalin hubungan mendapatkan sepasang cincin perak polos diukir inisial nama,” keluh kepala keluarga mengantisipasi kebohongan yang bermunculan sedangkan ibunya terpesona atas penampilan Badrika tidak buruk juga. “Kalau ibu ingin lihat akun kalian berstatus pasangan. Bisakah?”
Safir menarik pergelangan tangan Badrika, menunjuk cincin yang dibicarakan ayahnya dan menampilkan hologram bahwa status mereka bukan single melainkan pasangan berusia tiga hari. Segenap hati Badrika membiarkan permainan Safir berjalan saja.
“Kamu bersihkan dulu nama baikmu. Dasar tidak peka,” bisik Safir kecil, memberikan kecupan manis di pipi kanan dan merapatkan tubuhnya dengan Badrika sengaja.
Tatapan orangtuanya Safir mengenai roh Badrika jarak jauh. “Kami benar-benar pasangan baru tapi tingkahnya sangat mengejutkanku. Aku tidak melewati batas hanya sekitar wajah saja. Dibandingkan hal itu, anak anda menganiaya tubuhku.”
Badrika meminta izin ke Safir dan orangtua di hadapan Badrika sedang membuka setelan bajunya. Bentuk tubuh berisi Badrika penuh luka dan bekas kissmark Safir di mana-mana. Punggung pun juga terkena.
Orangtuanya Safir meminta maaf. Ibu menjerit kesenangan tau triknya dilakukan oleh anaknya.
“Aku tidak tahu kalau anakku melakukannya kepadamu, X. Apakah godaan anakku mempan?” tanya beliau memegang bahu Badrika erat-erat. Badrika mengangguk kecil malu mengetahui taktik Safir benar-benar tidak bisa berkata apa-apa.
Belum lagi ada pria lain pasti menganggapnya biasa saja. Safir tidak mengotak-atik akun gamenya kan?
Dari tadi Badrika belum ada pemberitahuan statusnya pasangan tapi baru masuk sistem mengabarinya dengan cincin dikirimkan. Kata-kata Safir sejalan guna meningkatkan kepercayaan orangtuanya.
“Kamu tinggal sendiri atau orangtua? Sudah mempunyai pendapatan atau tidak?” Badrika rasa ayah dan ibunya Safir mempunyai pekerjaan wartawan. Setahunya ini pertanyaan pribadi. Mau tidak mau Badrika mengakuinya apa adanya kecuali geng ular hijau.
“Kamu anak geng ya?” Badrika merinding seketika pertanyaan acak membuat Badrika memiringkan kepalanya lucu. Perawakan sheepnya sangat menggemaskan.
“Aku hanya suka bertato. Ular hijau kesukaanku sejak aku kecil.” Badrika duduk sembari menghidupkan nyawanya tenang di ruang makan. Safir berusaha sabar menghadapi dua orang dewasa ketidakpastian mereka terima atau tidak.
“Aku mau ayah dan ibu memperlakukan tamu sebaik mungkin bukan dihakimi seperti pelaku disidang,” ujar Safir menuangkan air putih dan makan malam yang dibuat ibunya dilanjutkan.
“Maklumi kami ya Nak X. Ngomong-ngomong nama asli kamu? kamu harus memperkenal diri kamu ke calon mertuamu.” Hati Badrika tidak menentu saat permintaan disebutkan tapi ditolak mentah-mentah sama Safir.
Urusan Badrika belum usai setiap dua pasang mata memindai berulang kali seakan-akan belum dipercayai. Tangan Badrika mengulurkan ke wajah Safir. Jarak duduk Badrika berdekatan dengan ruang dapur.
“Ini satu-satunya kesempatan aku dipercayai sama orangtuamu meski baru tiga hari.” Mata Safir basah lalu mengaduk-aduk makan malam sambil terisak tangis haru.
Muka Badrika serius mengubah pandangan orang lain kepadanya dengan satu tatapan. “Namaku Badrika Shuura seorang bodyguard putri anda. Aku harap kepercayaan kalian tidak pernah pudar terhadapku. Aku bertanggung jawab seluruh kehidupan kami berdua.”