loader image

Novel kita

Genggam tanganku agar aku kuat – BAB 1

Genggam tanganku agar aku kuat – BAB 1

Kenangan masa lalu
155 User Views

BRAKK!!!

Randy merasakan benturan keras menimpa tubuhnya. Pandangannya menjadi gelap. Hanya telinganya saja yang masih mampu untuk mendengar suara teriakan Nilam yang berteriak menyebutkan namanya.
“Mas Randy!!!”
Setelah itu, Randy tidak ingat apa-apa lagi.
Tahu-tahu saat dia terbangun, dia sudah berada di rumahnya.
“Ayah! Nilam minta maaf, gara-gara Nilam, sekarang mas Randy jadi kayak gini.”
Ya, itu adalah suara pertama yang didengar oleh Randy, saat dia tersadar dari pingsannya.
“Iya, Sayang. Lain kali jangan seperti itu lagi ya. Kasihan kan, Masmu sampai kecapean seperti itu.” jawab Ibu lembut.
‘Iya, Bu. Mulai sekarang, Nilam nggak akan minta mas Randy dorongin sepeda lagi.”
“Beneran?” tanya Randy sambil membuka matanya, dan melirik ke arah Nilam, adik tersayangnya.
“Mas Randy!” teriak Nilam gembira melihat kakaknya itu sudah sadar. Dia segera berlari dan memeluk tubuh kakaknya yang terbaring di atas tempat tidur.
“Beneran, nggak akan minta aku mendorong sepeda kamu lagi?”
Dengan cepat Nilam mengangguk, seolah dia sudah mengubur keinginannya untuk bisa naik sepeda.
Randy tersenyum, lalu memeluk erat tubuh adiknya itu dengan penuh kasih sayang.
“Tapi Mas akan tetap mendorong sepeda kamu, sampai nanti kamu bisa bersepeda sendiri.” ucap Randy.
***
Suara kepakan sayap Burung yang terbang di dekat telinganya, membuat Randy tersadar dari lamunannya. Lamunan tentang masa lalunya.
“Semua masih sama.” gumam Randy saat melintas di depan gerbang sekolah, tempat dia dulu menimba ilmu.
Tanpa terasa, Randy menarik nafas dalam-dalam, saat menatap papan yang bertuliskan nama sekolahnya.
Ingatan kembali membawanya ke masa lalu. Masa lalu yang selalu membuatnya rindu. Dan ingin rasanya dia untuk kembali ke masa-masa yang indah itu.
Saat itu, ada dua bayangan anak kecil yang berjalan keluar dari dalam gerbang sekolah. Ya, itu adalah bayangan Randy dan Nilam yang saat itu baru pulang sekolah. Tas hitam menggelayut mesra di punggung Randy, sementara tas berwarna pink menempel erat di punggung Nilam.
“Kita tak selamanya ..,
Akan selalu bersama…,
Namun hati kita selamanya bersatu..”
Sampai nanti kita dewasa kejar mimpi kita
Lagunya Abbey Ibrahim yang berjudul “Adikku tersayang”, yang dinyanyikan oleh Randy, mengiringi setiap langkah mereka. Seolah, Randy itu sedang menggambarkan perasaannya. Betapa sayangnya dia kepada adik perempuan yang sedang berjalan di sampingnya itu.
“Kita kan selalu ter …,”
Tiba-tiba, Randy berhenti bernyanyi, membuat gadis yang berjalan di sampingnya itu menoleh dan bertanya, “Kenapa berhenti nyanyinya? Hmm …, Pasti mas Randy lupa lagi ya, sama lirik selanjutnya?”
Tebakan Nilam agaknya tidak meleset.
Bagaimana mau meleset, setiap kali Randy menyanyikan lagu itu, dia selalu berhenti disitu. Dan setiap ditanya, dengan jujur Randy menjawab dengan jawaban yang sama. “Lupa!”
“Mas Randy payah. Lupa melulu! Makanya Mas, hafalin dulu lagu sama liriknya, baru konser.” Nilam berlalu meninggalkan kakaknya yang sedang berperang melawan rasa malunya.
Randy tersenyum.
Suara Nilam terdengar begitu dekat di telinganya, membuat lelaki tampan itu perlahan memejamkan matanya. Suara itu tidak pernah dilupakannya selama hampir sepuluh tahun ini.
Seperti orang gila, Randy bergumam dan senyum-senyum sendiri di atas sepeda motornya.
Dari kecil, Nilam memang suka mendengarkan kakaknya itu bernyanyi. Walaupun dari segi suara, sebenarnya suara Randy itu biasa saja. Ya, layaknya suara anak-anak kecil seusianya. Namun, mungkin karena hampir setiap hari Nilam mendengarnya, jadinya dia menyukai.
Bukan cuma suara Randy saat bernyanyi, Nilam juga suka saat Randy mengajaknya bersepeda keliling kampung menggunakan sepeda ontel.
Randy ingat betul, bagaimana dulu dia mengajari Nilam naik sepeda. Bagaimana dia harus bercucuran keringat karena harus berlari sambil memegangi boncengan sepedanya, demi supaya adiknya itu bisa naik sepeda.
“Ayo, Mas! Pegangin lagi!” Nilam terus merengek pada Randy.
“Sebentar, Dek. Sebentar….” jawab Randy dengan nafas yang masih terengah-engah.
Disekanya keringat yang membanjiri mukanya itu dengan lengan bajunya.
“Ayo, Mas! Buruan!” teriak Nilam lagi.
“Iya, iya …”
Meski masih terlihat capek, Randy tetap menuruti kemauan adiknya. Dia pegangi kembali kuat-kuat boncengan sepeda adiknya, dan mendorong perlahan.
“Lebih cepat lagi dong, Mas!”
“Iya, iya!” jawab Randy.
Randy pun kembali berlari, tanpa memperdulikan tenaganya yang sudah mau habis. Dia terus berlari, dan berlari terus, walaupun tenaganya sudah hampir habis. Seperti apa yang pernah dia bilang waktu itu.
Randy tersenyum lagi, saat mengingat ekspresi wajah Nilam waktu itu. Ekspresinya begitu lucu. Antara butuh atau memegang omongannya sendiri yang tadi.
Sebelum nasib merubah segalanya, sehangat itulah hubungan mereka.
Randy turun dari atas motor.
Dia mendekat ke pagar, dan menatap ke halaman sekolah yang berumput hijau itu.
Entah kenapa, Randy ingin bersepeda lagi di sana. Sama seperti dulu, dia mengayuh sepeda yang dinaikinya bareng Nilam dengan cepat di atas rumput tanah lapang itu, saat jam istirahat.
Namun karena disana tidak ada sepeda, terpaksa keinginan itu harus ditahan. Biarlah nanti dia mencari sepeda dulu dan membawanya lagi kesini, bersepeda disini untuk mengobati kerinduan pada masa lalunya.
Dengan sepeda motornya, Randy melaju pelan. Sepelan saat dulu dia mengayuh sepedanya menyusuri jalan setapak yang dulu mereka lewati setiap berangkat dan pulang sekolah.
Setelah beberapa saat Randy berjalan, sampailah dia di sebuah jembatan. Angin sepi menyambut kedatangannya. Membelai lembut wajahnya. Dibawah sana, sebuah sungai kecil mengalir dengan airnya yang sangat jernih. Saking jernihnya, batu-batu hitam yang ada dibawahnya sampai kelihatan.
Ingatan kembali membawa Randy ke masa lalu. Dulu, di bawah sana, tanpa mempedulikan seragam sekolahnya basah, Randy bersama dengan Nilam main ciprat-cipratan dengan air. Suara tawa mereka menggema mengalahkan gemericik air yang mengalir.
“Awas ya! Aku balas kamu.”
Randy tersenyum, saat suaranya sendiri waktu itu seakan terngiang kembali di telinganya.
“Coba saja kalau mas Randy bisa. Hahaha…!” tantang Nilam sambil berlari menjauh ke tengah.
Naas.
Saat berlari-lari, kakinya terantuk sebuah batu besar yang ada di dalam air. Bukannya batu itu tidak kelihatan, hanya saja demi menghindari cipratan air dari kakaknya, Nilam berlari tanpa memperhatikan keadaan disekitarnya.
Byurrr!
Tubuh Nilam terjerembab dan jatuh ke dalam air.
Randy yang melihat adiknya jatuh, langsung memekik, “Nilaaaammm!!!”
Secepatnya randy berlari, untuk mengejar tubuh adiknya sebelum hanyut terseret arus. Meski sungai ini tidak dalam, tapi airnya lumayan deras juga.
Randy segera membopong tubuh adiknya, dan membawanya ke darat. Wajahnya terlihat sangat panik.
“Nilam! Bangun, Nilam!” ucapnya sambil terus berjalan menuju ke daratan.
Sesampainya di darat, Randy menidurkan tubuh adiknya itu di tanah. Randy tidak tahu harus melakukan apa supaya adiknya itu cepat bangun. Yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah menepuk-nepuk pelan pipi adiknya itu, dan memanggil-manggil namanya.
“Lam…! Nilam…!”
Entah sudah berapa kali Randy memanggil, namun belum ada tanda-tanda kalau adik kesayangannya itu akan membuka mata, membuat Randy semakin panik saja.

Genggam tanganku agar aku kuat

Genggam tanganku agar aku kuat

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Hidup di dunia ini tanpamu, adalah hukuman yang sangat kejam..., Kamu tahu kan, kalau aku tidak mungkin bisa hidup tanpa kamu? Tidak akan ada seorangpun yang mampu menggantikan posisi kamu dalam hatiku...., Mas, maukah kamu menemaniku disisa hidupku yang cuma tinggal sebentar ini? Mau ya? Biar aku kuat menjalani sisa hidupku, Setidaknya, jika nanti aku harus pergi meninggalkan dunia ini, aku akan bisa tersenyum dari sana karena melihat kamu terus di sampingku. Kamu mau kan?

Comment

  1. Diaz says:

    Seru nih

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset