loader image

Novel kita

Hate that Love Mafia – Bab 20

Hate that Love Mafia – Bab 20

It is her
69 User Views

Dalam benaknya, Draco berusaha mencari jawaban atas kalimat dari pesan yang dikirim oleh Jacob. Ia pun membuka gambar pesan pada layar ponselnya.

Tampak beberapa pesan yang masih belum terbaca dari sahabatnya itu. Rasa penasarannya pun semakin tinggi, hingga ia begitu tak sabar membuka gambar layar laptop yang diletakkan pada dahan pohon saat langit senja.

“Setelah ku bedah foto ini, ternyata wajah ini Sama dengan wajah dari sepupu bossmu,” ucap Jacob.

Entah mengapa saat membaca pesan tersebut, irama jantung Draco berdetak lebih cepat, waktu seperti berhenti berputar, dan pikiran Draco pun juga turut berhenti sejenak.

Pria itu berusaha menutupi Rasa terkejutnya dengan melepas bingkai kacamata berbentuk lingkaran dari wajahnya dan mengusap wajahnya. Tak lama ia pun membalas pesan Jacob, “Apa kau yakin akan hal itu, Jake? Kau jangan bercanda ya.”

Seraya menunggu jawaban dari Jake, Draco bangkit dari kursinya dan berusaha menenangkan pikirannya dengan berkeliling, melihat bagaimana para mahasiswa-mahasiswinya tengah mengerjakan tugas yang ia berikan.

Terlihat betapa sibuknya mereka, ada yang menyalin beberapa kutipan dari buku, ada yang diambil langsung dari pencarian melalui internet, ada yang bertanya pada temannya. Draco mengangguk cukup puas pada usaha yang dilakukan oleh para mahasiswa-mahasiswinya.

Tak lama, suara dering ponselnya pun terdengar lebih pelan dari sebelumnya. Draco bergegas memeriksa pesan yang muncul secara otomatis dalam layar ponselnya. Ia berharap bahwa Jacob lah yang membalas pesan tertulisnya.

Harapannya terkabul, pesan tersebut berasal dari sahabatnya. Jarinya langsung menekan gambar amplop yang tertera pada layar ponsel, setelah itu menekan tulisan yang bernama Jacob.

“Aku tidak bercanda,” ujar Jacob seraya mengirimkan sebuah bukti gambar wajah laki-laki yang baru saja ia bedah.

Draco mengamati gambar yang dikirimkan dengan teliti. Mulai dari rahang wajah, bentuk hidung, bibir yang tipis nan memggoda, hingga warna manik Di kedua matanya.

Pemuda berambut panjang itu terkejut saat melihat warna manik mata yang sama. Sontak saja Draco berteriak, “Tidak mungkin.” Hingga satu ruangan mendengar teriakannya.

Seisi ruang kelas langsung melihat ke arah Draco. Takut telah terjadi sesuatu, Flavia-gadis yang memang sejak awal masuk kuliah menyukai Draco langsung menjawab, “Ada apa, Pak?”

Para gadis-gadis di ruang kelas pun turut menanyakan hal yang sama. Sementara Nash hanya melihatnya dengan mengernyitkan keningnya.

“Maaf. Aku hanya membaca sebuah kasus dalam berita online saja kok,” kilah Draco.

Mereka pun percaya dengan jawaban Draco, tapi tidak dengan Nash. Menurut Nash, sudah pasti dosen itu menyembunyikan sesuatu.

Draco pun meletakkan kembali ponselnya diatas meja. Setelah itu ia memanggil sepuluh anak untuk mempresentasikan tugasnya, termasuk diantaranya adalah Nash.

Tugas yang dipresentasikan oleh Nash berhasil merebut perhatian Draco, matanya tak berkedip sekalipun Karena saking terpananya melihat Nash menjelaskan materi. Tanpa melihat buku Sama sekali, gadis tomboy itu berusaha menjelaskan sebaik mungkin mengenai pasal-pasal yang seharusnya ada serta digunakan di wilayah Italia, bahkan tampak Nash sangat menguasai materi.

Usai menjelaskan materi, sontak saja salah satu mahasiswanya berdiri dan memberikan tepuk tangan. Tatapan mata dari para mahasiswanya begitu terpesona akan penampilan Nash.

“Berhenti,” teriak Flavia dengan nada sombong dan sangat tidak menyukai akan tepuk tangan yang begitu meriah untuk Nash.

Gadis berambut keriting itu memandang Nash dengan tatapan menjijikan. Flavia beranjak melangkahkan kakinya menuju meja dan kursi Nash, setelah itu merobek kertas dengan banyak coretan diatasnya.

“Flavia, apa masalahmu?” tanya Draco heran.

“Aku yakin kalau gadis ini pasti telah berbuat curang!” serunya. ” Aku bahkan bisa melakukan presentasi yang lebih darinya,” aku Flavia.

“Benarkah?” balas Draco. ” Kalau begitu, Coba buktikan jika memang kau lebih baik darinya. Oiya kalau bisa tanpa melihat buku catatan ya,” tantang Draco.

Flavia menjawab tantangan Draco, gadis itu segera melangkah ke depan kelas dan langsung menjelaskan materi. Namun, sayang sekali … tantangan tersebut gagal, lantaran Flavia tidak menguasai materinya.

Seruan dan teriakan ‘boo’ berkumandang seketika. Tingkah Flavia pun berubah kikuk. Wajahnya merah seperti kepiting rebus.

Untung saja, Bel tanda akhir pelajaran berbunyi. Flavia segera berlari keluar kelas menghindari rasa malu. Semua orang yang ada di dalam kelas tertawa melihat tingkah sombong Flavia.

“Baiklah, sebelum kalian meninggalkan kelas, aku ingin memberikan tugas untuk pertemuan selanjutnya yakni berikan contoh kasus terbesar yang belum terpecahkan dalam negara ini. Bagi yang namanya belum Ku panggil jangan berkecil hati, Karena Di pertemuan selanjutnya siapa tahu nama kalian yang akan ku panggil,” ucap Draco.

Semua mahasiswa-mahasiswi langsung bubar keluar ruangan, usai mendapat tugas. Begitu juga Nash, niat hati ingin langsung keluar ruangan. Namun, apa daya bahwa tas serta peralatan tulisnya masih berada di bangku Sana.Mau tak mau, Nash keluar ruang kelas paling terakhir.

Draco melihat Nash tengah sibuk merapikan barang-barangnya. Suasana canggung begitu terasa, dan entah mengapa detak jantung Draco begitu cepat melihat gadis tomboy itu.

“Kau hebat sekali,” puji Draco.

Nash langsung mengalihkan pandangannya melihat suasana ruang kelas yang sepi, tak ada satupun siswa di situ.

“Maaf, apa kau berbicara padaku?” tanya Nash dingin.

“Tentu saja, memangnya aku berbicara dengan hantu?” ledek Draco. “Bagaimana kau bisa melakukan semua itu?” lanjut Draco.

“Melakukan apa?” balas Nash.

“Presentasi tanpa melihat buku sama sekali. Jangan-jangan kau sudah melakukan suatu kecurangan,” ledek Draco kembali.

Geram Karena dituduh melakukan kecurangan, Nash pun segera menghampiri Draco. “Apa maksudmu mengatakan semua itu,” ucap Nash sambil memegang erat tangan Draco.

Mata Nash beradu dengan mata Draco. Terlihat sekali bagaimana emosinya Nash pada Draco. Draco sempat tersenyum bahkan tertawa melihat reaksi Nash.

Begitu menggemaskan, hingga pemuda itu ingin sekali mencium bibir mungilnya yang merah.

“Tidak ada maksud apapun. Begini nona … jika memang kau tidak melakukan satu kecurangan apapun, untuk apa kau marah seperti itu padaku,” balas Draco tenang.

Pandangan Nash kosong, memikirkan ucapan pria yang berdiri di hadapannya. Dalam benaknya, untuk apa ia begitu tersinggung dengan ucapannya. Harusnya ia pergi saja meninggalkan dosen angkuh ini, serta menghiraukan omongan tak bermutunya itu.

Tatapan mata kosong Nash seolah sedang melihat tajam ke arah Draco. Bahkan pemuda dapat leluasa melihat kecantikan yang terpancar dari wajahnya.

Begitu terpananya Draco melihat binar Mata Nash, sampai ia teringat akan satu hal. Yakni warna manik. Raut wajah yang terbuai oleh angan itu mendadak menjadi serius.

Segera saja ia mengambil ponsel pintarnya dan membuka tampilan pesan dari sahabatnya. Pesan berupa gambar itu masih terpampang jelas dalam layarnya. Dengan dua jari dari tangan kanannya, Draco perbesar kembali kedua wajah yang dikirim oleh Jake.

Kedua netranya kini melihat ke arah manik Nash maupun layar ponselnya hingga sepuluh Kali

Mencoba menegaskan pandangannya bahwa apa yang ia lihat tidak Salah.

“Kau,” teriak Draco.

Teriakan Draco membuat Nash tersadar akan lamunannya. Gadis itu segera melepas cengkraman kuat pada tangan Draco dan pergi begitu saja.

Tak ingin melepaskan begitu saja, Draco segera berlari kecil, berteriak memanggil gadis tomboy itu. “Hey kau gadis tomboy, tunggu!”

Nash berhenti se

jenak Dan membalikkan tubuhnya, seraya berkata, “Ada apa?”

“Siapa kau sebenarnya?” tanya Draco.

Hate That Love Mafia

Hate That Love Mafia

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Ascella Nash Casare berambisi menjadi kepala FBI dan kepala B.A.U,Roma. Ambisinya tentu saja memiliki alasan yang sangat kuat, yakni mencari pelaku pembunuhan dari kedua orang tuanya. Meskipun saat itu sudah ditetapkan seorang sebagai pelaku pembunuhan. Nash merasa adanya kejanggalan pada pelaku pada saat kejadian tahun 2015 atau saat ia berumur 12 tahun. Dengan kekuasaan sebagai kepala FBI, Nash membuka kembali kasus yang sudah lama ditutup, yakni kasus tewasnya kedua orang tuanya, saat mereka ingin menangkap Ketua Mafia yang sudah mengedarkan narkoba di kalangan anak sekolah. Nash sengaja menguak kembali Kejanggalan demi kejanggalan dengan bukti yang ada. Bukti tersebut mengarah pada Celia, seorang wartawati yang terkenal dengan keberaniannya dalam mengungkap kejahatan mafia. Namun, belum sempat Nash bertemu dengan Celia, pemimpin Mafia, Urtzi yang tak lain adalah paman kandungnya membunuh Celia dengan menyuruh petugas penjara menaruh racun pada makanan. Merasa telah kehilangan barang bukti serta saksi utama, Nash menceritakan kekesalannya pada seorang pria yang ia kenal sebagai dosennya, Draco. Draco pun membantu setiap langkah Nash dalam menangkap kroco Mafia. Di saat yang bersamaan, Draco menaruh hati pada Nash. Bak gayung bersambut, Nash menerima cinta Draco. Namun,hancur hati Nash melihat kekasihnya itu adalah seorang anak buah mafia yang selama ini ia benci. Bagaimana kisah cinta antara Nash dengan Draco? Apakah Nash masih mencintai Draco? Lalu apakah Nash berhasil menangkap Urtzi yang tak lain adalah paman kandungnya?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset