loader image

Novel kita

Hate that Love Mafia – Bab 26

Hate that Love Mafia – Bab 26

The impression
81 User Views

 

Keringat dingin mengucur pada kulit gadis tomboy itu seketika, sesaat setelah pria yang ada di hadapannya itu. Mencari jawaban apa lagi yang akan ia lontarkan agar pria ini percaya dan tak akan mengganggunya dengan banyak pertanyaan.

“Aku hanya mencari ruang private. Aku dan pamanku tengah menyewa ruangan private,” kilah Nash dengan suara yang sebisa mungkin ia buat tenang.

Draco menatap kedua netra Nash lebih dekat dan jelas. Terlihat dari bulatan pupilnya, bahwa jawaban Nash hanya bualan belaka saja. Ia yakin pasti ada maksud tersembunyi kenapa ia bisa berada disini. Dan bisa jadi juga kalau Nash berada satu lantai dengannya saat dirinya sengaja mendengar percakapan pimpinannya itu.

“Benarkah? Kalau begitu Akan kubantu untuk mencarikannya,” balas Draco.

“Bantu? Tunggu, jadi kau bekerja disini juga?” tanya Nash.

Pertanyaan Nash pun bisa menjadi sebuah boomerang baginya. Ia takut jika dirinya mengatakan yang sebenarnya, Nash akan membocorkannya pada mahasiswa lainnya.

Bibirnya pun kelu, jawaban apa yang harus ia katakan pada gadis yang sudah mencuri hatinya ini. Wajah tampan Draco menegang, kulitnya berubah menjadi dingin tiga Kali lipat dari suhu normal.

Hati Nash berdegup dengan kencang memandang wajah tampan. Terpikat dengan hidung mancung, warna maniknya Yang menurut Nash begitu langka. Ia baru saja mengetahui bahwa warna manik dosennya ini berwarna biru muda.

Saking terpananya dengan warna manik Draco, Nash sampai tak sadar kalau kedua tangannya memegang bawah mata dekat dengan hidung mancungnya seraya berkata, “Warna manikmu begitu langka sekali. Hanya Ada beberapa orang saja yang memilikinya.”

Serasa dipuji oleh gadis yang ia suka, Draco menjawabnya dengan senyuman lebar sambil memperlihatkan barisan gigi putih yang tertata rapih. “Benar. Aku dan ayahku memiliki warna manik yang Sama,” jawabnya.

Wajah mereka begitu dekat hingga nafas mereka berdua beradu cukup kuat. Tangan kekar Draco menyentuh dagu Nash, mencoba untuk menciumnya. Dengan berbisik dengan nada sopan, Draco meminta izin pada pemilik Bibir tipis nan merah Untuk setidaknya mencicipi rasanya. “Bolehkah aku mencium mu?”

Belum sempat Nash menjawab, seorang pria datang memanggil nama Draco dari jarak dua belas meter tepat dimana Draco dan Nash berdiri dan hampir hanyut dalam suasana romantis yang mereka bangun.

“Hey Draco, sedang apa kau disini?”

Nash dan Draco langsung menjaga jarak. Draco berpura-pura merapikan pakaian, sementara Nash bergegas mengambil ponsel dan menelan nomor ponsel pimpinannya-Alejandro.

“Aku sedang … mmm … ya kau tahulah, kalau aku sedang menikmati waktuku bermain dengannya,” jawab Draco dingin sembari ekor matanya melirik ke arah Nash.

“Hahaha … ya ya ya, kau selesaikan saja urusanmu, setelah itu cepat bantu aku,” ucap pria dengan dandanan maskulin.

Beberapa langkah setelah pria maskulin itu pergi, seketika itu juga Nash mendorong tubuh Draco tepat ke tembok. Tangan kanannya menarik kerah Jas, sementara tangan kirinya menahan bebannya di tembok.

“Jadi benar, kau bekerja disini. Tak kusangka, pekerjaan lainmu selain dosen adalah pelayan di night club,” ucap Nash.

Draco terkejut mendengar ucapan Nash. Gadis itu mengira kalau dirinya bekerja sebagai pelayan dan bukanlah sebagai seorang anak buah mafia yang kejam.

Wajah Draco yang semula menegang berubah menjadi tersenyum lebar, seraya menjawab, “Benar. Aku … aku bekerja sebagai pelayan sekaligus bartender disini.”

Kedua netra Nash melangkang buana, melirik ke segala sudut dengan maksud tengah memikirkan sebuah ide. Tak lama, gadis itu langsung melepaskan kerah Jas Draco serta merapikan pakaiannya.

“Baiklah, kalau begitu terima kasih atas informasinya,” ucap Nash sambil berlalu pergi meninggalkan Draco.

Black idea

Sambil melangkahkan kedua kakinya, tangan kanannya merogoh sebuah benda yang ia letakkan dalam saku celananya. Terlihat dari jarak pandang Draco, gadis tomboy itu tengah sibuk fokus pada layar ponselnya.

Tergelitik hati Draco ingin mendekati Nash. Rasa hati benar-benar ingin selalu berada dekat dengannya. Perlahan, ia mencoba berjalan mendekati Nash. Namun sayang sekali saat tiga langkah lagi mendekati Nash, tiba-tiba saja ada bayangan seorang pria paruh baya datang mendekatinya.

Perasaan cemburu datang, saat melihat pria paruh baya itu datang menghampiri Nash. Pria itu tampak begitu dekat sekali dengannya. Draco berpikir mungkinkah itu kekasih dari Nash.

Karena rasa penasaran yang begitu, Draco pun sengaja berjalan perlahan dan melawati Nash yang tengah asyik berbincang pada pria paruh baya itu. Saat melewati Nash, terdengar sedikit percakapan antara gadis itu dengan pria yang dianggap oleh Draco sebagai kekasihnya.

“Kamu kemana? Daritadi aku mencari kamu kesana kemari,” ucap Alejandro dengan nada khawatir.

Panas serta terbakar api cemburu hati Draco saat pria paruh baya itu terlihat begitu khawatir dengan Nash. Apalagi saat Alejandro memeriksa Nash dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Dalam benaknya, Draco tak ingin ada satupun pria yang menyentuh gadis pujaannya. Hanya dirinya seorang saja yang boleh menyentuhnya.

“Ehem … maaf permisi, saya mau lewat,” ucap Draco dengan nada sinis.

Baik Nash maupun Alejandro melihat Draco dengan tatapan sinis sekaligus kesal. Nash bergegas mengajak Alejandro untuk segera pergi dari lorong dan berbaur dengan orang banyak di dance floor.

“Ayo kita ke dance floor saja,” ajak Nash.

Alejandro langsung menoleh tidak percaya pada Nash, seraya berkata, “Kau yakin?”

“Tentu saja,” jawab gadis bermanik hijau. “Aku ingin mencari tahu banyak disini. Aku sangat yakin sekali, disini akan ada banyak petunjuk,” lanjut Nash.

“Tapi Nash, disini ….” Alejandro ingin mengeluarkan uneg uneg amarahnya, tapi sudah keburu gadis tomboy itu sudah pergi dan berbaur di lantai dansa.

Mengikuti irama, tubuh Nash dengan begitu lenturnya meliak-liuk dengan begitu menggoda, hingga para lelaki tergoda untuk menari bersamanya. Nash tidak menyadari bahwa gerakan menarinya sampai membuat para lelaki berebut mencari perhatian dirinya. Pada akhirnya para lelaki itu ribut dan berkelahi demi mendapatkan perhatian Nash.

Keributan itu, membuat Draco yang tengah bercengkrama dengan teman-temannya di depan Bar turun tangan dan langsung menertibkan para lelaki tersebut. Sementara Nash, langsung tarik lengannya oleh Alejandro menuju keluar gedung Koplo.

“Apa yang kau lakukan Nash?” tanya Alejandro kesal, saat berada di luar gedung koplo.

“Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya berjoget seperti yang lainnya. Terbuka dengan irama musik saja,” jawab Nash.

“Tapi caramu berjoget membuat para laki-laki berebut untuk mendapatkanmu,” geram Alejandro.

Sebenarnya Alejandro marah pada lelaki yang hampir berbuat kurang ajar pada anak angkatnya ini. Dia takut, jika para lelaki itu akan memanfaatkan dan semakin merendahkan Nash, dengan hampir memegang bagian tubuh Nash.

“Benarkah? Aku tidak tahu akan hal itu,” ucap Nash.

Dengan muka kesal, wajah paruh baya itu terlihat begitu sangar. Terlebih saat mengajak Nash untuk pulang.

Dalam perjalanan menuju mobil yang terpakir dekat dengan restaurant cepat saji, Nash langsung terpikirkan untuk mendaftarkan dirinya masuk ke dalam aplikasi pencarian Jodoh. Tanpa berpikir panjang, jari jemari gadis itu segera menari dengan lincah diatas layar, mencari aplikasi pencarian Jodoh.

“Paman, cepat carikan nama untukku,” pinta Nash dengan senyuman smirk.

“Nama? Untuk apa?” balas Alejandro.

Hate That Love Mafia

Hate That Love Mafia

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Ascella Nash Casare berambisi menjadi kepala FBI dan kepala B.A.U,Roma. Ambisinya tentu saja memiliki alasan yang sangat kuat, yakni mencari pelaku pembunuhan dari kedua orang tuanya. Meskipun saat itu sudah ditetapkan seorang sebagai pelaku pembunuhan. Nash merasa adanya kejanggalan pada pelaku pada saat kejadian tahun 2015 atau saat ia berumur 12 tahun. Dengan kekuasaan sebagai kepala FBI, Nash membuka kembali kasus yang sudah lama ditutup, yakni kasus tewasnya kedua orang tuanya, saat mereka ingin menangkap Ketua Mafia yang sudah mengedarkan narkoba di kalangan anak sekolah. Nash sengaja menguak kembali Kejanggalan demi kejanggalan dengan bukti yang ada. Bukti tersebut mengarah pada Celia, seorang wartawati yang terkenal dengan keberaniannya dalam mengungkap kejahatan mafia. Namun, belum sempat Nash bertemu dengan Celia, pemimpin Mafia, Urtzi yang tak lain adalah paman kandungnya membunuh Celia dengan menyuruh petugas penjara menaruh racun pada makanan. Merasa telah kehilangan barang bukti serta saksi utama, Nash menceritakan kekesalannya pada seorang pria yang ia kenal sebagai dosennya, Draco. Draco pun membantu setiap langkah Nash dalam menangkap kroco Mafia. Di saat yang bersamaan, Draco menaruh hati pada Nash. Bak gayung bersambut, Nash menerima cinta Draco. Namun,hancur hati Nash melihat kekasihnya itu adalah seorang anak buah mafia yang selama ini ia benci. Bagaimana kisah cinta antara Nash dengan Draco? Apakah Nash masih mencintai Draco? Lalu apakah Nash berhasil menangkap Urtzi yang tak lain adalah paman kandungnya?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset