loader image

Novel kita

Hey, Stop It! + Bab 9 Keamanan untuk Apo

Hey, Stop It! + Bab 9 Keamanan untuk Apo

Keamanan untuk Apo
85 User Views

“Ini permenmu.” Valdo menyodorkan satu permen kapas yang dari tadi ada di tangannya.

“Makasih, Kak.” Apo mengambil permen kapas itu, sama seperti tadi ia mencubit sedikit demi dikit benda pink itu lalu di masukkannya ke dalam mulut. “Manis,” gumamnya pelan.

“Udah?” tanya Valdo menatap gadis itu. “Apanya?”

“Mainnya.”

Apo mengangguk, kemudian mengikuti Valdo yang berjalan mendahuluinya, menuju tempat mobil mereka di parkirkan. Valdo menghentikan langkah, Apo yang penasaran di belakangnya pun menyembulkan kepala, melihat alasan Valdo berhenti.

Terkesiap, permen kapas di tangannya tanpa sadar terjatuh. Valdo menatap sekeliling mereka. Lumayan banyak orang, tetapi tidak ada seseorang yang dapat dicurigai sebagai pelaku hancurnya mobilnya. Valdo berdesis, mobil itu bahkan belum sampai seminggu dipakainya. Dan sekarang sudah seperti kena tabrak saja.

Heran sebenarnya, bagaimana ‘mereka’ bisa melakukannya, tapi tidak mau berfikir panjang ia pun menekan beberapa angka menelepon seseorang. Tangan kirinya mengenggam erat tangan Apo yang terasa dingin, gadis itu ketakutan.

“Kirimin mobil ke lokasi gue,” perintah Valdo singkat lalu langsung memutuskan panggilan.

Revan, manusia yang ditelfon cowok tidak tahu diri itu mengumpat kesal. Huruf dan angka merah di layar komputernya sudah sangat membuatnya ingin menendang benda persegi panjang itu, dan telepon dari Valdo menambah tingkat kekesalannya.

Ia beralih ke komputer lain yang ada di ruangan itu, meninggalkan si merah demi mencari lokasi sahabat tidak tahu dirinya. Tidak butuh waktu lama untuk seorang Revan menemukan lokasi Valdo, dengan cepat ia menekan beberapa kata mengirimkan pesan kepada  seseorang untuk mengirimkan mobil ke lokasi tersebut.

Valdo mengenggam erat tangan Apo saat sebuah mobil berhenti tepat di hadapan mereka. Bernapas lega karena yang keluar dari mobil itu adalah Geno, orang yang dikenalnya dengan baik.

Geno melemparkan kunci yang ditangkap dengan baik oleh Valdo. “Gue duluan,” ucap cowok itu kemudian berlalu pergi dengan motor hitam yang memboncenginya.

“Itu siapa, Kak?” Apo baru berani bertanya saat Geno dan pengendara motor itu pergi.

“Teman,” jawab Valdo lalu mendorong tubuh Apo pelan.

Isyarat agar masuk ke dalam mobil. Apo masuk dan mengenakan sabuk pengamannya. Valdo pun menyusul dan mengendarai mobil dengan lumayan cepat, Apo hanya diam selama perjalanan membuat suasana mobil kian sunyi.

Suasana sunyi itu  bertahan sampai mereka tiba di apartemen, Apo dan Valdo duduk bersebelahan di sofa tanpa ada yang membuka suara.

“Veronica? Hey … Veronica,” panggil Valdo saat gadis itu hanya diam bak patung sejak sejam lalu mereka tiba di apartemen. Veronica menoleh lamban, gerakannya patah-patah, matanya menatap ke segala arah, tidak berani menatap Valdo.

“Veronica, dengarkan saya,” ucap Valdo menangkup kedua pipi Apo, memaksanya menatap matanya.

“Tidak papa, saya tidak marah, itu bukan kesalahanmu. Okey?” jelas Valdo menenangkan Apo. Mata apo mulai berair, ia merasa sangat bersalah.

“Hey,” panggil Valdo lembut, jarinya mengusap pipi Apo saat air mata itu mulai berebut berjatuhan.

Apo menatap Valdo dalam, napasnya terasa sesak saat melihat Valdo malah tersenyum. Harusnya Valdo marah, karena ia malah membuat cowok itu terlibat banyak masalah. Valdo menggeleng pelan, lantaran air mata Apo makin deras saja turunnya. Bukannya berhenti, gadis itu malah terisak, tidak ada pilihan, Valdo pun memeluk Apo menenangkan.

HEY STOP IT

Valdo berdesis tertahan, ia meremas handphone di tangannya. Panggilan masih terhubung dengan Revan yang menghela napas berat.

“Gue gak nyangka mereka bakal senekat itu,” ucap Revan akhirnya. Masih tidak habis pikir, ada manusia yang dendam hanya karena cintanya di tolak sampai melakukan tindakan kriminal seperti ini. Sepertinya mereka sekurang kerjaan itu sampai melakukan kegiatan tidak berfaedah seperti ini.

“Jadi sekarang lo mau gimana?” tanyanya saat tidak ada respon sama sekali dari orang yang dihubunginya.

“Bisa bunuh saja?” Valdo bertanya enteng. “Sialan, lo kalau mau masuk neraka, masuk aja sendiri gak usah ajak-ajak!”

Valdo terkekeh, “sepertinya sekarang, gue cuma mau meningkatkan  keamanan untuk Veronica saja.”

Revan mengangguk paham meski tidak dapat dilihat oleh Valdo, tangannya mulai menari-nari di atas keyboardnya. Perlahan layar persegi empat itu menunjukkan layar-layar kecil. Revan lalu terkekeh.

“Parah nih apart, menang mahal doang. Keamanan zonk,” ejek cowok itu.

Valdo memutar mata jengah, bukan keamanan apartemennya yang salah, kemampuan Revanlah yang gila.

“Gue juga dapat CCTV apart lo, gue bisa liat dengan jelas lo mutar mata, Val,” info Revan yang berhasil buat Valdo melototkan mata.

Valdo menatap CCTV yang ada di ruang tamu apartemennya itu. “Cukup CCTV ini aja, CCTV apartemen orang lain jangan lo hack juga!”

Revan terkekeh, tenang saja ia tahu batasan. Ia hanya ‘mengambil’ beberapa yang sekiranya perlu saja.

BY the way, di kamar lo ada CCTV juga Val? Gila itu kalau bisa kena hack orang lain bahaya juga.”

Valdo mengernyitkan dahi, perasaan ia tidak memasang CCTV di sana. “Udah aktif?” tanyanya

“Belum, kepasang doang. Gue nemu tapi gak nyala.”

Valdo mengangguk, ia pun berjalan menuju kamarnya, melihat dengan seksama letak CCTV yang dimaksud Revan. Dan ya, dia menemukannya. Terletak di sudut atas dekat balkon. Dengan hati-hati ia memanjat kursi kemudian melepaskan CCTV itu.

“Cuma satu kan?” tanya Valdo setelah menutup pintu kamar, tempat dimana Apo tertidur.

“Yoi.”

Valdo mengangguk, kemungkinan CCTV ini adalah salah satu fasilitas yang di sediakan. Tetapi lantaran ia hanya membaca sampai panduan CCTV ruang tamu, yang tersambung ke handphone dan laptopnya, ia tidak membaca halaman selanjutnya dan tidak tahu jika ada CCTV lainnya.

“Btw, gue ada barang bagus. Lo bisa datang besok,” ucap Revan sebelum memutuskan panggilan.

Setelah urusannya dengan Valdo selesai, Revan kembali berkutat dengan beberapa layar computernya yang berwarna dominan merah, yang sejak tadi di anggurkannya demi nama ‘persahabatan’. Revan menyempatkan mengacak rambutnya sebentar, sebelum dengan berat hati memeriksa di mana letak kesalahannya sehingga angka dan huruf itu berwarna merah.

Kalau boleh jujur, sepertinya lebih mudah untuk mengerjakan hal-hal tidak berguna seperti meretas keamanan apartemen Valdo atau yang lebih parahnya meretas informasi Mafia yang kebetulan kemarin dicarinya. Dibandingkan harus berhadapan dengan tugas kuliahnya.

Revan berdecak, dering ponsel kembali menganggunya. Tidakkah mereka semua tahu, bahwa sekarang sudah pukul 23.50 dan tugasnya ini sudah sangat dikejar deadline. Dengan sangat tidak ikhlas diangkatnya telfon itu yang terhubung dengan headseat yang dipakainya, dengan mata dan tangan fokus menyelesaikan tugasnya yang hampir dead itu.

“Apaan?!” jawab cowok itu tidak santai.

“Van, bagi tugas pak Jojo-“

Tut. Dan dengan sangat senang hati Revan memutuskan panggilan itu.

Hey, Stop It !

Hey, Stop It !

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023

Veronica yang maunya dipanggil Apo berfikir jika hanya dirinya saja yang konyol, tetapi ternyata yang lebih konyol itu mamanya. Saat Kanjeng Ratu, Rani, sang mama yang dipikirnya hanya iseng malah serius mendatangkan calon suami ke rumah mereka.

“Dan disampingmu itu, Valdo Ahlantara suamimu besok,” ucap Ami terlewat santai.

Apo yang sebenarnya kepincut tampang ganteng Valdo pun tidak menolak. Tapi nyatanya, menikah bukan hanya tentang janji suci yang disahkan oleh banyak orang. Menikah adalah sesuatu yang harus direnungi dan difikirkan dalam-dalam.

Dan inilah mereka, Valdo yang mencintai Apo, dan Apo yang dicintai oleh masalah.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset