Akhirnya Nayra berada di sini. Di depan pintu apartemen Sharena. Untuk sesaat dia merasa sangat gugup. Ini adalah pertama kalinya dia ke sini. Apartemen mewah yang selama ini hanya bisa dipandangnya dari kejauhan.
Semua kalimat yang ada di kepalanya sejak semalam rasanya buyar seketika. Semua yang dia katakan, nyatanya hanya mendapatkan jawaban yang hening dari Edwin. Suaminya itu tak mengatakan apa-apa hingga hari kembali berganti. Dia tak kunjung mengambil keputusan sementara berita di luar sana semakin bergulir tak terbendung.
Tak ada jalan lain, Nayra harus datang dan bicara dengan Sharena. Hal yang mungkin akan membuat harga dirinya terinjak-injak, tapi setidaknya dia hanya sedang mempertahankan apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Nayra lalu menekan bel itu. Sekali dua kali hingga pintu itu pun terbuka. Jantungnya berdegup kencang seketika. Di pintu itu berdiri sosok yang selama ini hanya dilihatnya dari layar kaca. Sharena Darren, gadis itu benar-benar berada di hadapannya saat ini. Sosok yang dua hari ini begitu menyiksa hatinya.
Dia bahkan jauh lebih cantik saat dilihat langsung.
“Siapa?” tanya Sharena menatap bingung pada Nayra. Dia bahkan menatap ke kanan kiri tampak bingung dengan kedatangan Nayra yang memang adalah sosok yang asing baginya.
Nayra lalu tersenyum tipis, berusaha menenangkan hatinya. Dia menatap Sharena dengan pandangan tajam. “Bisa kita bicara?”
Sharena masih terlihat bingung. Dia bahkan menatap Nayra dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. “Maaf! Saya tidak kenal anda dan saya sedang sibuk sekarang!” ujarnya ketus lalu menutup pintu.
“TUNGGU!” Nayra lalu menahan pintu yang membuat Sharena menatapnya marah. “Aneh ya! Kamu menjalin hubungan dengan seorang laki-laki tapi tidak kenal dengan istrinya?”
Kalimat itu sontak saja membuat Sharena menatap kaget. “Apa?” tanyanya lirih. Degup jantungnya mendadak berdebar kencang.
“Saya Nayra. Istrinya Dr. Edwin Jazziel. Dia tidak pernah memberitahumu tentangku?”
Hening beberapa saat. Sharena tampak terpana bukan main.
***
Sepuluh menit berlalu, hanya hening yang berkuasa di antara keduanya. Nayra hanya menatap Sharena lama. Jauh di dalam hatinya dia sungguh mengakui bahwa gadis itu teramat cantik. Siapapun akan jatuh cinta saat melihatnya. Sosok itu benar-benar tanpa cela, seperti figur nyata dari kesempurnaan imajinasi.
“Kamu pasti bertanya kenapa saya bisa berada di sini!” tanya Nayra memulai pembicaraan. “Saya tidak akan menjelaskan itu. Kamu juga masuk ke dalam hidup saya dengan tiba-tiba, kan? Saya hanya ingin mengatakan satu hal. Tinggalkan suami saya!”
Sharena tercekat diam tanpa mampu berkata sepatah kata pun.
“Kamu sesempurna ini, Sharena. Ini untuk pertama kalinya saya melihatmu secara langsung. Saya yang perempuan saja mengakui kalau kamu tak punya kekurangan apapun. Jelas, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau, tapi kenapa? Kenapa harus suami saya?” tanya Nayra berusaha menahan sesak di dadanya.
Hening sekali lagi. Sharena masih tertunduk dalam tanpa mampu mengangkat wajahnya. Kedatangan Nayra terlalu mendadak dan mengejutkan baginya. Edwin bahkan tak pernah mengatakan apa-apa.
“Dia mencintaimu!” ujar Nayra lagi. “Dan rasanya saya tidak perlu bertanya kenapa? Karena tak ada alasan bagi seorang laki-laki untuk tidak jatuh cinta denganmu.”
Sharena tiba-tiba mengangkat wajahnya. Menatap nanar pada Nayra.
“Saya hanya tidak menyangka. Seharusnya dia menyangkalnya, kan? Seharusnya dia bilang pada saya bahwa semua itu tidak benar. Seharusnya dia mengatakan bahwa semua itu hanya rumor tak berdasar dan hubungan kalian hanya sebatas Dokter dan pasiennya. Tapi kenapa dia mengakuinya? Kenapa dia tak menyangkal meskipun itu adalah kenyataan? Kenapa dia malah mengatakan pada saya bahwa dia mencintaimu?” Air mata Nayra pun mulai jatuh dari sudut matanya.
Sementara Sharena hanya terpana. Bukankah hari itu dia meminta Edwin untuk menyangkal semua berita itu pada istrinya? Kenapa dia mengakuinya?
“Saya datang ke sini bukan untuk bertanya bagaimana perasaan kamu, Sharena? Apakah kamu mencintai suami saya? Atau sudah berapa lama hubungan kalian dan apa saja yang sudah kalian lakukan selama ini. Saya tidak peduli. Saya hanya ingin meminta dengan sangat. Tinggalkan suami saya. Kembalikan dia pada saya!” Nayra menatap Sharena lurus.
Sharena membuang muka. Ada bias bening yang terlihat berkaca di bola matanya.
“Kamu memiliki dunia yang besar, Sharena. Jangan menghancurkan dunia kecil saya. Saya tidak punya siapa-siapa selain Edwin dan anak saya. Saya mohon! Tinggalkan kami. Kembalikan Edwin pada kehidupannya yang dulu. Kembalikan Edwin pada saya dan anak saya. Kamu juga seorang perempuan, kan? Kamu pasti tahu persis dengan apa yang saya rasakan sekarang. Saya akan melupakan semua ini dan menganggap berita ini tak pernah ada.”
“Aku minta maaf!” ucap Sharena lirih.
“Jangan minta maaf, Sharena. Apa yang kamu lakukan, tidak akan cukup dibayar dengan satu kata itu. Sejak awal, seharusnya kamu tahu siapa Edwin. Dia sudah menikah, Sharena dan dia punya seorang anak perempuan. Kamu tahu? Kamu sedang membangun kebahagiaan di atas air mata perempuan lain!” Nayra menyeka sudut matanya yang basah.
Sharena pun menelan ludahnya getir. Dia benar-benar merasa tersudutkan.
“Sekali lagi saya mohon, tinggalkan suami saya, Sharena. Tolong katakan pada media bahwa berita tentang kalian itu tidak benar. Tak ada hubungan apa-apa di antara kamu dan Edwin. Jangan menghancurkan hati anak saya dengan merenggut cinta pertamanya. Saya mohon!” ujar Nayra bahkan mengatupkan kedua tangannya di hadapan Sharena.
Air mata gadis itu pun jatuh dari kedua matanya. “Baiklah! Aku akan katakan pada media!” ucap Sharena menatap yakin.
“Terima kasih! Saya juga akan melupakan hari ini!” Nayra tersenyum tipis lalu bangkit dari tempat duduknya.
Tiba-tiba pintu apartemen itu terbuka. Terlihat Dean masuk. Gadis tiga puluh tahun itu pun terlihat bingung melihat seorang perempuan tak dikenal datang menemui Sharena. Dia hanya tertegun lama tanpa mengatakan apa-apa. Mata Sharena yang memerah sudah menjelaskan bahwa situasi ini sangat canggung. Dia pun hanya diam tanpa mengatakan apa-apa saat perempuan itu berlalu pergi tanpa menatap padanya.
“Siapa Ren?” tanya Dean menatap Sharena begitu perempuan itu menghilang dari balik pintu.
“Nayra. Istrinya Edwin!” jawab Sharena lugas.
“APA?” Dean benar-benar kaget bukan main. “Mau apa dia ke sini? Dia marah sama kamu? Dia mengatakan apa, Ren?” Dean bertanya dengan wajah yang tampak khawatir kalau istri Edwin akan menyakiti Sharena.
Sharena menggelengkan kepalanya. “Besok aku akan mengkonfirmasi semua berita itu.”
“Soal hubungan kamu sama Dr. Edwin?” tanya Dean.
Sharena mengangguk yakin.
“Memangnya kamu mau bilang apa? Kamu sudah beritahu Dr. Edwin soal ini?”
Sharena menggeleng sekali lagi. “Aku hanya perlu mengklarifikasi ke media bahwa hubunganku dengan Edwin itu hanya rumor!” ujarnya lalu bangkit dari duduknya. Namun tiba-tiba saja, Sharena memegang kepalanya yang mendadak pusing. Entah kenapa, sekitarnya mendadak berputar dalam keadaan cepat.
“Ren? Kamu kenapa?” Dean pun langsung berdiri memegang gadis itu yang kehilangan keseimbangannya berdiri.
Sharena tak menjawab, dia malah terlihat semakin meringis memegangi kepalanya hingga beberapa detik tubuh itu pun tumbang dan dia pun tak sadarkan diri.
“SHARENA!” panggil Dean dengan wajah panik.