Bab 2-Musholla Sekolah
“Huftt, itu anak di mana sih, bukannya kemarin katanya dia mau sholat dhuha di musholla ya, apa hari ini dia nggak sholat. Perasaan kemarin pas kami tabrakan jam segini juga deh,” ujarnya sambil melirik jam dinding yang ada di musholla. Jarum jam tepat menunjukkan pukul 09.20.
“Sia-sia deh aku mau sholat kalau begini, orang dianya aja nggak ada di sini. Padahal tadi niatku bela-belain nggak ke kantin dan lebih memilih ke mushollah itu biar bisa ketemu dia,” ujarnya dalam hati, karena merasa kesal ia pun menendang batu kecil yang ada di hadapannya ke sembarang arah.
“Awhhhhgg,” ucap seseorang kesakitan ternyata batu yang di tendang oleh Hana mengenai kaki seseorang.
“Kak Alfa?” ujar Hana kaget, ia tak menyangka kalau Alfarizi sudah ada di sana dan batu yang ia tendang barusan tepat mengenai kepala Alfarizi.
“maaf kak Hana nggak sengaja,” Hana meminta maaf, wajahnya ia buat sememelas mungkin padahal ia ingin lompat kegirangan karena ternyata usahanya untuk datang ke musholla pagi ini tidak sia-sia. Meski ia juga merasa bersalah karena telah menendang batu ke kepala Alfarizi.
“Iya nggak apa-apa, kamu kan yang kemarin?” ujar Alfarizi, sesaat melihat wajah Hana, sebelum ia menundukkan pandangannya kembali.
“Iya kak, aku yang kemarin maaf ya,” ujar Hana, hatinya senang karena Alfarizi ternyata masih ingat dengan dirinya.
“Iya nggak apa-apa, saya duluan ya, assalamu’alaikum,” ujar Alfarizi, berlalu meninggalkan Hana, dan melangkah menuju mandi musholla.
“Wa’alaikumussalam,” jawab Hana, hatinya meleleh. Tak hanya tampan, ternyata Alfarizi juga shaleh.
Hana pun berlari dengan hati senang, menuju kamar mandi mushola khusus wanita. Di sana ia mengambil wudhu, meski sudah sedikit lupa, tapi sedikit-sedikit ia masih ingat bagaimana caranya mengambil wudhu.
“bismillahirrahmanirrahim” Ia mulai mengguyurkan air membasuh wajahnya. Entah sudah berapa lama air suci wudhu tak pernah lagi menyapu wajahnya.
“Allahu Akbar” terdengar lirih suara Alfarizi di telinga Hana mengucapkan takbir di depan. Alfarizi sebenarnya berucap lirih, tetapi karena di dalam musholla ini hanya ada mereka berdua saja, jadi suasana hening, bahkan jika ada jarum jatuh suaranya pun pasti akan kedengaran.
Hati Hana senang tiada terkira, ia merasa seperti sedang sholat berjamaah dengan Alfarizi. Alfarizi jadi imam, dan Hana jadi makmumnya.
“Astaghfirullah, fokus Hana, kamu lagi sholat” ucapnya spontan, padahal saat ini ia sedang sholat, tepatnya seharusnya saat ini dirinya sedang membaca do’a iftitah, tetapi fikirannya malah nyasar kemana-mana.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi,”
“Assalamu’alaikum warahmatullahi,”
Sholat Dhuha pun selesai. Alfarizi langsung berdoa, sedang Hana langsung membuka tabir penghalang antara shaf laki-laki dengan shaf perempuan, Ia singkapkan sedikit. Untuk melihat Alfarizi yang sedang duduk berdoa di depan. Meski hanya bisa melihat punggungnya saja, Hana sudah merasa sangat senang.
Lama mengamati Alfarizi sampai-sampai dirinya lupa untuk berdo’a. Akhirnya ia melihat Alfarizi berdiri hendak keluar ruangan, ia pun segera berlari keluar tanpa membuka mukenahnya. Ia berharap Alfarizi akan terpesona melihat dirinya karena ketahuan melaksanakan sholat Duha.
“Ehemmm,” Hana berdehem.
“Sholat Dhuha juga?” tanya Alfarizi kepada Hana.
Hana menoleh kiri dan kanan, pura-pura tidak menyadari kalau yang ditanya oleh Alfarizi adalah dirinya.
“Hello, sholat dhuha juga kah?” tanya Alfrizi sekali lagi, kali ini ia melambaikan tangan kepada Hana.
“Aku?” tanya Hana lirih sambil menunjuk ke dirinya sendiri.
Alfarizi mengangguk sambil tersenyum, hampir saja Hana pingsan dibuatnya karena terbius oleh senyum manis Alfarizi.
“Iya, saya biasa sholat di sini,” ucap Hana berbohong.
“Ohhh, baguslah, kalau begitu saya duluan ya,” ujar Alfarizi, hendak bergegas pergi.
“Eh tunggu!” ujar Hana menghentikan langkan Alfarizi.
“Iya, kenapa?” Alfarizi mengerutkan kening, ia bingung ada apa Hana memanggilnya.
“Emmm, kau tak lupa sesuatu?” tanya Hana, ia berharap Alfarizi akan menanyakan namanya.
“Lupa?” ujar Alfarizi bingung, “lupa apa?” tanyanya.
“Yahhhh, lupa, kamu nggak lupa nanya sesuatu gitu?” ujar Hana mengangkat bahunya, yang membuat Alfarizi semakin bingung.
“Ohhh iya” ucap Alfarizi.
Bibir Hana mulai mengembang, hendak tersenyum.
“Nanti kamu jangan lupa buka mukenahnya, kan aneh kalau ke kelas masih pakai mukenah,” lanjut Alfarizi lalu berlalu pergi. Yang membuat Hana gagal tersenyum bahagia.
“Astaga, malunya,” ujar Hana langsung berlari ke dalam musholla. Ia baru ingat, ia keluar mushollah tanpa membuka mukenahnya.
“Ini gara-gara ngejar Alfarizi nih, untung nggak ada orang yang liat tadi, kalau ada habis sudah riwyatku. Malu,” ujar Hana, melepas mukenah dan roknya terburu-buru.
“Astaghfirullah kakak, kamu ke mushollah pakai sepatu?” tanya seorang wanita yang tengah di bibir pintu dan menatap aneh ke arah Hana.
“Astaga, sepatu!!!” Hana melirik ke bawah, benar saja, lagi-lagi ia lupa kalau tadi ia sudah pakai sepatu, ia pun langsung berlari ke luar untuk membuka sepatunya.
“Maaf, maaf aku nggak sengaja, lupa,” ujar Hana, dengan cepat ia membuka sepatunya di luar musholla.
“Minta maaf bukan sama saya kak, tapi minta ampun sama Allah,” ujar perempuan itu.
“Iya,” ujar Hana buru-buru masuk lagi ke dalam mushola, setelah ia melepas sepatunya.
“Kakak mau ngapain lagi?” tanya wanita itu.
“Kamu ribet amat sih, kamu yang ngapain?” ujar Hana marah.
“Saya mau sholat dhuha kak. Kakak sendiri ngapain, mau sholat juga?”
“Aku sudah selesai sholat lah, kamu saja yang lama, udah terlambat nih,” ujar Hana
“Terlambat bagaimana kak, ini kan baru jam sepuluh kurang kak,” ucap wanita itu.
“Tau akh ribet,”
“kalau begitu saya mau ambil wudhu dulu ya kak” ucap wanita itu, kemudian pergi meninggalkan Hana yang masih berdiri di dalam musholla. Ia geleng-geleng kepala melihat tingkah Hana.
“Oh iya, aku ngapain masih ada di sini, kan aku udah selesai sholat duha, astaga Hana, kamu kok begok banget sih, kan seharusnya kamu ke kelas bukan balik lagi ke dalam musholla” Hana menepuk jidatnya sendiri. ia baru ingat, ia tak ada urusan lagi di musholla ini. Mukenahnya sudah ada di tangannya, jilbabnya sudah ia pakai selesai berwudhu tadi, jadi ia sudah pakai jilbab, seharusnya tadi ia langsung ke kelas saja, tidakk perlu lagi buka sepatu apalagi masuk ke dalam mushollah kembali.
Hana lalu pergi ke luar, dengan buru-buru ia memakai sepatunya dan pergi menuju kelasnya.