loader image

Novel kita

Hijrah Tanpa Bangku Pesantren_Bab 3

Hijrah Tanpa Bangku Pesantren_Bab 3

Ketahuan
103 User Views

bab 3-Ketahuan

“kamu dari mana aja sih Han, dicariin juga dari tadi” Alina mendengus kesal. Ia menghadang Hana tepat di depan pintu kelas. Sedari tadi sepulang ketemuan dengan Heru kekasihnya, Alina mencari Hana namun tidak ketemu. Bahkan mulutnya sudah berbuih menanyai satu-persatu teman satu kelasnya, namun tidak ada yang tahu di mana Hana berada. Dan sekarang setelah Alina lelah, barulah Hana muncul di hadapannya.

“Iya maaf, aku dari musholla Lin, nggak usah marah gitu dong,” ucap Hana, bibirnya mengerucut.

“Mushollah? Ngapain jam segini ke mushollah. Dipanggil sama Umi Maryam? Tumben?” tanya Alina, tidak biasanya jam segini Hana ke musholla. Ia mengira bahwa Hana dipanggil oleh Umi Maryam guru agama mereka, tetapi untuk apa? Bahkan Umi Maryam mungkin tidak begitu mengenali Hana.

“Ya enggak lah Lin, aku ke musholla itu  sholat Sunnah dhuha,” ucap Hana.  

“Udah akh, aku mau nyimpan mukenahku dulu,” ucap Hana, masuk ke dalam kelas.

“Sholat Sunnah dhuha? Sholat Sunnah duha itu apaan sih Han, azan juga belum. Tumben-tumbenan juga kamu sholat, biasanya aku jarang lihat kamu sholat kecuali hari-hari tertentu,” ucap Alina. Alina tidak tahu apa itu sholat Sunnah dhuha. 

Sedari kecil ia tidak di ajarkan ilmu agama oleh orang tuanya, dan lebih mirisnya lagi, mulai dari TK sampai SMP, ia bahkan di masukkan ke sekolah Methodist yang notabene nya adalah sekolah khusus umat Nasrani. Sehingga ia benar-benar tidak pernah belajar ilmu agama yang ia anut sendiri. Dan saat ini juga ia masuk ke sekolah SMA umum, dimana belajar agama hanya 2 jam perminggu, dan tidak ada pembahasan mengenai sholat. Sebab guru agama di seklah juga menjelaskan materi sesuai dengan apa yang tertera di buku pelajaran.

Ibunya sendiri adalah seorang muallaf, yang masuk Islam saat hendak menikah dengan salah satu pemuda Muslim, yaitu ayah Alina. Sedangkan ayahnya memang adalah seorang muslim sejak lahir, namun tidak memiliki ilmu agama, sebab nenek dan kakek Alina pun mendidik Ayahnya sebagaimana Ayahnya mendidik dirinya saat ini. Ayahnya selalu sibuk bekerja di kantor, ia tidak perduli apakah anak istrinya paham agama atau tidak. Baginya yang penting ia bisa memberikan hidup yang layak bagi anak dan istrinya di dunia.

“Sholat dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu pagi atau waktu dhuha, yakni ketika matahari sedang naik setinggi tombak atau naik sepenggalah. Jika diukur menggunakan jam, maka waktu sholat dhuha berada pada jam tujuh, delapan, sembilan, sampai sebelum masuk waktu sholat zhuhur,” Hana menjelaskan sebisanya, ini adalah ilmu yang baru tadi malam ia searching dari google, untungnya ia cepat ingat dan susah lupa_Terkadang.

Meski sebenarnya hidup Hana juga tidak jauh beda  dengan kehidupan Alina. Hanya saja bedanya Hana pernah belajar ngaji dengan seorang guru ngaji di kampungnya. Dan berhenti saat ia masuk ke bangku SMP. 

“Ohhh gitu ya Han,” ucap Alina menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sebenarnya ia tidak paham dengan yang diucapkan oleh Hana, tetapi ia malas untuk melanjutkan.

“Iya Lin”

“Kringggg”

“Istirahat telah usai, saatnya jam pelajaran di mulai….”

“Tuh kan sudah bel masuk, padahal tadi aku mau ngajak kamu ke kantin tau,” ujar Alina kesal.

“Iya deh maaf,”

“Lagian kamu kesambet apaan sih, sampai-sampai kamu sholat dhuha segala, biasanya juga kamu kan si paling heboh kalau tau aku mau ketemuan sama Heru,” ujar Alina

“Ya, nggak kenapa-napa Lin, kepengen aja,” ujar Hana, “eh ngomongn-ngomong, Heru kasih apaan? Dia kan baru pulang dari Palembang, dia bawa oleh-oleh apa? Bawa makanan nggak? bagi donk!” ujar Hana.

“Iya, tenang aja nanti aku bagi, kamu sih jomblo, makanya cari pacar biar ada yang bawain oleh-oleh,” ujar Alina

“Mulai deh, selow aja kali. Nanti juga ada, kalau udah saatnya,” ujar Hana mendelik.

“Kapan?”

“Kapan-kapan,”

“Selamat pagi anak-anak,” Bu Santi guru mata pelajaran sejarah masuk kelas, dengan membawa buku sejarah yang tebal, yang dijamin membuat anak-anak pasti mengantuk tapi tidak bisa tidur, karena Bu Santi ini galak, tidak segan-segan untuk mengeluarkan siapa saja siswa/i nya yang bertingkah saat jam pelajarannya.

“Pagi Bu,” sahut semua siswa/i yang berada di dalam kelas itu, semuanya duduk dengan rapi. 

“Heh, makanya jangan nolep terus, akhirnya nggak ada cowok kan,” ujar Alina, setengah berbisik kepada Hana.

“Kamu sperti tidak tahu saja bagaimana mama dan papaku, keluar sebentar saja sudah dicariin. Katanya takut aku kenapa-napa.”

“Hahaaha, kita samaan sebenarnya, tapi bedanya orang tuaku sudah kenal lama dengan Heru, jadi aman kalau mau pergi kemana-mana bareng dia.”

“Kamu mah enak, aku boro-boro,”

“Makanya kamu cari pacar, terus kenalin ke orang tuamu, mana tahu kamu jadi bebas ke mana-mana karena udah ada yang dipercaya sama orang tua kamu buat jagain,” ucap Alina.

“Mau sih, tapi yang memenuhi kriteriaku malah sulit di raihnya,”

“Siapa? Pangeran kamu itu? Kenalin dong”

“Skip” 

“Kamu gitu banget, sama sahabat sendiri juga,” ujar Alina kesal.

“Aku lapar, bagi oleh-oleh dari Heru dong Lin,” ucap Hana, menengadahkan tangan kepada Alina yang duduk di sampingnya.

“Nanti kalau Bu Santi lihat bagaimana? Bisa habis kita Han,” Alina memperingatkan Hana.

“Nggak bakal, aku makan nya nunduk kok, Bu Santi nggak bakal liat, lagian kan kita duduk paling belakang,” ucap Hana.

“Iya deh, ini,” ujar Alina, mengeluarkan bungkusan berisi kue dari lacinya, kemudian memberikannya kepada  Hana dari bawah meja. 

Hana membuka bungkus plastik itu dengan sangat pelan-pelan sekali. Kemudian ia mengambil sepotong kue, lalu menundukkan kepalanya ke bawah meja, kemudian ia memakan kue itu dengan lahap.

“Hana, Alina, apa yang kalian berdua perbuat di situ?” ujar Bu Santi.

‘Deggg’ jantung Alina dan Hana seperti berhenti berdetak.

“Mampus,” ujar Hana lirih, ia cemas. Sedang Alina hanya bisa menelan air liur, dan memandang kosong wajah Bu Santi yang sudah berjalan mendekat ke arah mereka.

Hijrah Tanpa Bangku Pesantren

Hijrah Tanpa Bangku Pesantren

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Hanya anak sekolah umum yang tidak pernah nyantri, tahu apa tentang ilmu agama. Jangankan belajar fiqih, membaca Al-Qur'an saja kadang belum bener. Tetapi, di surga kan tidak ada tulisan bahwa surga hanya bisa dimasuki oleh santri saja. Mereka yang bukan anak santripun ingin meraih surga. Inilah kisah perjalanan hijrah anak-anak sekolah umum, yang mencoba menjadi lebih baik lagi tanpa bangku pesantren.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset