loader image

Novel kita

Hot Secretary – BAB 10

Hot Secretary – BAB 10

SEBUAH PENYESALAN
112 User Views

Waktu berjalan begitu cepat, padahal rasanya ingin sekali Carla menghentikan waktu agar ia tidak perlu terlibat dengan pesta relasi tersebut. Carla meregangkan otot-ototnya yang dirasa menegang karena bekerja. Setelah itu, dengan langkah lunglai ia meraup gaun pesta yang diberikan Andra dan memakainya di toilet.

Sambil menggerutu, Carla memakai pakaian yang terlihat berkelas itu. Kini, gaun putih dengan belahan samping hingga paha sudah melekat dengan indahnya di tubuh tinggi semampai Carla. Tak lupa ia mengenakan heels yang senada dengan warna baju.

Rambutnya yang terikat, ia gerai dan disematkannya sebuah jepit di samping telinga kanannya. Meskipun Carla tak ingin terlibat, setidaknya ia tidak mempermalukan Andra yang notabenenya sebagai atasannya. Carla keluar dari kamar mandi, disambut dengan tatapan takjub dari Andra yang kini sudah mengenakan jas berwarna hitam.

Carla mengakui bahwa ia mengagumi Andra dalam balutan jasnya itu. Rambut yang tersisir dengan rapi, tubuhnya yang atletis, dadanya yang bidang, membuat Carla tak berhenti memandang. Begitupun sebaliknya dengan Andra yang mengagumi kecantikan sekretaris barunya itu.

“Ayo berangkat, Carl.”

Andra meraih tangan Carla, ia menautkan jari-jari tangannya di sela jari milik Carla. Carla merasakan dadanya berdesir, seolah setiap kupu-kupu yang ada di perutnya beterbangan. Bagaimana tidak, digandeng oleh seorang CEO merupakan impian setiap perempuan, tetapi Carla? Ia tidak bermimpi. Ia menjalaninya.

Andra membukakan pintu BMW X6 keluaran terbarunya untuk Carla. Setelah itu, ia mengitari mobil dan duduk di samping Carla. Andra yang tidak suka memakai supir memutuskan untuk mengendarai mobilnya sendiri. Meskipun seharusnya ia memakai supir karena pasti Andra meneguk satu atau dua gelas anggur yang pastinya membuatnya mabuk.

“Pakailah sabuk pengamannya, Carl,” perintah Andra yang kini sudah menjalankan mobilnya.

Carla segera meraup sabuk pengaman tersebut dan berusaha untuk memasangkannya. Namun, ia tak bisa. Andra memperhatikan setiap gerakan Carla dan tersenyum singkat. Andra memasang sabuk pengaman ke tempat soketnya hingga terdengar bunyi klik.

“Tapi pak, talinya tidak rapi,” ucap Carla sambil memperlihatkan tali yang bergulung-gulung.

Andra menggelengkan kepalanya, ia kemudian mengaktifkan mode menyetir sistem. Dibukanya kembali sabuk pengaman tersebut dan dimasukkan kembali kedalam tempatnya. Andra mengambil sabuk pengaman tersebut, hingga posisinya persis seperti sedang memeluk Carla.

Andra tak bisa menahan untuk tidak mendekatkan wajahnya ke arah wajah Carla yang begitu dekat dengannya. Ia terus memajukan wajahnya, berusaha untuk mencium bibir merah yang nampak manis itu.

Carla tak bisa bergerak untuk menghindari Andra. Ia hanya bisa memalingkan wajahnya ke samping kiri, menatap jalanan dari balik jendela. Andra menghentikan aksinya, ia kembali mengendarai mobil secara manual meskipun kesal karena secara tidak langsung Carla menolaknya.

Carla menghembuskan napasnya lega. Ia tak bisa membiarkan dua orang pria begitu saja menciumnya.

‘Sial, kenapa dia selalu menghindar.’ Andra membatin.

“Carla”

“Iya pak”

“Apa kau mencintaiku?”

“Hah?!”

Carla kaget dengan pertanyaan yang keluar dari bibir Andra. Ia tak bisa memprediksinya, mengapa Andra bisa menanyakan hal tersebut. Carla menarik napasnya, ia tersenyum dan menjawab,

“Tentu saja tidak, Pak. Tujuan saya bekerja, bukan untuk mencintai bapak. Jikapun saya mencintai bapak, saya pasti bekerja dengan profesional.”

“Tapi saya mencintaimu.”

“Hah?!”

Carla kembali dikagetkan dengan pernyataan yang keluar dari mulut Andra. Mana mungkin CEO sedingin dirinya mencintai Carla yang baru saja bekerja dua hari, mustahil sekali.

“Mungkin itu bukan cinta, Pak. Itu hanya rasa kagum bapak terhadap saya,” puji Carla pada dirinya sendiri.

“Entahlah, saya merasa nyaman ketika bersamamu. Namun, kau selalu menghindar. Apa kau punya lelaki lain?”

“Hah?!”

“Jawablah pertanyaanku dengan benar, Carla. Sedari tadi kau selalu saja hah hah hah. Aku tak membutuhkan ‘hah’ mu itu, aku membutuhkan jawaban.” Andra frustasi, ia mengacak rambutnya yang sebenarnya sudah berantakan.

“Untuk saat ini saya hanya ingin bekerja dengan profesional, Pak. Usia saya masih 20 tahun, saya belum memikirkan mengenai pasangan.” tegas Carla dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

“Ahh, mengapa kau menarik sekali Carla!”

Andra memasukkan mobilnya ke halaman sebuah rumah mewah. Kali ini, pesta relasi diadakan di salah satu rumah CEO Turnity Holdings, Raihan Aldebaran. Andra keluar terlebih dahulu, kemudian membukakan pintu untuk Carla.

Carla turun dari mobil dengan anggun, kemudian tangannya menyusup di tangan Andra. Keduanya bergandengan masuk kedalam rumah yang sudah dihadiri oleh CEO dari perusahaan lain.

Mata Carla liar mencari seseorang yang ia kenal, Gerald. Gerald pasti ada disini dan Carla ingin menemuinya untuk memberikan rumusan poin penting tadi. Matanya terus memperhatikan satu persatu pria berjas yang ada di sana, hingga matanya tertumbuk pada pria yang mengenakan setelan jas berwarna marun. Itu pasti Gerald, pikirnya.

Tak semudah itu Carla lepas dari Andra yang terus berputar, berbicara dengan satu teman dan lainnya. Hingga kesempatan itu datang, ia meminta izin kepada Andra untuk pergi ke toilet,

“Aku permisi dulu, Pak. Aku harus pergi ke toilet,” ucap Carla yang kini melepaskan tangannya dari Andra.

“Kau tanya saja kepada orang-orang, mereka pasti tahu,” ujar Andra, Carla mengangguk dan berjalan menjauhi Andra.

Carla tidak langsung menemui Gerald. Ia menyejajarkan terlebih dahulu posisinya dengan Gerald, jarak mereka berdiri sekitar tiga meter. Ketika Gerald mengedarkan matanya, ia menangkap siluet wajah Carla yang mengenakan pakaian putih dengan bagian kaki yang terbuka.

Gerald dan Carla beradu pandang. Carla memberikan sebuah isyarat dengan tatapannya agar Gerald mengikuti Carla. Carla berjalan dengan tenang menuju toilet yang berada di belakang ruangan. Beruntungnya toilet tersebut tidak terpisah antara toilet pria dan wanita, jadi Gerald bisa masuk dengan leluasa.

Carla masuk terlebih dahulu diikuti oleh Gerald. Carla mengunci pintu dari dalam, membuat Gerald tersenyum penuh arti.

“Mengapa kau tersenyum?” ucap Carla yang heran dengan Andra.

“Ada apa kau membawaku ke kamar mandi? Atau jangan jangan–”

Plakkk….

Belum selesai ucapan Gerald, Carla memukul tangannya dengan keras, membuat Gerald meringis.

“Jangan berpikir yang macam-macam, Tuan Gerald,” ujar Carla yang kini mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

“Ini berisi poin penting tentang proyek perusahaan Andra. Kau bisa mengantonginya dan jangan sampai hilang. Aku mempertaruhkan nyawaku untuk tugas ini.”

Carla memasukkan secarik kertas tersebut kedalam saku kemeja Gerald.

“Carla, disini sepi.” Gerald tersenyum nakal sambil menatap Carla.

“Kau, sudah berani-beraninya kurang ajar padaku, Tuan Gerald.”

Gerald semakin merapatkan tubuhnya dengan Carla. Ia memagut bibir Carla untuk yang kedua kalinya. Tangannya mengusap paha Carla yang terbuka.

“Mmmpph, berhenti Gerald. Aku harus segera kembali.”

Gerald terus melanjutkan aksinya begitupun dengan Carla yang kini menikmatinya. Keduanya terhanyut dalam permainan mereka, Gerald menyusuri leher jenjang Carla dengan bibirnya. Tangannya perlahan naik, meremas dua gundukan yang selama ini hanya dibayangkan saja olehnya.

“Carla!!”

Seruan seseorang dari luar mengagetkan keduanya. Mereka menghentikan aksi gila itu dan saling memandang.

“Carla? Apakah kau didalam?”

Mati sudah Carla, itu suara Andra.

Hot Secretary

Hot Secretary

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Carla Azzanadia yang awalnya berusaha untuk membantu keluarga yang sudah membantu membesarkannya, justru terjebak dalam permainan kalangan atas itu. Persaingan bisnis antara keluarga Barrack dan Azbaniar membuat mereka bersaing meskipun dengan cara yang tidak sehat. Carla yang diutus untuk memata-matai perusahaan Andra justru terjebak dalam pesona lelaki tampan pengusaha itu. Dalam satu kesempatan, rupanya Gerald pun mencintai perempuan yang sudah tumbuh dan berkembang bersamanya selama ini sampai ia tidak rela jika Carla harus menjadi milik musuh bebuyutannya. Sampai akhirnya, Gerald dan Andra memutuskan menjadikan Carla sebagai barang taruhan keduanya. Dimana, dia yang bisa mendapatkan Carla bisa dengan bebas mengambil semua tender yang masuk tanpa persaingan didalamnya. Lantas, apakah permainan mereka akan berjalan lancar? Atau justru Carla memutuskan untuk pergi dari lingkungan yang membuatnya rendah diri.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset