loader image

Novel kita

Hot Secretary – BAB 4

Hot Secretary – BAB 4

SAYA BUKAN PELACUR!
87 User Views

Ketika pintu ruangan terbuka, Carla bergegas masuk ke dalamnya. Interior ruangan itu terlihat apik. Warna hitam mendominasi, sedangkan abu menjadi pelengkapnya. Didepannya, jendela besar menampilkan landscape kehidupan ibu kota yang nampak padat terlihat dari atas. Dan Carla menangkap siluet seorang pria berperawakan gagah, dengan kemeja putih yang digulung sampai siku. Ia memegang rokok yang masih menyala.

Carla tak yakin itu adalah CEO perusahaan ini. Namun ia tetap bersikap sopan.

“Permisi, Pak,” ucap Carla.

“Silahkan duduk.”

Suara bariton yang merdu terdengar jelas di telinga Carla. Lelaki yang tadi menatap keluar jendela, kini berbalik dan bertatapan langsung dengan Carla. Semenit berlalu tanpa ada percakapan, keduanya sibuk memandang mengagumi paras rupawan yang dimiliki.

Pria berambut berantakan yang ada dihadapan Carla, kemeja yang tidak dikancing atasnya, iris biru yang memikat, hidung mancung yang persisi, dan bibirnya, Carla segera menghilangkan pikirannya tentang yang satu itu.

Pria itu mendekati Carla yang kesulitan bernapas. Carla yakin kali ini ia bisa dikategorikan sebagai perempuan alay ketika bertemu dengan seorang pria setampan lelaki di hadapannya itu.

“Kau sudah siap?” tanyanya dengan kerlingan nakal dan bibir bawah yang sengaja digigit, membuat Carla ingin berguling di lantai.

“Sa…,saya sudah siap, Pak.” gagap Carla. Ia tak bisa mengendalikan kerja jantungnya yang semakin berdegup kencang.

Hey! Satu ruangan dengan pria tampan apalagi seorang CEO, perempuan mana yang bisa tahan? Bahkan sekelas Lady Gaga ataupun Selena Gomez tak akan tahan jika berhadapan dengan pria satu ini.

Ia mendekatkan dirinya pada Carla. Carla yang tidak mengerti dengan situasi ini hanya diam dan perlahan mundur, sampai pada akhirnya ia sadar bahwa ia sudah tersudut. Dilihatnya tangan Andra sudah memeluk pinggang ramping miliknya.

Carla yang kaget segera melepaskan diri dan menjauhi Andra, “Apa yang kau lakukan, Pak!”

“Bukankah kita akan mulai wawancaranya? Menikmati tubuhmu adalah salah satu sesi dalam wawancara ini,” sinis Andra santai. Tanpa melihat ekspresi terkejutnya Carla.

“Wawancara macam apa ini. Saya kesini untuk mencari kerja, bukan menjadi pelacur!”

Ucapan tersebut sukses membuat Andra menatap tajam mata Carla.

“Bukankah perempuan sering menghalalkan segala cara untuk menjadi yang terpilih?” desak Andra pada Carla.

“Tapi bukan saya orangnya, Pak Andra Azbaniar!”

“Kunikmati tubuhmu, maka kau resmi menjadi sekretaris pribadiku.”

“Saya bukan pelacur, Pak. Saya permisi dulu.”

Carla meninggalkan ruangan Andra sambil membanting pintunya. Persetan dengan misi yang itu, Carla sudah terlanjur muak pada Andra. Perekrutan karyawan macam apa ini, ketika kehormatan wanita justru diinjak-injak.

Carla keluar dari perusahaan itu sambil menyumpahi Andra. Ia menyesal sudah mengagumi pria satu itu. Ia menyesal bertingkah gugup di hadapannya dan ia menyesal sudah mencintai Andra dalam pandangan pertama.

Mungkin memang benar bahwa mencintai pada pandangan pertama itu hanyalah mitos. Karena ketika melihat ia dalam pandangan kedua, pandangan ketiga, ketika kita melihat sikap aslinya, terkadang rasa cinta itu berubah seketika.

Carla terus berjalan meninggalkan ruangan CEO. Ia masih menyumpahi sikap Andra yang kurang ajar kepadanya. Kini Carla mengerti, mengapa calon sekretaris tadi keluar dengan muka masam dan baju berantakan, Andra pelakunya.

Carla menekan tombol lift dan ia masuk kedalamnya. Menekan tombol GF dan menunggu pintu tertutup. Namun, sesaat sebelum pintu tertutup, sebuah tangan menghadang pintu dan membuatnya kembali terbuka.

Nampaklah didepan sana, Andra yang berdiri dengan napas yang tersengal. Ia tersenyum kearah Carla sambil memasuki lift. Carla segera waspada, ia memposisikan dirinya menjauhi Andra,

“Kau tak perlu takut, Carla. Tadi hanyalah lelucon saya untuk melihat keseriusanmu bekerja dengan saya,” ucap Andra yang kini berada di depan Carla.

Carla yang berada di belakang Andra mengernyit, ia tak mengerti apa yang dikatakan CEO gila itu.

“Kau diterima menjadi sekretaris pribadi saya. Tugas pertamamu menemani saya makan siang,” singkat Andra, membuat Carla menganga tak percaya.

“Sss–saya diterima pak?” gugup Carla sambil meremas ujung roknya.

“Ya. Hanya kau yang tidak membuka pakaianmu untukku. Jadi, kupikir kau memang benar-benar ingin bekerja denganku. Jangan berbicara formal kepadaku ketika kita berdua, karena aku tak suka mendengarnya. Bicara formal lah ketika ada orang lain.”

Carla mengangguk paham. Ia baru menyadari bahwa Andra bersikap seperti itu bukan untuk menggodanya, melainkan suatu cara untuk melihat keseriusan calon karyawannya. Carla tersenyum, ia bahagia. Karena dengan begitu, misi yang ia kerjakan bisa berjalan dengan lancar. Ditambah lagi, hatinya kembali menghangat. Ia merasakan detak jantungnya kembali berdegup kencang.

Andra menyejajarkan posisinya dengan Carla. Ia perlahan mendekatkan bibirnya ke arah telinga Carla dan membisikkan sesuatu di sana,

“Tapi aku memang tertarik denganmu, nyonya Carla Azannadia.”

Pintu lift terbuka, Andra meninggalkan Carla yang mematung di tempatnya. Apa yang barusan Andra katakan? Carla benar-benar tak bisa mencernanya dengan baik.

“Tuhan ini baru hari pertama, dan Engkau sudah memberikan ‘cobaan’ seindah ini,” gumam Carla sambil menatap ke atas, seolah berbicara dengan Tuhan.

“Kau mau gagal di tugas pertamamu, Carla?” ujar Andra yang kini tengah menatap Carla yang masih berbicara sendiri.

Carla yang menyadari hal tersebut sesegera mungkin menghampiri Andra dan berjalan di belakangnya. Mobil yang Andra kendarai sudah terparkir di depan lobi utama.

“Masuklah.” Andra membukakan pintu di sebelahnya untuk Carla.

“Saya dibelakang saja, Pak,” ucap Carla sambil membuka pintu belakang.

“Kau mau menjadikanku sopirmu?” tanya Andra yang masih memegangi pintu depan.

“Maafkan saya, Pak.” Carla langsung duduk di depan, di samping Andra.

Carla merasa jantungnya berdegup kencang. Baru kali ini ia duduk bersisian dengan orang lain dalam satu mobil. Biasanya, ia hanya duduk dengan Gerald. Tak ada perempuan apalagi lelaki lain yang duduk dengannya. Sekarang, ia duduk dengan CEO perusahaan besar. Sungguh, Carla tak bisa mengendalikan dirinya.

“Kau tak perlu gugup seperti itu, Carla. Aku hanyalah seorang CEO, bukan anak presiden apalagi presidennya.” ucap Andra seolah mengetahui apa yang dipikirkan oleh Carla.

“Ttt…,tidak pak, saya tidak gugup. Hanya saja saya merasa tak pantas berada di samping orang sehebat bapak.”

Ucapan Carla barusan tanpa sadar membuat sebuah lengkungan manis di bibir Andra. Andra berpaling, ia tak ingin orang lain melihat senyumannya yang jarang terlihat itu.

Hot Secretary

Hot Secretary

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Carla Azzanadia yang awalnya berusaha untuk membantu keluarga yang sudah membantu membesarkannya, justru terjebak dalam permainan kalangan atas itu. Persaingan bisnis antara keluarga Barrack dan Azbaniar membuat mereka bersaing meskipun dengan cara yang tidak sehat. Carla yang diutus untuk memata-matai perusahaan Andra justru terjebak dalam pesona lelaki tampan pengusaha itu. Dalam satu kesempatan, rupanya Gerald pun mencintai perempuan yang sudah tumbuh dan berkembang bersamanya selama ini sampai ia tidak rela jika Carla harus menjadi milik musuh bebuyutannya. Sampai akhirnya, Gerald dan Andra memutuskan menjadikan Carla sebagai barang taruhan keduanya. Dimana, dia yang bisa mendapatkan Carla bisa dengan bebas mengambil semua tender yang masuk tanpa persaingan didalamnya. Lantas, apakah permainan mereka akan berjalan lancar? Atau justru Carla memutuskan untuk pergi dari lingkungan yang membuatnya rendah diri.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset