loader image

Novel kita

Hot Secretary – BAB 8

Hot Secretary – BAB 8

SIASAT GERALD
70 User Views

Carla segera mengambil piring dan sendok yang nantinya akan digunakan oleh Gerald, Pak Barrack, dan bu Irina. Ia menatanya di atas meja. Ketika meletakkannya di depan Gerald, tangan Carla sengaja dipegang oleh Gerald, hingga membuat Carla tanpa sadar menjatuhkan serbet yang seharusnya dipakai Gerald.

Carla segera memungut serbet itu sambil berkata, “Diam, Gerald.”

Gerald meringis namun ia tetap tersenyum. Setelah tugasnya selesai, Carla kembali ke dapur dan membereskan dapur, seperti biasanya.

“Gerald, besok apa jadwalmu?” tanya Barrack yang kini tengah menjejalkan makanan ke mulutnya.

“Besok ada pertemuan antar pebisnis, Yah. Aku harus menghadirinya, hitung-hitung mempromosikan perusahaan kita untuk para investor yang mau menginvestasikan dananya pada kita,” jelas Gerald yang kini tengah memotong steak.

“Baguslah kalau kau sudah mulai mengerti perihal perusahaan,” ucap Barrack sambil menganggukkan kepalanya.

“Gerald, apa kau tidak mau menikah?” tanya ibu Irina kepada Gerald yang kini menatapnya.

“Tentu saja aku mau, Bu. Tapi bukan sekarang. Aku harus mengurus perusahaan dulu.”

“Usiamu sudah 25 tahun, Nak. Sudah saatnya kau menikah,” desak bu Irina yang ingin segera menggendong cucu dari Gerald.

“Aku belum memikirkannya, Bu. Aku masih ingin mengembangkan perusahaan dulu.”

“Bagus Gerald. Kini jiwa bisnismu semakin kental saja. Ayah ketika menikah kepada ibumu berusia 29 tahun. Jika kau ingin mengikuti jejak ayah, kau bisa menikah di umur segitu.”

Percakapan demi percakapan mengalir begitu saja di atas meja makan yang diisi keluarga kecil itu. Sesekali terdengar kekehan dari masing-masing mulut karena celotehan satu diantara mereka.

***

“Ibu, Carla mendapatkan kamar baru di lantai tiga,” ucap Carla kepada ibunya yang kini duduk di lantai dapur yang sudah bersih.

“Bagus, Nak. Berarti kau tidak perlu tidur berdesakkan lagi dengan ibu,” sahut bu Nita.

“Tapi aku ingin ibu menemaniku di atas.” Carla bergelayut manja di tangan ibunya.

“Ibu dibawah saja, Nak. Ibu sudah terlanjur nyaman tidur di sana,” ucap bu Nita yang tak bosan mengelus rambut panjang milik Carla.

“Ibu tidak apa-apa tidur sendirian?”

“Ibu tidak apa-apa. Bersihkan dirimu dan tidurlah. Besok kau harus berangkat kerja pagi-pagi sekali bukan?”

Carla mengangguk, ia besok harus sudah sampai di rumah Andra pukul 05.30. Andra menuliskan alamat rumahnya di buku jadwalnya sehingga Carla tidak perlu menanyakan dimana rumah Andra dan lain sebagainya.

Usai makan malam, Carla bergegas menuju kamarnya yang terletak di samping kamar Gerald. Carla terkejut ketika di dalam kamarnya sudah ada Gerald yang tidur di atas kasur yang kini miliknya.

“Sedang apa kau disini?” tanya Carla yang kini menghampiri Gerald.

“Aku ingin tidur disini, Carl.” Gerald memamerkan barisan gigi putihnya yang rapi itu.

“Kamarmu lebih besar, Gerald. Pergilah tidur di sana.”

Carla mengusir Gerald. Lagi pula sah-sah saja bukan? Toh kamar ini kini menjadi miliknya.

Carla mengambil sebuah piyama setelan kemudian mengganti bajunya di ruang ganti. Tak lama Carla keluar dan memakai pakaian berbahan sutera itu.

“Kau cantik Carl.”

Gerald menarik tangan Carla hingga ia kini tertelungkup di atas kasur, “Gerald bercandamu tidak lucu!” ketus Carla sambil membenahi posisi tidurnya.

“Sssttt, kau harus tidur. Besok kau bekerja. Aku tidak mau kau sakit karena begadang. Tidurlah, aku akan menemanimu disini.”

Gerald melingkarkan tangannya di pinggang Carla. Dibawanya Carla kedalam pelukannya yang hangat. Carla perlahan-lahan mulai mengantuk dan tidur dalam dekapan Gerald,

“Good night, Babe.”

Gerald mengecup singkat kening Carla dan terlelap bersamanya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 ketika Carla memasuki kamar Gerald untuk memilih pakaian yang harus ia kenakan hari ini.

Pilihannya jatuh pada sebuah rok di atas lutut berwarna hitam dengan atasan blazer berwarna krem. Ia mengenakan sepatu berhak 3 cm berwarna krem. Tak lupa, ia membawa tas selempang yang cukup besar agar muat membawa barang banyak.

Carla segera memakai pakaian tersebut dan keluar dari rumah. Ia memutuskan untuk menaiki ojek online dan berangkat ke rumah Andra. Tak membutuhkan waktu lama, hanya 15 menit dari rumah Gerald, Carla sudah sampai di depan sebuah gerbang rumah besar yang nampak mewah dengan desain eropa.

Carla memencet bel, hingga terlihat seorang satpam menghampirinya,

“Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” tanya satpam tersebut dengan sopan.

“Saya sekretarisnya pak Andra, Pak. Tolong bukakan pintunya,” ucap Carla yang kini memberikan name tag yang diberikan Andra kepadanya di kantor.

Satpam tersebut membukakan pintu gerbang dan Carla menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di rumah Andra. Sebuah kolam ikan kecil yang terletak tepat di samping pos satpam, menyambut kedatangan Carla.

Carla melewati sebuah taman dengan berbagai macam jenis bunga yang tumbuh di halaman. Carla memencet bel, ia berdiri beberapa saat sampai pintu terbuka otomatis. Ia langsung masuk ke dalam.

Ditatapnya dengan pandangan takjub ruang tamu yang besar dan elegan yang dicat hitam dengan furniture serba putih.

‘Tuan Andra berada di kamarnya di lantai dua. Kau bisa langsung sampai di depan pintu kamarnya ketika selesai menaiki anak tangga’ suara sebuah sistem canggih membuat Carla terperanjat. Namun ia segera mengikuti instruksinya.

Dilihat dari rumahnya yang nampak sepi, Andra pasti tinggal seorang diri. Maka dari itu Carla langsung saja membuka pintu kamarnya sesaat setelah mengetuk pintu.

Andra terlihat baru bangun, ia duduk di pinggir kasurnya sambil mengecek handphonenya.

“Kau sudah datang rupanya,” sambut Andra dengan suara serak khas orang baru tidur.

“Saya akan menyiapkan bak mandi air hangat untuk bapak.”

Carla bergerak dengan cepat ke arah kamar mandi. Ia mengisi bathtub dengan air hangat, tak lupa memberikan sabun dengan aroma mint yang seketika menyeruak ke dalam indera penciuman Carla.

“Sudah siap, Pak.”

Andra melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelah dirasa Andra sedang mandi, Carla segera merapikan tempat tidurnya dan berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian Andra.

Pilihannya terjatuh pada setelan jas berwarna navy dipadukan dengan kemeja berwarna putih. Ia memadukannya dengan dasi berwarna navy motif salur dan sebuah jam tangan berwarna hitam.

Andra keluar dari kamar mandi hanya mengenakan selembar handuk, itupun hanya menutupi bagian bawahnya saja. Carla meneguk salivanya ketika melihat roti sobek milik Andra yang terbentuk dengan sempurna.

“Saya sudah menyiapkan semuanya di ruang ganti, Pak.” Carla mengangguk sopan.

“Kau memanggilku ‘pak’ sebanyak tiga kali, Carla.” Andra tersenyum sinis menatap Carla.

“Kau harus dihukum.”

Andra menyambar tangan Carla. Ia membawa Carla ke pelukannya dalam sekali hentakan. Tubuh mereka bertabrakan, dengan tangan Andra yang memeluk pinggang Carla. Carla terdiam sesaat. Ia kaget dengan yang dilakukan oleh Andra, apalagi sekarang Andra hanya mengenakan handuk saja.

Carla dengan tenaganya yang besar berhasil lepas dari pelukan Andra yang terlihat kesal, “Saya sudah menyiapkan bajumu di ruang ganti, Andra. Silahkan pakailah pakaian anda karena jadwal pertama merupakan pertemuan dengan CEO Pamela Group,” jelas Carla sambil membaca jadwal Andra yang sudah tersusun rapi.

Andra mengalah, ia mengenakan pakaiannya di ruang ganti meskipun masih menggerutu karena sikap Carla.

“Baru kali ini ada perempuan yang tidak mau kupeluk, Astaga! Hatinya terbuat dari apa.”

Andra mondar mandir setelah selesai mengenakan pakaian. Ia masih memikirkan sikap Carla kepadanya tadi. Sungguh, Andra berani bertaruh, perempuan manapun pasti akan mau memeluknya, tapi ini? Andra gemas sendiri dan keluar dari ruang ganti dengan rambut yang berantakan.

Carla menghampiri Andra sambil membawa sebuah dasi salur berwarna navy. Ia memasangkannya di kemeja Andra. Andra tersenyum menatap Carla dari jarak sedekat itu.

“Sudah siap pak,” ucap Carla sambil merapikan dasinya yang dirasa miring.

“Hukumanku masih berlaku Carla,” ucap Andra yang kini menahan pinggang Carla.

Hot Secretary

Hot Secretary

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Carla Azzanadia yang awalnya berusaha untuk membantu keluarga yang sudah membantu membesarkannya, justru terjebak dalam permainan kalangan atas itu. Persaingan bisnis antara keluarga Barrack dan Azbaniar membuat mereka bersaing meskipun dengan cara yang tidak sehat. Carla yang diutus untuk memata-matai perusahaan Andra justru terjebak dalam pesona lelaki tampan pengusaha itu. Dalam satu kesempatan, rupanya Gerald pun mencintai perempuan yang sudah tumbuh dan berkembang bersamanya selama ini sampai ia tidak rela jika Carla harus menjadi milik musuh bebuyutannya. Sampai akhirnya, Gerald dan Andra memutuskan menjadikan Carla sebagai barang taruhan keduanya. Dimana, dia yang bisa mendapatkan Carla bisa dengan bebas mengambil semua tender yang masuk tanpa persaingan didalamnya. Lantas, apakah permainan mereka akan berjalan lancar? Atau justru Carla memutuskan untuk pergi dari lingkungan yang membuatnya rendah diri.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset