loader image

Novel kita

Istri Rahasia Sang Dokter – 18

Istri Rahasia Sang Dokter – 18

Apa yang Terjadi?
97 User Views

“Ya, kami akan segera menikah. Lu dengar itu?” tegas Ruben.

Sean menurunkan lengan Ruben, lalu dia menoleh ke arah Emery. “Apa itu benar? Jawab aku, Emery!”

“Saya ….” Emery terbata-bata mengatakannya.

“Kalau dia bicara omong kosong, aku menghajarnya,” ancam Sean. Dia geram sekali dengan sikap Ruben.

“Kami akan menikah,” ucap Emery akhirnya. Dia meyakinkan sekali mengatakannya.

Kini, tidak ada alasan lagi bagi Sean memperpanjang urusannya dengan Ruben. Dia akan mengalah jika keduanya benar-benar akan menikah.

“Baguslah! Kalian berdua memang harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian. Lalu, apa ayah lo tahu soal pernikahan ini?” Sean mengalihkan perhatiannya pada Ruben.

“Gue akan bicara dengannya hari ini,” kata Ruben.

“Ingat, Ben! Lo udah ambil keputusan. Artinya, lo siap ambil resiko seberat apa pun nanti. Demi Emery. Paham?” Sean memperingatkan.

Sean pergi setelah memberi peringatan pada Ruben. Dia agak kecewa setelah mendengar Emery akan menikah dengan Ruben. Dia tersenyum kecut pada saat meninggalkan ruangan Ruben.

Tangan Emery masih gemetaran karena syok melihat pertengkaran antara Ruben dan Sean. Ruben buru-buru meraih tangannya dan berusaha menenangkannya.

“Jangan tegang! Lihat dirimu syok sekali tadi,” kata Ruben menenangkan hati Emery. Dia tahu itu tidak baik untuk kesehatan Emery.

“Duduklah dulu! Kamu mau minum sesuatu? Sepertinya ada susu kemasan di laciku. Sebentar, aku akan mengambilkannya untukmu,” tawar Ruben.

Emery tersenyum sekilas menanggapi sikap Ruben yang berubah jadi sangat perhatian kepadanya. Perlahan-lahan, dia mulai menyadari bahwa sikap Ruben kelihatan manis sekali setelah menjadi suaminya nanti.

“Kamu harus makan yang banyak. Setelah pasien terakhir, aku akan memeriksa kandunganmu,” saran Ruben.

“Iya, baiklah ….” Emery mengerti. Dia menyeruput habis kemasan susu kotak pemberian sang calon suami.

Dalam hati, Emery masih memanjatkan doa. Agar kedua orang tuanya segera memberikan restu untuk pernikahannya. Termasuk Profesor Rudiana, ayahnya Ruben.

Tok-tok-tok!

“Silakan masuk!” ucap Ruben mempersilakan. Ada beberapa pasien yang datang menemuinya.

“Emery, ayo bangun! Kita harus melayani pasien,” bisik Ruben memberitahu Emery.

“Baik.” Emery segera mematuhinya.

***

Ruben menutup pintu ruangan Direktur Utama. Sore ini dia akan menghadap sang ayah, memberitahukan tentang rencana pernikahannya dengan Emery. Awalnya, dia agak takut bertatap muka dengan Profesor Rudiana. Namun, dia harus segera menepis ketakutannya itu dan mengatakan apa adanya saja. Tidak ada lagi yang harus ditutup-tutupi.

Ruben memulai pembicaraan duluan. Kedatangannya menemui sang ayah untuk memberikan kabar rencana pernikahannya yang akan digelar secepatnya, sebelum dia pergi ke luar negeri.

“Apa? Menikah?” Profesor Rudiana terkejut dengan rencana gila yang baru saja dilontarkan Ruben.

“Dia bukan wanita yang cocok menjadi istrimu. Berikan saja dia sejumlah uang dan suruh dia pergi dari hidupmu!” saran Profesor Rudiana.

“Ayah … tapi dia sedang mengandung anakku,” bantah Ruben.

“Lalu, apa masalahmu? Kamu akan mengorbankan beasiswamu dan menjalin rumah tangga dengan wanita itu?” Profesor Rudiana berusaha mempengaruhi pendirian Ruben. Dia tahu bahwa putranya itu pasti akan mendengarkan sarannya.

“Pikirkan baik-baik! Karirmu akan sangat bagus setelah kamu menyelesaikan studimu di Amerika. Ini kesempatan yang bagus sekali dan belum tentu datang dua kali padamu. Ayah benar, kan?”

Ruben menundukkan pandangannya. Semua yang dikatakan ayahnya memang benar. Sejak awal, dia tidak pernah terpikirkan untuk menikah dan menjalin hubungan rumit dalam sebuah rumah tangga. Hanya saja, kini ada kesalahan fatal yang harus segera dia pertanggung jawabkan. Dia harus menikahi Emery dan menafkahi anaknya.

“Cepat selesaikan masalahmu! Ayah akan membantu menyingkirkan wanita itu. Jangan banyak berpikir lagi! Hanya kamu harapan ayah satu-satunya di sini. Kamu mengerti maksud pembicaraan Ayah?” tegas Profesor Rudiana. Sepertinya Ruben terpengaruh dengan semua perkataannya.

Raut wajah Ruben langsung berubah, muram. Hatinya jadi goyah sekarang. Setelah bicara dengan ayahnya, dia jadi pendiam. Sejak meninggalkan ruangan Direktur Utama Rumah Sakit tersebut, dia tak berkutik sedikit pun. Dia hanya kembali ke ruangannya dan memilih mengurung diri di sana sampai malam.

Bukankah malam ini Ruben ada janji dengan Emery? Ruben menatap layar ponselnya, lalu mematikannya. Dia termenung sendirian menatap jam digital yang berkelap-kelip di meja kerjanya.

***

Di sisi lain, Emery sudah berdandan cantik sekali malam ini. Betapa senangnya dia hendak diajak makan malam bersama Ruben. Dia sudah mengenakan gaun malam yang indah berwarna marun, sepatu flat yang cantik berwarna senada, dan tatanan rambut yang diatur sedemikian rupa di sebuah salon kecantikan. Dia ingin terlihat sempurna di depan Ruben.

“Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak menghubungiku sama sekali?” Emery heran. Dia terus menerus melakukan panggilan telepon ke Ruben.

Emery jadi berprasangka buruk malam itu. Setelah semuanya sudah dipersiapkan segala sesuatunya dengan sempurna, semua menu juga sudah dihidangkan di atas meja yang didekorasi ala-ala pesta lamaran di sebuah restoran bintang lima. Ada bunga, balon-balon, candle light dinner, semuanya tersedia di sana. Lengkap dengan musik romantis yang khusus dipesan oleh Ruben. Sayang sekali, Ruben tidak pernah datang menemuinya.

“Apa dia berubah pikiran lagi?” Emery sudah overthinking memikirkannya. Dia tidak bisa berpikir positif lagi saat ini.

“Nyonya, apa Anda ingin makan sesuatu?” tanya seorang pelayan yang menghampirinya.

Emery menoleh ke arah pelayan itu sambil berkaca-kaca. “Aku masih menunggunya. Mungkin sebentar lagi calon suamiku akan datang.”

“Baiklah kalau begitu. Jika Anda menginginkan sesuatu, segera panggil saya kembali, Nyonya,” kata pelayan itu memberitahu.

Emery hanya mengangguk sambil mengulas senyum. Di dalam hati sedang bergemuruh. Ada perasaan tidak tenang, gelisah, dan pesimis.

“Dia tidak menepati janjinya. Seharusnya aku tahu hal itu. Dia sengaja mempermainkanku.”

Sudah berjam-jam lamanya dan hampir larut malam. Bahkan sampai restoran itu tutup, Emery masih setia menunggu kedatangan Ruben.

“Nyonya, maafkan saya. Sepertinya tamu Anda tidak akan datang dan restorannya harus segera tutup. Apa Anda tidak keberatan jika ….” Pelayan itu sebenarnya tidak tega mengatakannya pada Emery.

“Ah, iya. Saya mengerti. Saya akan segera pergi kalau begitu. Terima kasih atas informasinya.” Emery mengerti maksud ucapan pelayan itu.

“Dengan berat hati kami mengucapkan mohon maaf atas ketidaknyaman ini, Nyonya,” sesal pelayan itu.

“Tidak apa-apa, bukan kalian yang salah. Ini karena mungkin calon suami saya masih ada beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan,” ucap Emery yang berusaha menutup-nutupinya dari pelayan itu. Dia berpura-pura tegar di luar padahal hatinya sedang ambruk diterpa badai.

“Semoga di lain hari kalian berdua bisa kembali ke restoran ini bersama-sama,” harap pelayan itu.

“Terima kasih,” balas Emery.

Emery meninggalkan restoran itu dalam keadaan sedih sekali. Dia berjalan lunglai sembari menahan lapar. Dia juga tidak menyentuh makanannya sama sekali. Dia menunggu taksi online menjemputnya. Dia menunggu di depan restoran. Sebelum taksi online itu datang, hujan turun sangat deras.

Di saat-saat Emery putus asa dan merasa frustrasi, hujan turun dan membantunya menyembunyikan tangisannya. Namun, wanita itu tidak sekuat yang dilihat seorang pria yang berada di dalam mobil. Pria itu kini tengah memperhatikannya dari kejauhan.

“Dia menangis lagi. Pasti Ruben sudah mengecewakannya lagi,” gumam Sean. Dia mengambil payung dan segera turun dari mobilnya.

Sean melihat Emery yang membiarkan dirinya diguyur hujan. Dia datang menghampiri wanita malang itu dan menjadi kesatria pelindungnya malam ini.

“Ayo pulang! Aku akan mengantarmu,” ajak Sean.

Istri Rahasia Sang Dokter

Istri Rahasia Sang Dokter

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Emery, seorang dokter muda/koas tahun kedua terlibat masalah besar di Rumah Sakit tempatnya bekerja bersama seniornya, Dokter Ruben. Skandal yang melibatkan kedua orang itu dikecam keras oleh sang ayah, Profesor Rudiana yang merupakan Direktur Rumah Sakit tempat mereka bekerja. Emery depresi berat dan mengalami keguguran setelah tahu kedua orang tua masing-masing tidak memberikan restu pada hubungan mereka. Karir Emery nyaris hancur. Pernikahannya pun gagal. Namun, dia berusaha bangkit dan bertekad akan membalas semua perbuatan orang-orang yang telah mengecam dan merendahkannya di Rumah Sakit. Dia belajar lebih giat lagi agar bisa menjadi dokter spesialis yang dihormati dan disegani di Rumah Sakit. Tak disangka, dalam waktu tiga tahun Emery kembali dan mampu bersaing dengan Dokter Ruben, dan dia menaklukan pria dingin itu hingga jatuh cinta lagi kepadanya. Dokter Ruben pun meminta Emery menjadi istri rahasianya. Kesempatan ini tidak akan pernah Emery sia-siakan untuk membalas perbuatan Dokter Ruben dan keluarganya. Berhasilkah Emery membalaskan dendamnya? Ataukah dia terlena dengan cinta Dokter Ruben dan mengurungkan niatnya selama ini?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset