loader image

Novel kita

Jadi Ibu Sambung – Bab 06

Jadi Ibu Sambung – Bab 06

Salting (Salah Tingkah)
78 User Views

Selesai menggaduk nasi goreng secara merata, nasi goreng pun dicicip bu Sry dan rasanya sangat enak walau penampakan tidak mewah.

“Kamu jurusan apa dulu waktu kuliah?” Bu Sry melanjutkan pertanyaannya yang terhenti sewaktu Hani cerita pernah kuliah, tapi tidak dilanjutkan karena terbatasnya dana.

“Tata boga, Bu.”

“Owh.” Takjub bu Sry mengetahuinya. “Pantas masakanmu enak.” Puji bu Sry selanjutnya. Kalau tahu sejak awal, tak perlu ia ragukan masakan Hani.

“Makasih, Bu.”

“Oke, sajikan di meja.” Titah bu Sri ikut bergerak menyajiakan sarapan dikotak bekal untuk Gita. Sambil bekerja mempersiapkan bekal, bu Sry memberitahu Hani jika harus hati-hati mengelola udang.

“Siapa yang alergi Bu?” Hani mau tahu siapa yang alergi udang biar dia lebih waspada terhadap majikannya itu.

“Nona Aliya, kakaknya tuan Aditya.”

Hani mengangguk memahami sekaligus sangat penasaran saat mendengar nama Aliya. Apa ini benar-benar rumah mbak Aliya yang dia temui kemarin?

Hani hendak menanyakan soal Aliya ke bu Sry, tapi terlambat. Penampakan Aliya masuk di ruang makan menjawab semua rasa penasarannya. “Mbak Aliya…” sahutnya takjub melihat Aliya di depan matanya.

“Hani,” sahut Aliya tidak kalah takjubnya melihat penolongnya dari penjambretan kemarin ada di rumahnya.

“Bagaimana kabarnya, Mbak? Sudah baikan?” Hani langsung menanyakan kabar Aliya.

“Iya, Han. Alhamdulillah sudah baikan. Btw kamu kenapa bisa ada di rumahku?” Aliya tentu sangat penasaran kenapa ada Hani di rumahmya.

Apa Aditya membawanya? Tapi di rumah sakit kemarin, Aditya bilang tidak ada orang lain bersama mereka. Gita pun memberitahunya kalau tante Hani tidak ikut bersamanya ke rumah sakit.

“Aku kerja di sini, Mbak.”

“APA?” kaget Aliya mengetahuinya. Bagaimana bisa? Aliya lalu menyuruh Hani duduk di sampingnya untuk bercerita.

Hani pun lantas duduk saat Aliya menariknya untuk duduk disalah satu kursi makan. “Aku ketemu nenek, Mbak. Beliau menawarkan pekerjaan. Katanya satu ART berhenti.”

“Wah kebetulan sekali ya…” komentar Aliya mendengar cerita Hani yang menurutnya unik. Berawal dari Hani menolongnya siapa sangka Hani berakhir kerja di rumahnya. Tapi dibalik itu, Aliya bersyukur bertemu kembali dengan Hani, dengan begini ia bisa membayar janji yang belum terlaksanakan kemarin.

“Nanti kita pergi beli tasnya ya, Han,” lanjut Aliya mau menepati janjinya. Karena janji adalah utang.

“Tak usah, Mbak,” tolak Hani. Dari kemarin ia merasa segan dengan itu.

“No… no… no… itu sudah jadi utang saya, jadi kamu jangan nolak,” tegas Aliya mengatakannya supaya Hani tak menolak lagi.

Hani jadi mingkem, dua kali ia menolak, dua kali pula Aliya ngotot untuk mengganti tasnya yang sobek. Padahal Hani tidak mempermasalahkan itu, sebab menolong orang itu ada kepuasan dalam diri sendiri, tidak serta merta mengharapkan suatu imbalan. Hani lanjut menanyakan sebab akibat Aliya kejang-kejang kemarin. Orang ditanya pun menjawabnya sebab akibatnya.

Begitu tahu sebab akibatnya, Hani akhirnya memahami apa yang terjadi. Beberapa menit yang lalu bu Sry juga memberitahukan tentang alergi udang tersebut. Jadi Aliya kemarin kejang-kejang karena memakan udang.

“Astaga, Mbak. Seandainya saya tahu, kemarin saya ambil udangnya dari nasi goreng, Mbak.”

“Aku juga sih yang salah, tidak memperhatikan nasi gorengnya.”

“Iya, Mbak. Udangnya emang kecil.”

“Iya, itulah aku tidak memperhatikannya. Mana nama menu di buku menu tertulis nasi goreng biasa, jadi aku tidak kepikiran kesitu. Biasanya kan nasi goreng special yang ada udangnya,” jelas Aliya alasannya tidak mengira nasi gorengnya terdapat udang.

“Lain kali harus hati-hati saja deh, Mbak.” Hani memegang tangan Aliya memberinya semacam support.

“Iya, betul. Kemarin jadi pembelajaran. Alhamdulillah Tuhan masih sayang,” ucap rasa syukur Aliya yang masih bernafas sampai detik ini. Ia membalas genggaman tangan Hani yang memberinya semangat.

Sementara Hani dan Aliya berbicara, ada nenek dan Aditya baru turun dari lantai dua melihat interaksi mereka yang duduk saling berhadapan dan sangat akrab.

Hal itu membuat nenek dan Aditya bertanya-tanya ada apa dengan mereka berdua, apa ada masalah lagi seperti salah paham tadi. Tapi dari cara bicara mereka sepertinya mengasyikan, tidak ada ketegangan.

Nenek kemudian mengode Sry dengan artian ada apa dengan Hani dan cucu perempuannya, namun Sry tidak tahu juga. Sry menggelengkan kepalanya pelan tanda ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Hani dan Nona Aliya. Ia daritadi berdiri disini, tapi belum mengerti arah pembicaraan mereka.

“Ada apa ini?” Aditya bersuara menghentikan pembicaraan Hani dan Aliya.

Hani refleks berdiri dari duduknya kemudian melangkah mundur sebanyak 2 langkah menjauh begitu mendengar suara Aditya.

“Nek….” panggil Aliya antusias. “Ini loh yang aku ceritakan semalam, Nek. Yang aku di jambret, tapi ada wanita menolongku. Ini orangnya!!!” seru Aliya mengingatkan neneknya soal cerita semalam, ia semangat memperkenalkan Hani adalah penolongnya.

Seusai menceritakan kejadian salah makannya semalam sama nenek, Aliya juga menceritakan soal penjambretan ke neneknya. Ia dan sang nenek saling terbuka dengan catatan, ia harus hati-hati menyampaikan ceritanya supaya sang nenek tidak shock dengar cerita berbaur bahaya macam penjambretan kemarin.

Saat mendengar seruan Aliya yang menghebohkan, terjadi dua reaksi yang berbeda antara nenek dan Aditya. Nenek merasa takjub dengan kebetulan yang terjadi, sementara Aditya mengajukan pertanyaan yang belum tahu menahu cerita penjambretan.

“Kakak, dijambret?”

“Iya, Dit. Kakak di jambret kemarin, tapi untung ada Hani yang bikin dua penjambret itu jatuh nyosor dari motornya.” Cerita seru Aliya. Jika mengingat kejadian kemarin, sungguh Hani sangat keren melempar tasnya tepat sasaran.

“Owh.” Mata Aditya langsung mengarah ke Hani.

DEG

Tak sengaja netra Aditya ketemu dengan netra Hani yang membuat Aditya segera mengalihkan netranya ke sembarang arah. Aditya jadi salah tingkah segera menarik kursi dan mendudukan bokongnya.

“Tapi kakak tidak apa-apa kan?” tanyanya buat mengalihkan suasana awakwrd. Biar bagamana pun kejadian salah paham tadi pagi masih membuatnya malu.

“Tidak, Dit. Kakak tidak bayangin saja kalau tidak ada Hani, kakak mungkin nekat mengejarnya.”

“Aduh jangan Aliya, lebih baik kamu kehilangan tasmu daripada kamu kenapa-kenapa.” Suara nenek mengkhawatirkan cucunya.

Aliya tersenyum cengengesan ke neneknya, sebab ia sepertinya akan refleks mengejar penjambretan sangking tidak maunya rempong urus ini itu soal kehilangan kartu tanda penduduk, sim dan kartu-kartu lainnya.

“Dengar, Al!” ucap tegas nenek Fatimah agar cucunya mendengarkan petuahnya. Nenek tidak mau petuahnya hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Senyuman cengengesan Aliya terkikis mendengar ketegasan sang nenek. “I-ya, Nek. Aliya dengar. Btw Gita mana?” tanyanya buat mengalihkan pembicaraan.

“Masih di kamarnya, katanya mau siapkan barang-barang dulu baru turun makan,” jawab nenek kemudian menyuruh Sri membawa bekal makan dan botol air minum ke kamar Gita.

“Kan bisa disiapkan disini,” komentar Aliya tentang kemauan keponakannya.

“Biarlah, namanya anak-anak.” Aditya membela kemauan Gita. Menurutnya, anak kecil gitu pasti punya pemikiran sendiri. “Bawakan saja Bu Sry. Kalau sudah, tolong antar dia ke sini untuk sarapan,” titah Aditya sopan. Ia bukan bos kejam macam cerita novel-novel.

“Baik, Tuan.” Sri pun bergerak melaksanakan perintah untuk membawa kotak bekal dan botol minum Gita.

Melihat kepergian bu Sry ke atas, Hani bergegas melanjutkan pekerjaannya. Tanpa ia sadari, Aditya sekali-kali melihatnya yang sedang membersihkan kitchen sehabis masak. Hani lalu mengedarkan pandangannya mencari sesuatu untuk dikerjakan, ia tidak menemukan mata Aditya yang memperhatikannya terus mengedarkan pandangan.

Disisi lain Aditya segera menarik pandangannya dari Hani focus ke makanan. Ia tentu tidak mau Hani memergokinya. Aditya mulai mengunyah nasi goreng dan merasakan sesuatu yang berbeda. Ia doyan dengan nasi goreng mau meminta bu Sry untuk membuatkannya lagi besok.

*****

Salam Pasta.

Jadi Ibu Sambung

Jadi Ibu Sambung

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Hani kabur dari kampungnya karena menghindari pernikahan yang telah di atur oleh ibu tirinya. Tibanya di ibu kota, Hani tak tahu harus bagaimana. Sepanjang kaki melangkah tak tahu arah, ia tak sengaja bertemu dengan seorang nenek yang menawarkan pekerjaan untuknya. Tentu Hani yang butuh pekerjaan menerima tawaran pekerjaaan dari nenek. Ia akhirnya jadi asisten rumah tangga (ART) di rumah nenek, tapi belum genap sehari jadi asisten rumah tangga, Hani beralih profesi jadi pengasuh Gita, cicit sang nenek. Sehari-hari jadi pengasuh Gita, ia selalu saja bertengkar kecil dengan Aditya, alias ayah Gita yang selalu meragukan kinerjanya. Namun seiring berjalannya waktu, mereka saling jatuh cinta. Hani diam-diam saling menyukai, sedangkan Aditya lamban menyadarinya. Bagaimana kisah Hani? baca terus kelanjutannya…

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset