loader image

Novel kita

Kau Curangi Aku – Bab 20

Kau Curangi Aku – Bab 20

Ray Yang Sebenarnya
88 User Views

Maya hanya bisa terdiam di dalam bilik toilet rumah makan itu dengan jantung yang berdebar kencang, dia tak berani selangkahpun bergerak dari tempatnya hingga rasa penasarannya hanya bisa jadi ketegangan yang nyata.

“Kau tau, aku lihat mobilnya di luar, tapi dia tak ada di dalam. Menurutmu dia kemana?” tanya salah seorang dari pemilik suara itu dengan lantang lalu terdiam seakan mengingat sesuatu. “Jangan-jangan…”

“Kita pergi saja, toh dia tak mungkin mengenali kita,” bisik sosok diluar bilik lalu cepat-cepat meninggalkan toilet.

“Aku harus beritahu Ray!” seru Maya yang akhirnya bisa bergerak lalu bersiap untuk kembali ke tempat supirnya berada.

Langkahnya begitu terburu hingga. “Aduh!” teriak Maya saat kakinya menendang ujung meja tempat Ray berada.

“Kau kenapa?” Ray melirik ke arah Maya dengan kening berkerut.

“Aduh! Sakit!” rintih Maya meraba ujung kakinya dengan berjongkok.

“Eh! Itu!” Terdengar dua orang wanita berbisik dengan jarak yang tak jauh dari Maya lalu berlari meninggalkan pintu KFC yang terbuka.

Maya mendengar bisikan itu, tapi karena kakinya masih sangat sakit, dia tak sempat menoleh untuk melihat asal suara wanita yang dia dengar di balik bilik toilet.

“Ah!” kesal Maya lalu melangkah tertatih menuju tempat duduknya.

Ray masih mengerutkan keningnya, satu sisi dia ingin tertawa melihat kecerobohan Maya tapi karena takut gadis ini marah, dia hanya bisa terdiam dengan wajah tegang.

“Kau baik-baik saja?” tanya Ray saat Maya akhirnya menaikkan kakinya ke atas kursi untuk melihat luka di jemarinya.

“Ini sakit! Duh, aku tak berhasil mengejarnya,”

“Siapa?”

“Tadi ada dua orang wanita masuk toilet lalu berbincang soal rencana mereka mencelakai kita,”

“Hah!” pekik Ray sambil berdiri. “Kenapa kau tak bilang sejak tadi!”

“Percuma, mereka sudah pergi. Mereka dua wanita yang baru saja keluar,” tunjuk Maya dengan wajah yang masih kesakitan.

“Dua wanita yang masuk toilet? Itu kan yang duduk di sana?”

“Mungkin!” Maya kembali mengenakan sepatunya lalu mencoba berdiri memastikan kakinya masih bisa berjalan.

“Jangan dipaksakan, toh mereka sudah pergi!”

“Benar! Mereka sudah pergi. Duh, aku ini memang ceroboh!” kesal Maya lalu menghela nafas lega karena ternyata kondisi kakinya tak seburuk yang dia kira.

“Jadi kita pergi sekarang?” Ray mencoba memastikan.

“Iya, aku mau pergi sekarang. Makananku sudah habis, tinggal kantuk dan kesalku yang makin menumpuk!”

“Baik!” Ray lalu merangkul Maya yang langkahnya masih tertatih lalu mencoba mengikuti berjalan perlahan hingga masuk ke dalam mobil.

“Jangan nyalakan mesin mobilnya, kau cek dulu. Aku takut mereka akan merusak mesin mobil ini hingga kita celaka!”

“Iya!” ucap Ray sambil meraih ponselnya untuk menyalakan senter.

Pemuda bertubuh ramping itu lalu membuka kap mobil, memeriksa detail mesin yang dapat dia periksa lalu menangguk yakin jika posisi mesinnya masih sama persis seperti saat dia terakhir kali memeriksanya.

“Aman!” ucap Ray lalu duduk di kursi kemudi sambil memasukkan kunci ke lubangnya.

“Kau yakin sudah aman?” ulang Maya sambil terus memperhatikan sekeliling.

“Aman, Nona! Aku bisa pastikan itu!” Ray lalu memutar kunci dan suara mesin yang keluar sangat mulus. “Tuh! Mesinnya menyala dengan normal!”

“Bagus, kalau begitu antar aku pulang!”

Maya lalu bersandar di jok mobil menikmati sisa perjalanan mereka malam itu. Matanya sesekali memandangi langit yang gelap namun ramai dengan bintang-bintang yang menghiasi langit membuat kegelapan hari ini tetap bisa dia nikmati.

Malam yang dingin perlahan membuat mata gadis manis ini mulai memejamkan mata dan saat dia membuka matanya, dia tersadar jika dia sudah ada di dalam kamar tidurnya.

“Mmm! Ray pasti menggendongku,” bisiknya lalu melanjutkan tidurnya.

Hari berganti dan ini saatnya liburan dimulai.

Maya terbangun di siang hari tanpa beban harus cepat pergi ke kampus karena ini hari sabtu.

Setelah membuka mata lebar dan menyadari semua dalam keadaan aman, putri Tuan Winata ini bergegas turun ke lantai dasar untuk bertemu Mala, ibunya.

“Ibu!” panggil Maya dengan lembut lalu memeluk wanita paruh baya itu dengan hangat. “Aku rindu padamu,”

“Duh, anak gadis. Mesra sekali. Biasanya bangung-bangun kau sudah marah-marah,” kekeh Mala membiarkan putrinya memeluknya lebih erat.

“Mana mungkin aku marah-marah. Aku bangun di kamar yang begitu nyaman tanpa ada teriakan dari Inaya yang menakutkan,” kenang Maya sambil terus memeluk Mala dengan lembut.

“Iya, wanita itu memang menakutkan. Mungkin itu juga yang menyebabkan ayahmu sering sakit-sakitan setelah menikahinya,”

“Bukan, Bu! Ayah sakit bukan karena teriakan Inaya,” Maya melepaskan pelukannya lalu menarik lembut tangan ibunya hingga terduduk di kursi makan dengan Maya yang masih berdiri setengah membungkuk di depannya.

“Kalau bukan karena itu, lalu karena apa?” tanya Mala penasaran.

“Kata Ray, penyebab ayahku sakit adalah karena mereka mencoba membunuh ayah. Ray tau itu karena pernah melihat seorang dokter mencoba menyuntikkan sesuatu ke tubuh Ayah!”

“Astaga!” Mala terbelalak mendengar apa yang dikatakan putrinya. “Pantas Ray begitu bersikeras memintaku merawat ayahmu di sini,”

“Iya, dia memang pria yang baik. Ibu kenal dia dari mana?”

“Ray?” Mala mencoba memastikan.

“Iya, Ibu kenal Ray dari mana?”

“Dia itu putra supirku yang meninggal beberapa bulan lalu. Ray itu seorang bodyguart, orang terlatih pastinya.”

“Hah! Pantas saja dia begitu cekatan dalam melindungiku,” bisik Maya yang akhirnya tau pekerjaan asli dari supirnya itu.

“Tentu aku yang memintanya menjagamu karena tiba-tiba Miya tak mau aku hubungi meski hanya saat aku merindukannya,” Mala terlihat menunduk sambil menghela nafas panjang.

“Miya! Kenapa ya dia. Dulu dia begitu melindungiku, tapi kini dia begitu dingin seolah kami tak pernah berhubungan baik saja,”

“Dia tak cerita padamu?”

“Siapa? Miya?”

“Iya, saudara kembarmu. Aku sempat bertanya tentang alasan dia melakukan semua ini. Tentang kenapa dia mencuri kekasihmu, tentang kebohongannya soal kehabilannya. Tentang semua,”

“Apa alasannya, Bu! Katakan padaku,”

“Dia bilang dia cemburu padamu.” Mala membuat Maya tersentak tak percaya.

“Cemburu? Kenapa dia harus cemburu padaku?”

“Dia bilang, saat kau bahkan belum bisa bicara, kami semua sudah mentasbihkan dirimu sebagai penerus ayahmu. Dia juga cemburu saat kau selalu juara kelas hingga lulus SMA. Seolah dia tak pernah ada dalam kehidupan ini,” sesal Mala semakin memuncak.

“Ibu!”

“Aku menyesal atas semua itu, Nak. Aku sungguh tak menyangka puja pujiku padamu akhirnya membuat adikmu sejahat ini pada kami,”

“Apa Ibu yakin itu alasannya?”

“Entahlah. Aku tak berani membayangkan alasan dibalik semua ini, tapi satu yang aku yakini. Semua kejahatan ini tak lepas dari keberhasilan Inaya mempengaruhi isi kepala putriku yang polos itu,”

“Inaya lagi, Inaya lagi. Aku sudah duga dia orang dibalik semua ini!”

“Benar! Kenapa dia mempengaruhi Miya, karena gadis itu juga punya dendam padamu. Inaya meyakinkan adikmu untuk berbuat jahat pada kita karena dia tau dia tak bisa mengontrolmu!”

“Hah! Dia memang harus….”

“Ibu! Ibu! Cepat kemari. Tuan Winata bangun!” teriak seorang pelayan wanita yang berjalan cepat mendekati Mala dan putrinya.

“Ayah!” Maya bergegas menuju kamar ayahnya yang ada tak jauh dari tempat dia dan ibunya sedang berbincang.

“Maya,” panggil Tuan Winata dengan suaranya yang lemah.

“Ayah, akhirnya kau bangun!” seru Maya begitu bahagia.

“Iya, aku berterima kasih pada Tuhan karena dia mengijinkanku membuka mataku. Akan ku katakan padamu semuanya sebelum kondiriku kembali memburuk,”

“Mengatakan apa?” tanya Mala dan Maya bersamaan.

Kau Curangi Aku

Kau Curangi Aku

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Tak disangka kekasih Maya justru berselingkuh dengan adik kembarannya, tentu hal ini membuat sang kakak geram dan mengutuk kejadian ini. Tapi alih-alih mencoba menghentikan perselingkuhan Miya, adiknya. Maya justru menemukan sebuah rahasia yang menyangkut kekayaan keluarganya yang ternyata jadi incaran para penjahat. Siapakah penjahat itu? Dan apa motif dari semua kejahatan mereka hingga memperalat Miya, kembaran Maya?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset