Setelah berpisah dengan Raja, hati Adam semakin risau dan tak nyaman. Dari beberapa kalimat yang Raja ucapkan, sepertinya laki-laki tampan dan berperangai tenang itu memiliki ketertarikan dengan Kenari. Tapi jelas Adam tidak akan membiarkan laki-laki itu berhasil mendapatkan Kenari, apapun alasannya.
Jadi langkah awal yang harus Adam ambil adalah menemukan Kenari secepat mungkin agar Raja tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Kenari.
“Apa iya aku harus datang ke rumah orang tua Kenari untuk mencari dia, Om?” tanya Adam malam ini ketika dia duduk di ruang tengah dengan Hendra.
Hendra menatap Adam dengan mengerutkan keningnya.
“Kalau kamu merasa bahwa ketertiban pengelolaan Venus sangat bagus ketika dihandle sama Kenari, mengapa tidak?”
Adam terdiam.
“Memangnya kamu benar-benar tak bisa menemukan Kenari?” tanya Hendra dengan serius.
Adam mengangguk.
“Saya sudah mencarinya kemana-mana. Semua kontak terputus. Teman dia juga tak banyak masalahnya. Jadi aku nggak bisa menelusuri jejaknya,” jawab Adam.
“Padahal Kenari adalah salah satu pegawai yang paling gigih dan mengalami peningkatan karir yang pesat. Dan itu murni arena usahanya sendiri dalam meningkatkan diri sendiri, tanpa koneksi,” terang Hendra.
“Ya, saya tahu. Mungkin ada andil kesalahan saya yang membuat Kenari memilih untuk resign dari Venus,” ujar Adam dengan suara rendah.
Hendra menghela napas dalam-dalam.
“Sepertinya aku mencium sesuatu yang tak biasa dalam hubungan kalian. Apa yang telah terjadi selama aku tinggal di kampung?” tanya Hendra menoleh, menatap Adam yang terlihat risau.
Adam menatap balik ke arah Hendra.
“Maksud om Hen?” tanya Adam berlagak bodoh.
“Apa kalian memiliki hubungan istimewa yang tak menyenangkan sehingga Kenari akhirnya resign?” tanya Hendra dengan hati-hati.
“Mengapa om Hen bertanya seperti itu?” tanya Adam memastikan.
“Belakangan hidup kamu sedikit kacau dan tanpa arah. Kurasa semenjak Kenari resign sehingga kamu seperti ini,” jawab Hendra.
Adam terdiam tak memberi jawaban.
“Apakah kesimpulanku salah?” tanya Hendra dengan bijak.
Adam kembali terdiam.
“Dari mana saya harus memulainya, Om?” tanya Adam datar, seolah menyerah untuk terus menyembunyikan apa yang terjadi.
“Dari awal mula munculnya masalah yang terjadi di antara kamu dengan Kenari,” Hendra mencoba mengurai dengan pelan.
Adam menghela napas panjang.
“Awalnya memang saya tak begitu menyukai Kenari yang terlalu disiplin dan kaku dalam bekerja. Saya merasa dia gadis yang aneh ketika mengerjakan sesuatu dengan begitu kaku. Tapi kemudian saya sadar, dia bekerja dengan sangat perfect. Segala rencana dan realisasi tercatat dan terbukukan dengan tertib sehingga lambat laun saya menyadari bahwa hasil kerjanya memang jauh dari ekspektasi saya.” Adam menerangkan dengan pelan.
Hendra hanya mendengarkan, sesekali mengangguk.
“Lalu aku mencoba berkompromi dengan berteman dengannya. Beberapa saat berteman, saya tahu bahwa Kenari hanya kaku ketika berada di kantor. Ketika berada di rumah, Kenari pribadi yang ceria dan hangat. Sesekali memang dia bermulut agak pedas, tapi entah mengapa itu tak membuat saya kesal dan tersinggung,” tutur Adam lebih lanjut.
Hendra tersenyum mendengar penuturan Adam mengenai Kenari.
“Ya, Kenari adalah pribadi yang hangat ketika berada di luar Venus. Namun ketika aku sakit, dia dan Aiman yang datang bergantian untuk menjagaku. Dari situlah aku menyadari bahwa keputusanku untuk tetap melajang ternyata tidak membuat masa tuaku menjadi lebih tenang. Aku justru risau ketika sadar bahwa aku butuh orang lain untuk menjagaku. Harta dan perusahaan yang kumiliki tak membuat kesehatanku tetap baik di usiaku yang semakin senja,” tutur hendra menerawang dan menyesali kesendiriannya.
Kini gantian Adam yang terdiam mendengarkan penuturan Hendra.
“Lalu apa yang terjadi kemudian?” tanya Hendra kembali pada pembahasan Adam mengenai Kenari.
“Saya minta maaf karena telah mengabaikan amanat om Hen mengenai Kenari. Hubungan kami yang berteman ketika itu membuat kami khilaf dan tidur bersama.” Adam mengakui dengan jujur karena tak ada gunanya lagi dia menutupi kejadian yang sebenarnya.
Hendra terkejut dengan pengakuan Adam.
“Kamu tega melakukannya, Dam?” Hendra tak bisa menahan rasa kagetnya.
“Kami sama-sama khilaf, Om. Tak bisa menahan diri lagi,” ujar Adam pasrah.
Hendra menghela napas kasar, ingin marah tapi jelas semua tak bisa kembali seperti semula. Mau marah pun mereka sudah sama-sama dewasa.
“Lalu apa yang membuat kalian saling menjauh? Padahal seharusnya kalian saling bertanggung jawab satu sama lain atas apa yang telah kalian lakukan?” tanya Hendra mencoba menahan diri dengan baik agar tidak meledakkan amarahnya.
Adam menghela napas.
“Om Hendra tahu, kan, selama ini saya selalu hidup dalam kebebasan. Dalam hal ini saya berselisih paham dengan Kenari. Mungkin dia menginginkan sebuah hubungan dengan batas yang jelas, sementara saya tak bisa memberikannya. Tetapi saya tak suka melihatnya dekat dengan orang lain,” ungkap Adam dengan suara rendah.
Hendra menghela napas.
“Semodern apapun, Kenari tetap perempuan timur dengan adat ketimuran. Dia belum bisa menerima gaya hidup bebas tanpa ikatan meskipun untuk saat ini hal itu sudah biasa terjadi di masyarakat kota. Jadi wajar jika ingin sebuah kepastian,” Hendra memberikan penjelasan yang mungkin bisa membuat Adam sedikit memahami apa yang Kenari inginkan.
“Tapi saya rasa, saya mencintainya.” Adam menunduk.
“Kalau kamu tidak mencintainya, mengapa harus panik dan tak suka jika dia bersama dengan laki-laki lain?” tanya Hendra menuntut jawaban.
“Karena aku merasa mereka tidak selalu baik untuk Kenari,” jawab Adam dengan bodohnya.
Hendra tersenyum.
“Lalu bagaimana dengan dirimu? Bukannya kamu justru contoh paling nyata bahwa kamu juga bukan laki-laki yang baik untuk Kenari?” tegur Hendra dengan telak.
Adam terdiam, kehilangan jawaban.
“Dari beberapa hal yang saya alami dan saya lihat, cinta tak cukup untuk menjadikan dua manusia yang menjalin hubungan untuk bisa saling menjaga antara yang satu dengan yang lain,” kata Adam kemudian.
“Tidak semua seperti itu. Kalau memang cinta itu hal bodoh, lalu bagaimana dengan pasangan yang tetap bertahan bahkan hingga mereka mati? Apakah itu bukan karena mereka saling mencintai?” tanya Hendra memberikan salah satu contoh.
“Baiklah untuk pasangan lama memang seperti yang om Hendra katakan. Lalu ketika Kenari nyaris menikah dengan Bagus setelah beberapa tahun menjalin hubungan yang katanya berdasarkan cinta, nyatanya tidak membuat Bagus untuk tetap setia dengan Kenari, kan, Om?” Adam menatap Hendra.
“Memang apa yang kamu katakan benar, karena banyak kejadian seperti itu. Namun penilaian yang kamu lakukan tidak seluruhnya benar. Jadi aku tak bisa memaksamu untuk mengikuti aturan hidup yang tidak kamu sukai, Dam. Hanya saja aku berpesan, jangan sampai kamu menyesal dengan apa yang kamu putuskan saat ini. Aku adalah contoh paling nyata yang bisa kamu jadikan cermin. Bahwa hidup tanpa pasangan tak membuat kita bahagia, sebanyak apapun harta yang kita miliki. Pada akhirnya kita akan merana sendiri karena tak ada saudara yang dekat dengan kita,” pungkas Hendra.
Adam terdiam.
“Sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat. Wajahmu kelihatan jauh lebih kusut belakangan ini. Hanya saja pesanku jangan sampai kamu menyesal hanya karena kamu terlambat menyadari bahwa sebenarnya kamu mencintai Kenari.” Hendra kemudian berdiri meninggalkan Adam yang masih termenung memikirkan kalimat yang diucapkan Hendra ini.
***