” Tuan,”
“Papah,”
umam mereka serentak. Ya, pria itu adalah Tuan Bram Arganta.
” Ini yang kalian lakukan saat berkerja hahhh.”
” Kapan anda kembali tuan.” David berusaha mengalihkan pembicaraan Bram yang sudah menatap begitu tajam kearah Zyan.
“David kau diam.”
Plakkk…
Tamparan kasar kini mendarat sempurna di pipi Zyan.
” Apa yang anda lakukan,”
“Seharusnya aku yang bertanya,” hentak Bram kepada putranya Zyan.
“Aku meminta mu untuk kembali bukan agar kau bermain-main disini.”
” Ya aku tahu.” Zyan hanya menjawab datar ucap Bram dengan sedikit mengangguk-angguk kepalanya.
” Aku mengirim mu kembali ke Seoul untuk menjalankan perusahaan.”
” Ya aku tahu.”
” Kau harus segera bertindak jika sedang ada masalah seperti ini.”
” Ya aku tahu.”
Bram yang hanya mendengarkan kata “Ya aku tahu” seketika kembali murka dan kembali menampar Zyan.
” Memang kau sangat berbeda dengan Antonio, dia masih jauh lebih baik daripada kau,” hentak Bram yang seketika membuat Zyan murka dan dengan sigap langsung bergegas keluar dari ruangan itu. David hendak mengejar Zyan, namun Bram seketika menghentikan David.
” Biarkan saja kau tidak perlu mengejarnya,” tegas Bram dengan nafas yang sedikit tersengal-sengal.
” Maaf Tuan, tapi sebaiknya anda tidak harus membandingkan antara Zyan dan mendiang Antoni mereka dua orang yang sangat berbeda.”
” Tentu saja sangat berbeda, Antonio Ceo muda dengan banyak penghargaan. Sendang Zyan, anak itu hanya berandalan yang seharusnya tidak berada di keluarga Arganta,” ungkap Bram dengan memegang dadanya yang terasa sangat sakit.
David yang menyadari bahwa Bram memang memiliki penyakit jantung, dengan sigap meminta nya untuk duduk dan meminum seteguk air, setidaknya bisa menormalkan kembali tekanan jantung.
****
Sementara itu disisi lain, Zyan yang merasa sangat kesal kerena dibandingkan dengan mendiang kakaknya, lantas langsung bergegas melajukan mobilnya menuju kearah sebuah bar disudut kota. Ini Bar yang berbeda, karena jika Zyan pergi ke bar yang kemarin maka David dengan sangat mudah akan langsung menemukan keberadaan Zyan. Zyan benar-benar sangat marah saat ini.
” Berikan aku satu botol Wiski,” perintah Zyan dengan nada tinggi yang sedikit di tekan diujung.
Zyan terus saja meneguk minuman nya hingga tanpa sadar dirinya sudah mengahabis 5 botol bir, dan tanpa ia sadari hari juga sudah berganti malam.
” Tuan sepertinya anda sudah sangat mabuk, apakah yakin Ingin menambah lagi,” tanya pelayan bar.
” Aku tidak mabuk, maka berikan aku satu botol lagi.” Zyan semakin meracau dan mulai tertawa-tawa sendiri.
*
*
Sementara itu, disudut lain didalam bar yang sama. Suara musik yang memekik, orang-orang yang terlihat bebas melakukan apa saja yang mereka mau, beberapa gelas kosong yang sudah diteguk menjadi pemandangan yang dilihat oleh seorang gadis muda yang baru berusia 22 tahun.
Matanya sedikit kabur, kepalanya seperti melayang, dia meneguk banyak sekali minuman beralkohol malam itu, dia ingin melupakan segalanya, segala sesuatu yang membuat kepala dan dadanya sesak.
Beberapa kali dia didekati oleh beberapa lelaki tetapi dia langsung menunjukkan penolakan, jadi dia hanya sendiri duduk ditengah keramaian bar, air matanya yang mengering dan matanya yang sedikit bengkak tidak melunturkan sedikitpun kecantikannya.
Dia memejamkan matanya, mencoba menyatu dengan irama musik yang menggema di segala penjuru ruangan, rambut panjangnya yang sudah terurai, wajahnya yang polos tanpa riasan, dan juga pakaiannya yang terlihat sangat berbeda dari orang-orang yang berada di bar membuatnya menjadi pusat perhatian di bar itu.
Rasanya Kinara hampir gila, dadanya begitu sesak, dia kembali mengigat semua masalah yang menimpanya terlebih lagi perlukan Zyan yang semena-mena kepadanya.
Ya wanita itu adalah Kinara, Yang sedikit frustasi dan hampir menjadi gila, kepalanya sudah pusing tidak tahu harus memikirkan apa lagi, satu-satunya jalan hanyalah melarikan diri dari kenyataan, dia memilih pergi ke bar meminum beberapa gelas alkohol dan ingin melupakan masalahnya dengan cara itu.
Disaat Kinara sedang menikmati minumannya seorang pria datang dan duduk sebelahnya.
” Mari minum bersama cantik,” goda pria itu dengan sedikit menyolek bahu Kinara. Kinara yang masih separuh sadar dengan sigap berusaha menghindar dari pria itu. Namun sialnya, teman dari pria itu sudah sigap menahan tubuh Kinara.
” Kau tidak akan bisa lari dariku cantik.”
” Siapa kalian, aku tidak mengenal kalian, Jadi menjauh lah dariku.” Kinara mencoba menyelamatkan dirinya meskipun dengan keadaan yang sudah teramat mabuk itu.
” Ayolah aku tahu kau kesepian,” ucap pria itu dengan merentangkan tangannya dengan segera siap memeluk tubuh kinara”
” Aku mohon lepaskan,” pekik Kinara yang kini sudah berada didalam pelukan salah satu pria itu.
” Ayolah manis nikmati malam ini.”
Seketika saja disaat Zyan hendak keluar dari bar dirinya tidak sengaja melihat kinara yang sedang digoda oleh dua pria hidung belang.
” Wanita itu, kenapa dia bisa berada disini,” batin Zyan yang dengan sigap melepaskan Kinara dari pelukan pria mesum itu.
” Hei anak muda, kau tidak perlu menjadi pahlawan penyelamat, hadis ini sudah menjadi milik kami,” ujar pria itu dengan berusaha menarik kembali tubuh kinara, namun seketika dengan sigap ditepis oleh Zyan.
” Berhenti menyentuhnya apa kau tidak mengerti,” hentak Zyan yang dengan cepat mendarat pukulan keras dipipi pria itu. Sang pria pun yang tidak terima dengan perlakuan Zyan jelas saja langsung membalasnya.
Plak….
Plakk….
Terjadi keributan besar di bar yang tadi sangat tenang itu. Zyan hampir saja terkalahkan saat tubuhnya di tikam dari belakang. Terlebih lagi dirinya tidak ingin mengunakan kekuatan nya hanya untuk menghadapi dua tikus kota yang tidak berguna ini.
” Tuan Ampun! Tolong lepaskan.” salah satu pria merintis kesakitan saat Zyan menikam dan mendudukinya.
” ZYAN AWAS,” teriak Kinara yang menyadari seorang pria lainnya kini sedang mengangkat kursi dan hendak memeluk Zyan.
Zyan yang mendengarkan itu dengan sigap datang dan memeluk Kinara, karena tahu pria itu sebenarnya mengincar Kinara, karena cara itu sering digunakan untuk mengalahkan lawan.
Bruukkk…..
Sebuah kursi kayu kini menderat sempurna dibahu Zyan. Zyan bahkan memejamkan matanya menahan serangan yang begitu tiba-tiba.
” Kau diam disini dan pejamkan matamu,” perintah Zyan kepada Kinara.
Zyan sudah murka kali ini, hanya dengan sekali hentakan dan beberapa pukulan Zyan Sudah bisa mengalahkan lawan.
” Aku pasti akan membalas mu,” rintih pria itu yang masih berusaha menahan rasa sakitnya.
“Berhenti bicara,” ucap temannya yang sudah melihat tato kalajengking yang berada tepat di lengan Zyan.
” Kau Zyan….?”
” Syukur jika kalian sudah mengenali ku, aku jadi tidak perlu mengeluarkan tenaga terlalu berlebihan.”
” Dan satu lagi yang harus kalian tahu, Jangan pernah menganggu atau bahkan menyentuh wanita ku,” hardik Zyan dengan menginjak tangan kedua pria yang sudah tidak berdaya itu.
_______
“Kau sudah boleh buka mata.”
Zyan sengaja meminta Kinara menutup matanya, karena tidak ingin ia melihat dirinya memukul seseorang di hadapannya.
” Kau tidak apa-apa?”
” eummm.”
Zyan dengan sigap mencengkeram bahu Kinara dan mengajak nya untuk kembali bersama.
” Kau harus pulang kerumah mengunakan taxi, karena aku tidak akan pulang malam ini.”
Zyan hendak memanggil taxi, namun seketika Kinara tidak sadarkan diri dan pingsan dibahu Zyan.
” Hei, bagun kau? ” ucap Zyan dengan menepuk-nepuk pipi Kinara.