loader image

Novel kita

Married at First Sight? – Bab 54

Married at First Sight? – Bab 54

Clue dari James
67 User Views

Obrolan terus terjadi. Tawa sesekali terdengar di antara mereka. Susan tak bosan memandang Lorenz. Tampan, meslipun tidak setegap James atau Jordan, dia tetap menarik dan keren. Susan tidak menyangkal, dia suka pria ramah itu.

“Kamu ternyata pria yang menyenangkan, Lorenz. Kukira kamu pendiam dan hanya suka dengan urusan pekerjaan kantor yang membuat kepala pening itu.” Crystal memandang Lorenz sambil tersenyum.

“Kita mesti bisa menempatkan diri, Nyonya. Kalau bekerja harus serius dan maksimal. Saat menikmati suasana santai, juga serius dan maksimal. Aku suka bercerita. Dan, tidak keberatan mendengarkan cerita juga.” Lorenz menjawab Crystal dengan senyum renyah.

“Ah, pantas saja, dua cucuku itu betah bersama kamu. Kamu tahu bagaimana menghadapi James, tapi juga tahu menghadapi Jordan. Great!” Makin lebar Crystal tersenyum.

“Terima kasih pujiannya.” Lorenz mengangguk sambil kembali melempar senyum manisnya.

“Tuan, apakah ada lowongan untuk aku bekerja di perusahaan keliuarag Hayden?” Susan tiba-tiba ada ide di kepalanya. Jika dia masuk ke perusahaan itu, akan sangat mungkin dia bisa sering bertemu Lorenz, mengenalnya, dan mendekatinya.

Lorenz menoleh pada Susan. “Nona butuh pekerjaan?”

“Bisa dikatakan begitu. Pekerjaan aku sekarang tidak buruk, tetapi jika ada peluang lebih baik, mengapa tidak?” ucap Susan.

Clarabelle sedikit melebarkan matanya. DIa cukup terkejut dengan yang Susan katakan. Susan bisa dibilang salah satu pegawai penting di tempat dia bekerja. Bayaran yang dia terima sudah lumayan. Kenapa tiba-tiba dia bertanya soal pekerjaan?

“Well, kurasa ada. Yang harus dipastikan apakah kualifikasi yang Nona miliki sesuai dengan kebutuhan perusahaan?” Lorenz mulai serius.

“Panggil aku Susan, Tuan. Tidak enak kedengarannya dipanggil formal seperti itu,” sahut Susan.

“Tentu, Susan. Dan, namaku Lorenz.” Lorens menegaskan, ingin Susan juga memanggil dia dengan namanya saja.

“Sure, Lorenz.” Susan tersenyum.

Clarebelle mulai bisa membaca apa yang terjadi. Sahabatnya itu sedang membuka hati pada Lorenz.

Ddrrtt …. Ponsel Clarabelle bergetar. Jordan menghubunginya. Clarabelle sedikit menjauh, mencari tempat untuk menerima panggilan Jordan.

“Aku tidak pulang, Sayang. Ada acara tambahan. Ini sekaligus bicara soal bisnis yang kemungkinan akan berlanjut minggu depan. Kuharap kamu mengerti.” Jordan memberi kabar.

“Oh? Menginap? Sampai kapan?” tanya Clarabelle.

“Jika cepat besok pasti akan selesai. Selambat-lambatnya dua hari. Berarti Senin sore aku pulang. Oke?” Jordan menjelaskan jadwalnya.

“Yup, oke. Baik-baik, Jordan, I am waiting.” Clarabelle menyahut. Sebenarnya sedikit berat dia menjawab. Dia ingin akhir minggu bersama Jordan.  Kalau hari ini mereka ada jadwal, berarti harusnya besok mereka bisa bersama menghabiskan waktu. Apa boleh buat, Jordan ternyata harus tetap bekerja.

“See you, Babe. I am gonna miss you a lot.” Jordan memutuskan panggilan.

Clarabelle termenung. Apakah memang urusan tidak bisa ditunda Senin atau Selasa? Apakah harus ada pertemuan bisnis di weekend? Clarabelle merasa seminggu ini Jordan begitu sibuk. Mereka bertemu hanya sebentar setiap hari. Tentu saja Clarabelle ingin punya waktu lebih banyak dengan suaminya.

“Jordan yang menelpon?”

Clarabelle menoleh mendengar pertanyaan itu. James, dia berdiri beberapa meter sedikit di belakang Clarabelle. Sepertinya dia mendengar pembicaraan Clarabelle di telepon.

“Yeah.” Clarabelle menjawab pendek.

“Dia tidak pulang?” tanya James lagi.

“Yeah,” ujar Clarabelle. Kali ini Clarabelle mulai tidak nyaman dengan James.

James maju tiga langkah mendekat. “Kamu yakin mau mencintai adikku itu?”

Clarabelle tidak suka dengan pertanyaan yang James ajukan. Apa maksudnya?

“Kamu yakin dia sungguh-sungguh dengan pernikahan kalian? Kamu terlalu lugu, Lala.” Kalimat James makin tidak enak didengar.

“Maaf, Tuan. Saya permisi.” Clarabelle tidak ingin menanggapi perkataan James. Menurut Clarabelle, sangat tidak pantas James ucapkan itu. Seharusnya dia mendukung adiknya agar bisa langgeng dengan rumah tangga yang dia jalani. Aneh.

Clarabelle mengangkat kaki, hendak kembali ke pantry.

“Lala!” James memanggil. Clarabelle dengan sedikit kesal menoleh juga.

“Jika aku jadi kamu, aku akan cari tahu ke mana James kalau tidak pulang. Bisnis? Aku juga berbisnis dan sibuk. Tapi tidak harus menginap. Bukankah keluarga lebih penting? Terutama jika dia mencintai istrinya.” Perkataan James sangat tidak Clarabelle duga.

Tajam, sedikit ketus, itu yang terdengar di kalimat James. Tapi jelas, kesal itu dia tujukan pada Jordan.

“Ya, terima kasih peringatannya, Tuan.” Dengan kesal juga Clarabelle menyahut.

Kembali James mendekati Clarabelle. Tatapannya lurus pada bening mata Clarabelle. Indah, cantik. Hati James sedikit berdebar.

“Damn, kamu makin mempesona, Lala.” James berkata dalam hatinya.

“Aku hanya tidak suka ada wanita yang terluka karena pria yang tidak bisa menghargainya.” James bicara dengan nada datar. Namun kalimatnya membuat Clarabelle terkejut. James ada di pihaknya. Apakah itu benar?

“Maaf, Tuan …”

“Jangan panggil aku, Tuan. Kamu bukan pelayan di rumah ini. Bukan juga pegawaiku. Jelas?” sahut james.

“Oke. Sorry, I gotta go.” Clarabelle tidak ingin lebih lama bersama James. Dia cepat-cepat mengangkat kaki dan beranjak kembali ke pantry.

“Jordan! Kalau kamu sia-siakan Clarabelle, aku tidak ragu akan merebut dia darimu,” gusar James. Makin hari James tidak mampu mengelak, dia mulai terpaut pada Clarabelle. Antara senang tapi juga merasa bersalah, itu yang ada di hati James.

****

Jordan duduk di café, sendirian. Dia sudah sejak dua jam lalu selesai bermain golf. Dia hampir berangkat menyusul Clarabelle ke rumah Hayden, Karen menelpon. Dia mengultimatum Jordan agar datang ke apartemen, karena Karen akan tiba segera. Jordan gelisah. Yang dia tahu Karen akan balik beberapa hari lagi. Tetapi ternyata dia datang lebih cepat.

“Sudahi urusanmu dengan Kaen. Jangan kamu rusak apa yang baik yang sudah kamu mulai, Jordan!” Kata-kata Ronald muncul dalam benak Jordan.

“Benar, aku harus berani bertindak. Apapun resikonya, aku harus bisa mengatasi Karen. Aku tidak mau jadi pecundang,” bisik hati Jordan.

Dia kembali melihat jam di arlojinya. Sudah saatnya dia menuju ke apartemen.  Membayangkan saat bersentuhan dengan Karen, tidak bisa ditolak, Jordan merasa tubuhnya panas dan berdesir. Namun di sis lain hatinya juga berteriak, dia adalah seorang suami. Seorang pria yang harus bertanggung jawab dengan janji yang dia ucapkan pada wanita baik yang dia nikahi.

“God! Help me!” Jordan berkata dengan keras. Dia jarang berdoa. Entah kenapa tiba-tiba dia spontan menyerukan itu.

Kembali tiba di apartemen. Karen sudah lebih dulu sampai. Dia baru selesai mandi, hanya mengenakan handuk pendek. Melihat Jordan senyumnya lebar.

“My Jordan …” Dia melangkah dengan sigap mendekat dan segera mendaratkan kecupan mesra pada pria pujaannya. Jordan merasa tubuhnya bereaksi, tapi hatinya berteriak, ingin menolak.

Dia lepaskan Karen, sedikit mundur.

“Jordan? Are you okay?” Karen menatap Jordan dalam-dalam. Dia cermati wajah pria itu. Ada aura gelisah, tidak nyaman muncul di sana.

Married at First Sight?

Married at First Sight?

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Dengan berat hati, demi memenuhi keinginan papanya yang sakit parah dan tidak akan lama bertahan hidup, Clarabelle Aimee memutuskan mengikuti reality show At the First Time I Meet You di kota tempat dia tinggal, Sydney. Clarabelle yakin, dengan bantuan para ahli cinta, dia akan menemukan pria yang tepat, yang akan menjadi pendamping hidupnya. Jordan Gerald, nekat ikut acara At the First Time I Meet You karena ingin memenangkan taruhan dengan teman-temannya. Demi diterima oleh para ahli, Jordan bersandiwara tentang dirinya dalam reality tersebut. Bertemu kali pertama di altar, Clarabelle terpana dengan Jordan. Jordan pun terpesona dengan kecantikan Clarabelle. Sikap manis Jordan selama masa pengenalan dalam reality show yang mereka ikuti, membuat Clarabelle mulai jatuh hati pada Jordan. Sayangnya, usai acara, menjalani kehidupan nyata, kedok Jordan mulai terbongkar. Kejutan demi kejutan Clarabelle temui dan membuat hatinya kembali kecewa. Bertahan atau berpisah? Mana yang akan dipilih Clarabelle dan Jordan? Apakah memang pernikahan dalam At the First Time I Meet You hanya permainan belaka?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset