Jordan tersenyum lebar saat mengirim pesan itu pada ketiga sahabatnya. Selama ini buat mereka bersama wanita manapun, asal suka sama suka sah-sah saja. Tetapi jika bisa mendapatkan seseorang yang masih murni, rasanya seperti menang lotere yang besar. Karena itu Jordan ingin teman-temannya tahu, taruhan mereka membawa banyak kesenangan buat Jordan.
Benar saja, beberapa menit berikut Warren menelponnya. Jordan tertawa kecil. Dia bisa membayangkan apa yang Warren akan katakan. Tidak ingin membangunkan Clarabelle, Jordan memilih menuju balkon dan bicara dengan Warren di sana.
“Sial! Kamu tidak bercanda?” Kalimat yang Warren ucapkan tepat seperti yang muncul di kepala Jordan.
“Aku memang pria ga jelas, tapi kamu tahu, aku bukan orang yang suka bohong. Kecuali terpaksa. Hee … hee …” Jordan terkekeh.
“Kenapa malah kamu dapat banyak untung, hah?” seru Warren kesal. Bagaimana tidak? Dia dan kedua temannya ingin mengerjai Jordan, kenapa situasi justru seolah terbalik?
“Memang sudah nasibku jadi manusia paling berbahagia. Jangan iri hati, tidak ada gunanya,” sahut Jordan dengan rasa penuh kemenangan. Jordan memandang ke pemandangan mengagumkan di depannya. Di kejauhan, tampak laut biru makin jelas, karena hari semakin terang.
“Kita lihat saja, kamu mampu bertahan atau tidak dengan pernikahanmu. Ini belum satu minggu, Joy!” ujar Warren masih belum mau kalah. Kalimat itu seperti sebuah ancaman buat Jordan.
“Tenang, Sayang. Aku sangat menikmati semua ini. Sudah dulu ya, aku mau melanjutkan aktivitasku. Is-tri-ku menunggu, hee … hee …” Jordan menutup telpon. Dia tahu Warren pasti makin kesal saja. Bagus juga. Jordan makin semangat ingin membuktikan dia tak terkalahkan. Permainan apapun yang dihadapkan padanya, pasti dapat dia taklukkan.
Jordan menghirup kuat-kuat udara segar, mengembuskannya keras. Rasanya dia siap menghadapi pernikahan ini, sekalipun dia tidak tahu akan berapa lama dia betah. Setidaknya sampai dia berhasil mendapatkan tiket bulan madu dari teman-temannya. Setelah itu, terserah apa yang akan terjadi.
*****
Sejak malam indah itu, Clarabelle merasa hatinya makin yakin dengan Jordan. Sikap suaminya kian manis saja. Tidak ada sesuatu yang membuat mereka perlu berselisih. Jika Clarabelle ingat beberapa tayangan di acara At the First Time I Meet You, para pasangan yang ikut di acara itu menemukan konflik, bahkan saat berbulan madu. Sedang yang Clarabelle alami, sangat berbeda.
Pria yang dipertemukan dengannya ini luar biasa. Begitu penuh pengertian. Dia tidak terlalu banyak bercerita tentang dirinya, tetapi lebih mau mendengar tentang kehidupan Clarabelle. Bagaimana Clarabelle harus kehilangan ibunya di saat dia remaja. Padahal mama dan papanya berjanji akan membawa dia ke Bali saat ulang tahun pernikahan mereka. Sayang, mama lebih dulu sakit, hingga akhirnya pergi untuk selamanya sebelum rencana itu terwujud.
Jordan bisa melihat kesedihan di mata Clarabelle saat dia bercerita tentang mamanya. Juga papanya yang juga sedang sakit, tapi berusaha keras tampak bahagia dan sehat di hari pernikahan Clarabelle. Yang Clarabelle inginkan, papanya akan bahagia dengan pernikahan yang dia jalani. Mata Clarabelle berair ketika mengingat semua itu.
“Hei, tidak usah bersedih. Kita akan lewati semua sama-sama setelah ini.” Jordan mengusap mata Clarabelle yang basah, memegang pipinya dan mengecup lembut kening Clarabelle.
Kata-kata lembut Jordan mengalirkan keteduhan di hati Clarabelle. Dia sangat berterima kasih bisa bertemu pria yang baik ini. Tiba saatnya Clarabelle mengetahui siapa suaminya. Dia akan bertanya tentang kehidupan Jordan.
“Sorry, aku terus saja bercerita tentang diriku. Aku bahkan belum tahu apa-apa tentang kamu, Jordan.” Clarabelle memandang Jordan.
“Ah, hidupku biasa saja. Tidak begitu istimewa. Ya, aku sudah katakan, hubunganku dengan keluargaku tidak begitu baik. Aku selalu berselisih paham dengan kakakku. Karena itu aku memilih tinggal sendiri dan menjalani hidup sendiri.” Jordan kembali menekankan kisah itu. Tidak sepenuhnya dia merekayasa, tapi juga tidak sepenuhnya benar.
Sebisa mungkin Jordan tidak akan mengatakan kenyataan tentang dirinya. Toh, pernikahannya dengan Clarabelle akan segera berlalu. Setelah dia berhasil memenangkan taruhan, dia mendapatkan hadiah kemenangan, tidak ada lagi yang perlu dia pertahankan. Dia akan kembali pada kehidupannya, Clarabelle pun sama.
“Mengapa kamu ikut acara ini?” Clarabelle penasaran. Jordan pria sukses dan begitu keren. Sangat tidak mungkin tidak ada wanita yang jatuh hati padanya.
Jordan tersenyum. Tidak menduga Clarabelle menanyakan itu, tapi pertanyaan itu sangat wajar. Jordan harus memikirkan kata-kata yang paling baik, agar Clarabelle menerima dirinya dan makin kagum padanya.
“Sama seperti kamu, aku beberapa kali menjalani hubungan dan tidak berhasil. Kurasa dengan bertemu para ahli, aku bisa mendapatkan pasangan yang paling tepat,” jawab Jordan. Dia perhatikan raut wajah Clarabelle. Jawaban itu membuat Clarabelle tersenyum manis. Sepertinya kena sekali lagi di hati wanita lugu itu.
“Mereka benar. Aku sangat senang mereka bisa menemukan dirimu untukku.” Jordan mengulurkan tangan menyatukannya dengan kedua tangan Clarabelle. “You are so unique. I never met someone like you.”
Clarabelle memandang Jordan. Senyumnya menghilang. Dia pernah mendengar kalimat terakhir yang Jordan ucapkan, persis seperti itu, dari kekasihnya. Perkataan manis itu membuat terlena saat mendengarnya, ternyata hanya bualan belaka. Jordan segera menyadari ucapannya tidak membuat Clarabelle lega. Sorot mata Clarabelle juga berbeda.
“Aku tidak sedang merayu, Lala. Ini kali pertama aku bersama wanita berdarah Asia. Dan aku bisa melihat ada banyak yang berbeda dari kamu dibanding wanita yang kukenal sebelumnya. Justru itu yang membuat kamu luar biasa buat aku.” Jordan mencoba mencari alasan yang membuat Clarabelle bisa memahami ucapannya yang sebelumnya.
Clarabelle mencoba mengerti maksud Jordan. Masuk akal. Dari yang Clarabelle sendiri ungkapkan, tentu saja Jordan bisa menyimpulkan seperti itu. Secara fisik pun, Clarabelle punya sisi yang beda, sebab dia setengah Asia. Sudah pasti hal-hal lainnya mengikuti.
“Aku harap, kita akan baik-baik saja sampai semua selesai.” Jordan kembali tersenyum. Dia meraih tangan Clarabelle dan menggenggamnya erat.
Permainan belum usai. Jangan sampai Clarabelle mulai tidak nyaman, lalu dia menjauh. Jika itu terjadi sebelum acara berakhir, sudah pasti Jordan batal menang.
“Ya, kuharap juga begitu.” Bibir Clarabelle ikut mengurai senyum.
Perjalanan bulan madu di Bali sampai di ujungnya. Mereka bersiap kembali ke Sydney. Perjalanan di reality show itu belum tuntas. Minggu-minggu berikut mereka tidak tahu akan menghadapi situasi seperti apa. Tetapi Jordan memastikan dia akan bisa dengan mudah melewati ini, asalkan mendapat kepercayaan penuh dari Clarabelle.
Kembali ke Sydney, berlanjut mereka tinggal bersama di apartemen yang disediakan untuk para pasangan yang mengikuti acara itu. Kehidupan pernikahan setelah bulan madu akan dimulai. Hati Clarabelle makin dag dig dug. Bulan madu tentu berbeda dengan kehidupan sehari-hari. Seperti apa Jordan sebenarnya? Dan apakah Jordan bisa menerima Clarabelle yang sangat apa adanya itu?