loader image

Novel kita

Menikah Rasa Berpisah – Bab 16

Menikah Rasa Berpisah – Bab 16

Senyum Paksa
74 User Views

Berhubung mereka mau ke pantai untuk jalan-jalan, Amsal tidak ingin menyetir sendiri. Ia menggunakan jasa sopirnya sekalian di guide tour.

“Mau ke mana ini Pak Amsal?” tanya Bapak sopir itu.

“Pantai deket-deket sini aja Pak, tapi kalau ke mall dulu sudah buka atau tidak, ya?”

“Kalau ke pantai jam segini itu kesalahan Pak, biasanya panas dan lebih baik enak di mall sih, Pak. Karena sudah terlalu siang, ke pantai lebih enak menjelang mau magrib nanti biar bisa lihat senja.” Bapak sopir itu memberikan sarannya.

“Berarti di mall kira-kira udah buka kan, Pak? Ini sudah jam sepuluh lebih.”

“Ya Pak, mau ke mall mana?”

“Beachwalk lebih dekat dari tempat kita, kan?”

Sopir itu mengangguk sekali lagi, sehingga mobil melaju menuju ke mall. Jasmin hanya diam saja dan memperhatikan jalanan. Ia juga sesekali memandang ke arah Amsal walaupun pria itu terus memainkan ponselnya dan tak jarang ia tersenyum.

‘Pasti lagi berkirim pesan dengan Melani nih! Bersamaku dan tidak ada dia saja kamu masih terus mengabaikanku, Mas? Apa aku sekalah itu pesonanya dengan Melani?’ batin Jasmin seraya mengalihkan pandanganya kembali ke arah jendela. Dari pada ia terus sakit hati jika menatap wajah suaminya.

“Ah, aku lupa kita harus ambil take lagi di mobil. Nanti kamu yang kirim ke Ayah. Jadi pake ponselmu.” Amsal berkata dengan nada datarnya.

Jasmin yang sedang melamun sedikit kaget mendengar suara Amsal, lalu ia mengambil ponsel dan membuka kamera hapenya. Mengambil sekali jepret selfie dengan Amsal ketika pria itu juga memaksakan senyumnya di kamera. Baru setelah foto dia kembali lagi menunduk karena sepertinya Melani selalu membalas pesannya dengan cepat.

‘Dasar,’ pikirnya.

Jasmin melakukan perintah Amsal untuk mengirim foto selfie mereka kepada Ayah Lukman. Sandiwara di mulai, lalu membuat caption untuk dilaporkan kepada mertuanya itu bahwa ia dan Amsal sedang jalan-jalan dan menikmati keindahan Bali.

Jasmin : Coba Ayah tebak aku akan pergi ke mana?

Ayah Lukman : Ke pantai? Kamu suka pantai kan? Jadi apakah sudah mengunjungi pantai dengan Amsal? Kirim fotonya juga, Nak…

Jasmin : Ah ya, itu nanti karena mau lihat sunset. Sekarang mau ke mall dulu, Mas Amsal mau ngajak aku belanja sepertinya, Yah.

Ayah Lukman : Baiklah, have fun di sana. Kalau ada apa-apa lagi langsung kasih tahu Ayah, ya?

Jasmin : Baik Ayah Lukman.

“Ayo turun, udah sampai!” ajak Amsal yang langsung membuka pintu mobilnya. Bapak sopir di perintahkan untuk menunggu atau pulang saja ke hotel dan ia bisa menghubungi beliau jika dirinya sudah selesai. Tapi beliau tidak ingin dan akan menunggu di sekitar sini katanya.

Seperti biasa, Amsal jalan lebih dulu meninggal Jasmin yang seperti orang hilang karena jalannya saja seperti orang yang membawa beban berat. Namun Jasmin tidak pernah mengeluh akan membawa beban bayinya.

“Lelet banget sih, kamu!” pekik Amsal yang mendapatkan tatapan kesal dari Jasmin karena pria itu membentaknya di depan banyak orang. Jasmin benar-benar sangat malu.

“Gandeng dong biar tidak dibilang kelamaan!” sahut Jasmin yang tidak mau kalah juga.

Alhasil Amsal mau menggandeng tangannya, namun tidak ada halus-halusnya. Tangan Jasmin terasa sangat sakit karena cengkeraman Amsal. Mereka justru tidak terlihat seperti suami istri yang sedang jalan-jalan. Jasmin malu rasanya, ingin sekali ia menutupi wajahnya dengan masker. Namun Jasmin hanya bisa menunduk sambil menatap tangannya yang pasti sudah memerah akibat cengkeraman Amsal.

“Kita mau ke mana?” tanya Jasmin.

“Belanja, aku mau membeli sesuatu.” Amsal menjawab acuh.

“Untuk aku?” Jasmin terlihat senang.

“Kalau kamu mau, beli sendiri. Aku akan membelinya Melani sebagai permintaan maafku.”

Jasmin melotot, tiba-tiba ia berhenti melangkah dan menghentakkan tangan Amsal yang mencengkram tangannya.

“Lepasin aku, kalau ini mau kamu, lebih baik aku kembali ke hotel!”

“Kamu ini!” Amsal membentak kesal.

“Apa?! Kamu sepeduli itu dengan sekretarismu, huh?!”

“Ya, dia penting.”

Mata Jasmin yang sudah memanas langsung mengeluarkan air mata.

“Mas, aku ini istrimu. Yang mengandung anakmu, harusnya kamu lebih memperlakukanku dengan baik. Aku tidak menyangka ternyata kamu laki-laki brengsek, Mas.”

Jasmin segera melepaskan diri dari Amsal, lalu ia berjalan meninggalkan pria itu yang melongo sambil mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

“Salah lagi!” Amsal menggerutu sendiri. Sedangkan ia segera mengejar Jasmin karena bagaimana pun juga wanita itu tidak boleh kenapa-napa jika ia masih ingin mewarisi aset keluarganya.

***

Sudah berjalan dua mingguan mereka berada di Bali. Amsal sudah berencana untuk pulang ke Jakarta, namun ia kehabisan tiket pesawat sehingga masih mau berada di sini. Kebetulan sekali ia ditugaskan untuk menemui klien penting di sini sambil membawa Jasmin sebenarnya, tetap ia tidak mau repot dan menyuruh wanita itu diam di rumah. Agar tidak membuat Jasmin berpikir buruk, Ayah Lukman juga menghubungi Jasmin sendiri untuk mengatakan bahwa klien di Bali itu ingin menemui Amsal. Alhasil Jasmin menyiapkan pakaian formal untuk Mas Amsal walaupun suaminya tidak menyuruh dan mengajaknya berbicara.

“Ini pakaian kamu dan sarapan kamu juga udah aku siapkan di ruang makan,” kata Jasmin kepada Amsal yang baru saja keluar dari kamar mandi.

“Keluar!” Amsal mengusir Jasmin agar keluar dari kamarnya, mau tidak mau ia keluar meski syok dan jengkel karena sebagai istrinya justru ia tidak boleh berada di kamar saat suaminya berganti pakaian?

Setelah berada di luar, Jasmin memutuskan untuk duduk di sofa sambil menggerutu kesal. ‘Untung kamu suamiku Mas, kalau bukan udah kubunuh, ku maki-maki langsung kamu.’ Jasmin bergumam dalam hati, ia juga menunduk menatap ke arah perutnya sambil mengusapnya perlahan. ‘Kasihan sekali kamu, Nak. Ayah kamu sangat benci kepada kita. Apa harus kita pergi? Apa kamu masih mau bertahan di sini?’

Lagi dan lagi, Jasmin terus mengobrol dengan dirinya sendiri.

‘Ceklik.’ Begitu pintu terbuka, Jasmin menatap Amsal yang sudah rapi.

“Waktunya udah mepet, tidak ada waktu untuk sarapan.” Amsal langsung pergi begitu saja ke arah pintu keluar, tak memperdulikan Jasmin yang memanggil namanya.

‘Bruk!’

Bahkan pintu saja ia tutup dengan kasar. Jasmin di belakangnya hanya bisa menghela napas panjang sambil mengelus dadanya sabar.

“Sabar Jasmin, kalau kesabaranmu udah setipis tisu pasti pria itu juga udah jadi tisu.” Jasmin berkata dengan dirinya sendiri.

Alhasil Jasmin memutuskan untuk memakan sendiri makanan Amsal. Dari pada ia tidak memakannya, sayang sekali makanan harus dibuang-buang. Amsal benar-benar tidak pernah menghargai usahanya lagi. Amsal sangat keterlaluan. Rasanya Jasmin sudah terlalu lelah untuk bertengkar dengan suaminya itu.

Menikah Rasa Berpisah

Menikah Rasa Berpisah

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Rasa itu hilang saat ikatan cinta telah dikobarkan. Aku ingin menyesal tapi tidak mungkin aku mengajukan perceraian bukan? Keluargaku menjodohkan ku dengan lelaki yang tak pernah pulang malam dan tidak pernah menemaniku lagi. Entahlah! dia tidak mungkin menyewa wanita lain di luaran sana bukan? entah dia bosan atau tidak, namun yang pasti dia telah menyayat hati ini perlahan. Membuang rasa yang pernah dititipkan, dan meniadakan kata janji yang telah di ikrarkan.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset