loader image

Novel kita

Menikah Rasa Berpisah – Bab 17

Menikah Rasa Berpisah – Bab 17

Demi Selingkuhan
65 User Views

Amsal mengendarai mobil sendiri untuk menemui kliennya. Mereka bertemu di salah satu restoran yang memiliki view indah. Padahal jam tidak mepet, tadi ia hanya alasan saja karena malas makan di rumah. Sudah tahu ini meeting dengan kliennya di restoran dan pasti akan makan bersama, mengapa harus makan di hotel dulu? Kadang ia sebal dengan Jasmin yang tidak bisa mengerti akan hal itu.

Memasukkan lokasi tujuan, mobil pun berjalan mengikuti maps. Amsal juga menyambungkan teleponnya kepada Melani, ia ingin menyapa pujaan hatinya.

“Hai Melani, good morning baby!” sapa Amsal dengan nada cerianya.

“Morning too darling. Ada apa nih udah nelpon aja?”

“Kangen.”

“Masih pagi juga, Mas. Kamu lagi ngapain?”

“Nyetir mobil sayang.”

“Sama Jasmin? Mau jalan-jalan, ya?” balas Melani yang tampak sedikit terselip nada cemburu di ucapannya.

“Tidak lah sayang, itu kemarin yang aku bilang emang harus jalan sama dia tapi beneran tidak ada hal yang romantis. Aku harus melakukan itu karena foto dan bukti harus dikirim ke Ayah Lukman. Kamu tahu sendiri gimana beliau sangat sayang dengan Jasmin.”

“Aku iri. Mau juga disayang sama Ayah kamu.” Melani merengek di seberang sana.

“Kamu akan mendapatkannya. Sabar dulu ya. Untuk teleponnya aku tutup dulu ya sayang, nanti aku kabarin lagi. Sekarang udah sampai di restoran. Aku mau ketemu sama klien suruhan Ayah Lukman. Doain aku berhasil.”

“Tentu. Aku selalu mendukungmu.”

Setelah itu mereka sama-sama mengakhiri panggilan. Amsal tersenyum lebar. Ayah Lukman memberi informasi bahwa kliennya ini adalah laki-laki separuh baya yang rambutnya memutih dan dia adalah orang paling kaya di Bali.

Dengan ciri-ciri yang diberitahukan oleh Ayah Lukman, pria itu mencarinya dan berkeliling sana kemari. Tapi sayangnya tidak menemukan beliau di sana. Ia malah memutuskan untuk duduk dan menunggu di salah satu kursi dan meja kosong. Mengecek ponselnya siapa tahu pria paruh baya itu menghubunginya sesuatu.

“Ini di mana sih?” Amsal menggerutu kesal. Sejak ia duduk, waktu sudah berjalan selama lima belas menit.

“Hai, apakah kamu yang bernama Amsal? Putra Pak Lukman?”

Amsal menengadahkan kepalanya mendengar suara wanita itu. Sekejap ia terdiam memandangi wajah wanita itu yang terlihat sangat cantik dan tinggi bak model. “Ya, siapa kamu? Ada perlu apa?” Amsal segera bertanya saat sadar.

Wanita itu tersenyum lebar, ia mengulurkan tangannya dan dijabat oleh Amsal. “Aku Clarissa, anak perempuan Bapak Santoso. Dan maaf aku harus menggantikan beliau secara tiba-tiba karena tadi saat beliau hendak pergi menemuimu, maagnya kumat. Jadi aku disuruh menggantikannya.” Wanita bernama Clarissa itu menjelaskan.

“Aku sudah datang dari tadi di sebelah sana. Mungkin kamu menari Papa dan tidak mengira kalau aku menggantikan. Dan aku juga belum sempat konfirmasi ke Ayah kamu, sehingga beliau juga tidak bisa memberitahu kamu ulang akan bertemu siapa. Kebetulan sekali aku lagi mencocokkan wajah kamu dan foto kamu, jadi aku langsung samperin aja ke sini,” ucapnya lagi sebelum memberikan kesempatan untuk Amsal menjawab.

“Baiklah, tidak masalah. Kamu bisa duduk.” Amsal langsung berdiri dan memberikan duduk untuk wanita bernama Clarissa ini. Sikapnya benar-benar sangat perhatian dan romantis di mata Clarissa.

Wanita berambut panjang itu tidak berhenti tersenyum dan menatap sosok tampan Amsal. “Kamu mau pesan apa? Di sini makanan rekomen sih banyak yang enak,” seru Clarissa.

“Terserah kamu aja cantik. Aku ngikutin makanan rekomendasi dari kamu aja.”

“Oke deh. Mbak steak dan spaghetti masing-masing satu, trus minuman strawberry smoothies dua.”

“Baik Kak, ditunggu sebentar.”

“Pesan satu-satu dan bisa suap-menyuap lebih terasa nikmat, kan?”

“Baiklah, kamu tipe yang suka romantis cantik?” seru Amsal yang mendapatkan anggukkan dari Clarissa.

Sambil menunggu makanan datang, keduanya mulai membahas bisnis mereka. Mengobrol dengan Clarissa membuat Amsal betah karena ternyata dia sama persis seperti Melani. Pintar dan cerdas, obrolan mereka sangat nyambung. Sampai-sampai keduanya tertawa secara bersamaan.

“Kamu sudah punya pacar?” tanya Amsal.

“Tentu saja belum, kamu bercanda nanya itu, ya?” seru Clarissa sambil terkekeh pelan.

“Tidak, aku pikir sudah punya karena wanita secantik kamu, wanita seanggun kamu dan dari keluarga yang terpandang pasti punya lah seharusnya.”

Clarissa tertawa lagi mendengar pendapat jujur dari Amsal. “Ini lebih parah kamu ngeledek namanya,” celetuk Clarissa seraya geleng-geleng kepala heran.

Baru setelah itu Amsal menegakkan badannya karena makanan mereka datang, keduanya mulai menikmati makanan sambil mengobrol ringan. “Gimana kalau setelah ini ke klub? Kencan sama aku sampai pagi besok tidak masalah, kan?” tanya Amsal yang tersenyum lebar.

“Ke klub? Ah, tidak masalah. Aku bisa merekomendasikan klub yang bagus di Bali. Kita ke sana setelah makan.”

“Jadi kerjasama kita terjalin dan benefitnya kita bisa kencan setiap bertemu, aku menyukaimu Clarissa. Kamu cantik dan cerdas. Kita cocok.”

“Aku juga. Kamu belum memiliki kekasih, kan?”

“Tentu, kamu bisa menjadi kekasihku.”

Memang pada dasarnya Amsal playboy, tetap saja playboy dan tidak akan pernah bisa setia dengan satu wanita saja. Lihat sendiri dia sampai merayu untuk mendapatkan perhatian Clarissa. Sungguh kasihan kepada istrinya Jasmin karena ia diselingkuhi oleh suaminya yang bekerja di luar sana.

“Bagaimana penilaian kamu terhadap makanan ini?”

“Enak.”

“Satu sampai sepuluh?”

“Sembilan sih, kenapa bertanya penilaian?” seru Amsal yang sedikit bingung.

“Karena kamu harus tahu kalau tempat ini sebenarnya punya aku.”

“Serius? Kamu yang kelola? Hebat sekali.” Amsal bertepuk tangan dengan meriah. Ia kagum dan mungkin jika ia belum menikah bisa langsung menikahi wanita di hadapannya ini.

“Iya, ini sebenarnya milik Mama yang jatuh ke aku dan sekarang gantian aku kelola karena Mama aku suruh pensiun aja dan biar bisa istirahat,” tutur Clarissa yang mendapatkan anggukkan dari Amsal.

***

Selama di hotel, Jasmin terus menunggu kabar baik dari suaminya. Tentu saja ia selalu mendoakan yang terbaik untuk suaminya walaupun sikapnya seperti itu. Tapi dia tetap selalu menghormati karena bagaimana pun juga Amsal adalah Ayah dari anaknya dan ia juga telah bertanggung jawab kepadanya.

Dua jam menunggu Amsal juga tidak kembali, tiga jam, empat jam, sampai Jasmin ketiduran di sofa dan hari mulai menjelang malam. Amsal tak ada kabar sama sekali.

Sementara di sebuah klub besar dan mewah yang ada di Bali, Clarissa bersama Amsal sedang seru-serunya. Keduanya mabuk dan menarik-narik di atas panggung. Tidak ada yang diberi kabar keberadaan mereka. Karena ini klub milik teman Clarissa juga, jadi membuat keduanya aman. Clarissa juga mengenalkan teman-temannya kepada Amsal. Mereka cantik-cantik semua, namun yang menarik di mata Amsal adalah Clarissa.

“Cla, kamu cantik dan seksi, aku butuh kamu. Bisakah malam ini kita menghabiskan waktu bersama?” seru Amsal yang berbisik di dekat telinga Clarissa.

“Kamu mau tidur denganku? Mau pesan kamar VIP? Syaratnya cuma satu, buat aku bahagia merasakannya.”

“Wah, kamu tidak boleh meremehkanku, Cla.”

“Sudah berpengalaman dengan berapa wanita?” tanya Clarissa.

“Dua wanita.”

“Mau pake pengaman atau tidak? Mau satu malam ini atau akan berlanjut?”

“Nanti minum pil yang aku kasih supaya kamu tidak kenapa-napa. Aku harap bisa berlanjut kalau kita jodoh untuk bertemu. Tapi sayang setelah ini berakhir aku harus pergi ke Jakarta. Aku harus pulang, walaupun ini berat meninggalkan kamu karena kamu tahu sendiri kesibukan aku bagaimana.”

“Ya sudah tidak masalah. Kita bisa janjian dan bertemu lagi. Aku bisa ke Jakarta atau kalau projects kita ini jalan akan lebih banyak bertemu,” tutur Jasmin yang tiba-tiba tertawa bersamaan, lalu Amsal menggendongnya dan membawanya menuju ke salah satu kamar yang telah disiapkan khusus untuk mereka berdua.msal menggendongnya dan membawanya menuju ke salah satu kamar yang telah disiapkan khusus untuk mereka berdua.

Menikah Rasa Berpisah

Menikah Rasa Berpisah

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Rasa itu hilang saat ikatan cinta telah dikobarkan. Aku ingin menyesal tapi tidak mungkin aku mengajukan perceraian bukan? Keluargaku menjodohkan ku dengan lelaki yang tak pernah pulang malam dan tidak pernah menemaniku lagi. Entahlah! dia tidak mungkin menyewa wanita lain di luaran sana bukan? entah dia bosan atau tidak, namun yang pasti dia telah menyayat hati ini perlahan. Membuang rasa yang pernah dititipkan, dan meniadakan kata janji yang telah di ikrarkan.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset