Salah satu kesenangan yang pernah mereka dapat yah kini Yeni dan juga Luffman telah melihat anak mereka berdiri di depan pintu.
“Astaga sayang apakah kalian sudah lama datang? maaf kamu ketiduran.”
Suara Yeni begitu jelas di pendengaran mereka berdua, Amsal segera memeluk ibunya dan untuk luffman dia hanya tersenyum melihat kelakuan kedua orang yang dia sayangi itu.
“Bagaimana perjalanan kalian? Apakah menyenangkan?”
Mereka berjalan memasuki rumah yang telah di hiasi itu, sembari mengobrol hangat.
Yeni mengandeng tangan menantunya dan untuk amsal dia berjalan di depan Yeni dan juga Jasmin bersama Luffman.
“Yah, sangat indah dan kami suka.”
“Bukankah begitu sayang?” lanjut Amsal dengan tatapan mata yang cukup tajam.
Jasmin yang sempat terdiam kini mengiyakan perkataan dari Amsal melalui gerakan kepalanya.
“Apakah kau suka dengan bulan madu itu, Nak?” tanya Yeni mengelus-elus kepala Jasmin.
Jasmin tersenyum dia hanya bisa melakukan gerakan itu.
***
Malam telah datang dan kini amsal berulah lagi dia hanya tertawa sembari membalas pesan yang selalu datang ke ponselnya.
“Apakah yang kamu tertawakan, mas?”
“Begitu bahagianya kulihat dirimu.”
Amsal masih tetap tertawa bahkan dia seperti anak kecil, lihat saja dia sekarang menahan tawanya dengan bantuan bantal di sampingnya.
“Apakah kamu bisa diam?”
Ucap Amsal dengan nada yang membentak kepada Jasmin.
Jasmin terkejut saking kesalnya, dia hanya bisa menghela nafas panjang. Jasmin memutuskan untuk tidur karena untuk apa lagi dia bermain ponsel?
Jasmin meletakkan ponselnya di atas nakas dan menaiki ranjang yang sama dengan Amsal tersebut, tetapi belum sempat dia menginjakkan kakinya satu lagi dia langsung di usir ole amsal.
“Sialan, kenapa kamu dekat-dekat kepada saya?”
Amsal melemparkan bantal guling yang dia pegang ke arah Jasmin, lagi dan lagi kini Jasmin harus menahan pilu dia tidak tahan dengan semua ini namun apa daya nya dia hanya bisa mengelus dada untuk sikap lelaki nya.
Jasmin kembali menidurkan badannya di atas sofa dan untuk amsal dia sama sekali tidak merasa tersentuh dengan kelemah lembutan dari istrinya.
Nampaknya Jasmin sedang tidak baik-baik saja dia menangis sesegukan dan mencoba mengharapkan bantuan dari Amsal, yah setidaknya memberikan dia kecupan, tetapi nihil, Jasmin malah di bentak untuk diam.
“Kenapa begitu ribut sekali?”
“Pergi dari tempat ini kalau kau hanya menangis saja.”
“Lagian kenapa menangis? apakah yang kuberikan ini terlalu mewah untuk kamu nikmati?”
Amsal tertawa bahkan dia sudah hilang akal pikirannya.
Jasmin mencoba untuk melawan dia berdiri dari bangunnya dan menatap tajam amsal.
“Apakah kamu gila?”
Tangan nya hampir saja mengenai wajah lelaki itu namun naasnya kekuatan dari lelaki gila itu lebih kuat lagi.
“Aww.” Jerit dari Jasmin.
Yah Jasmin terjungkal Amsal melemparkan tubuh Jasmin ke arah gorden, lagi dan lagi Jasmin menangis di sudut ruangannya itu.
“Apakah kamu akan bertahan di rumah ini dengan sikap aku yang sangat memuaskan ini?”
Amsal mencengkram leher Jasmin dengan tatapan mata yang sangat tajam.
“Kenapa kamu seperti ini, Mas tolong istifar.”
“Apa kamu bilang?”
“Jangan coba untuk mengatakan apapun kepada saya lebih baik kamu urus saja dirimu dan bayi sialan itu.”
Jasmin menangia saat ini di luar pintu ada seseorang yang tersenyum sangat manis saat mendengarkan pertengkaran itu, yah siapa lagi kalau bukan Yeni kelihatannya dia begitu semangat mendengarkan pertengkaran itu.
Yeni ingin masuk dan memastikan apa yang terjadi, namun dia tidak mau menghentikan aksi dari anaknya.
“Lebih baik seperti itu bukan? Karena bukan sembarang orang yang bisa memasuki kekuarga kami,” ucapnya sembari meninggalkan tempat itu dengan senyum smirk khas nya.
Pembantu yang baru saja mendengarkan semua hal yang dikatakan oleh Nyonya Yeni membuat buku kuduknya berdiri.
“Bukankah hubungan mereka baik-baik saja? Mengapa Nyonya bersikap seperti itu?”
Pembantu yang bernama Irma itu mengintip apa yang dilakukan oleh Amsal kepada Jasmin.
Dia sangat terkejut bukan main, apakah ini sebuah pernikahan? Tidur beda ranjang dan juga membiarkan istrinya yang sedang hamil tidur di atas sofa?
Irma menutup mulutnya tak percaya dia mulai akrab dengan Jasmin, tetapi kenapa Jasmin tidak pernah mengeluh tentang perbuatan amsal kepada dia?
“Sungguh kamu belajar menjadi istri yang tangguh bukan?”
Irma kembali menarik gagang pintu kamar mereka dan berniat untuk meninggalkan tempat itu.
Pagi telah datang dan sengaja Irma datang lebih awal membereskan kamar dari Jasmin dan juga amsal.
“Permisi Nyoya dan tuan saya ingin membersihkan kamar kalian.”
Amsal seketika berubah menjadi baik sekali kepada Jasmin.
“Sayang, ayok kita pergi sarapan sebentar lagi mereka akan membersihkan kamar kita.”
Jasmin hanya mengangguk saya dan tentunya Irma tahu betapa hancur perasaan dari Jasmin yang hanya bisa mengangguk dan mengiyakan semua ajakan Amsal.
Mereka berdua keluar tak sengaja Irma melihat beberapa memar di dekat lengan wanita itu dia bertanya langsung di depan Amsal.
“Astaga Nyonya bagaimana bisa lengan Anda memar?”
Irma memegang lengan Jasmin.
Jasmin langsung menutupinya dia kaget ketika melihat memar itu, amsal langsung menghentikan sikap peduli dari Irma.
“Kamu mau bekerja atau apa?”
“Maaf Tuan.”
“Jangan pernah mengurusi hidup dia dan juga saya cukup lakukan pekerjaaan kamu dengan baik dan terima gaji kamu tiap bulan, apakah masih ada yang kurang?”
Irma terdiam seribu bahasa, hanya karena sikap seperti itu membuat dia mendapatkan peringatkan keras dari Tuan Amsal.
Mereka pergi dan kini Amsal berpura-pura baik di meja makan dia memberikan makanan kepada istrinya dengan sangat lembut.
“Ini untuk kamu sayang.”
“Trimakasih sayang.”
Luffman yang melihat itu tersenyum bahagia, dia tidak salah memilih menantu dan untuk Yeni dia tersenyum sanggar.
“Apakah mereka kelihatan saling mencintai sayang?” Luffman memegang tangan Yeni.
Yeni mengengam balik tangan suaminya sembari berkata,”Yah, Duni pernikahan sangat keras, Mas.”
Jasmin menoleh ke depan, apa maksud ibunya berkata seperti itu?
“Maksud kamu sayang?”
“Seperti ini,Mas walaupun kita merasa sakit kita tidak harus menunjukkan rasa sakit itu, ada baiknya kita tersenyum di depan semua orang bukan?”
Yeni tersenyum miris melihat Jasmin dengan memar-memar di tubuhnya yang sedikit terlihat.
Luffman tertawa untuk menghilangkan rasa kerenggangan itu.
“Baiklah sudah cukup bercanda guraunya kita lebih baik makan.”
Mereka akhirnya memutuskan untuk makan, diam dan memasukkan ke dalam mulut makanan itu.
Mereka kembali ke dalam kamar masing-masing, Jasmin ingin mandi dan beberes sisa barang kemarin, tetapi semua itu tidak berjalan dengan lancar saat melihat suaminya akan pergi.
“Mau kemana, Mas?”
“Tidak urusan kamu.”
“Saya kan istri kamu, itu adalah urusan saya, kamu pergi kemana saja saya mempunyai hak mengetahuinya bukan?”
Jasmin kembali lagi mencoba untuk menghentikan sikap Amsal, tetapi nihil.