loader image

Novel kita

Menikah Rasa Berpisah – Bab 4

Menikah Rasa Berpisah – Bab 4

Melarikan diri?
88 User Views

Jika melakukan sesuatu yang konsekuensinya berat maka setiap orang juga harus berani menerima imbasnya.

Wajahnya yang tampak pucat di tambah dengan balutan kain putih menutupi tubuhnya membuat wanita itu heran sampai mengangkat tangannya ingin memukul badan sang calon suami.

“Apakah yang kamu mau?” tanya Jasmin memukul dada bidang lelaki itu

Amsal mencengkram tangan Jasmin dengan sangat kuat, bola matanya kini hampir keluar melihat tingkah Jasmin.

“Apa pendengaran kamu masih kurang bagus?”

Bentak Amsal, dan ini adalah awal mula di mana Jasmin merasa bahwa Amsal sudah berbeda.

“Kamu harus memilih hidup sengsara bersama saya atau melarikan diri sebelum acara ini di mulai.”

Mendengarkan itu bagaikan hati Jasmin di sambar petir, pikirannya sudah kacau balau rasanya dia semakin lemas, kakinya bahkan tidak bisa lagi untuk berdiri sehingga dia tak sadar sudah terjatuh di lantai.

Amsal hanya menatap wajah wanita itu dengan kesal, di pikirannya hanyalah ini semua terlalu cepat.

Amsal bergerak mendekati wanita yang sudah menangis sesegukan itu sembari berkata beberapa kalimat sadis kepada calon istrinya.

“Entahlah semua jawaban ada pada diriku, biadap.”

“Stttt,” Amsal menaruh jari telunjuknya pada bibir manis Jasmin.

“Jangan berkata apapun karena kamu layak mendapatkannya.”

Amsal pergi begitu saja meninggalkan wanita yang malang itu dengan sesegukan dan juga hati yang bimbang. Sebelum Amsal benar-benar meninggalkan Jasmin kini dia membuat Jasmin bungkam seribu bahasa lagi.

“Aku tahu ini berat, tetapi demi masa depan mu dan juga anak sialan itu.”

Amsal pergi dan mencoba tersenyum dengan manis kepada tamu yang sudah berada di luar menunggu kedatangan Jasmin.

Jasmin kini sedang meratapi nasibnya dia melihat ke arah jendela, rasanya sungguh sial bukan? Ketika melihat dirinya memakai gaun putih ini, dimana aturannya dia memakai kemeja untuk menuntut ilmunya.

Lagi dan lagi dia menghapus jejak Ari mata itu mencoba untuk tegar menghadapi semua kenyataan setelah malam yang dia lewati bersama pacarnya.

Jasmin mulai membuka jendela itu sepertinya dia akan melakukan apa yang di perintahkan oleh Amsal.

Amsal yang berada di bawah bersama dengan ustad dan juga ayah ibunya kini sudah dag-dig-dug di mana dia mengharapkan wanita itu pergi dengan sendirinya, semua orang sudah panik karena sudah setengah jam berlalu tetapi tidak muncul tanda-tanda Jasmin akan datang.

“Ibu, tolong jemput anak kita ke dalam kamarnya,” ucap Umar kepada Nurlela.

Nurlela segera menjalankan perintah suaminya kini dia melihat ke sekeliling ternyata sudah banyak sekali orang, dia berjalan melewati semua orang itu dengan pelan mulai melangkahkan kakinya menuju kamar putri mereka.

“Nak, ada apa?” Nurlela memeluk tubuh Jasmin yang sudah lemah sekali.

Jasmin hanya menangis dan memeluk ibunya, sungguh ini adalah salah satu hal yang begitu sulit baginya.

“Jangan menangis, ayok cerita kepada ibu.”

Jasmin masih diam.

“Tidak apa-apa, nak kamu harus menjadikan ini semua sebagai pelajaran.”

Jasmin kembali diam setelah ibunya kembali membuka suara, Mendengarkan semangat yang diberikan oleh Nurlela jelas membuat Jasmin merasa terhibur.

“Kalau begitu ibu duluan saja dan aku akan menyusul memperbaiki riasan ini.”

Jasmin menyerah dan kini dia memilih untuk mengikuti plot twist dalam hidupnya.

Perias segera memperbaiki make up yang sudah luntur itu. Bola mata dari Amsal seketika berbinar saat melihat Nurlela datang sendirian, di dalam hati dia seolah berkata dengan iblis.

“Yeah, apakah dia sudah pergi?”

“Ini adalah moment yang aku tunggu-tunggu.”

Dia menatap ke sekeliling dan hendak akan pergi seperti memasang skenario.
Tetapi langkah dari Nurlela dan juga perkataan nya membuat semua tamu yang hadir tenang.

“Mau kemana kamu?” tanya Luffman pada Amsal yang hendak ingin bergerak.

“Maaf, semuanya pengantin sedang berdandan sebentar lagi, mohon bersabar.”

Mendengarkan itu membuat hati Amsal tidak tenang lagi saat ini dia mencoba untuk pergi ke kamar dan mulai mengancam wanita itu tetapi naasnya semua sudah terlanjur.

Jasmin datang dengan wajah cantiknya dan juga bodynya yang bagus sepertinya semua tidak berjalan sesuai rancangan Amsal.

“Apakah kamu sudah siap?”

Ustad bertanya kepada Amsal dan mengengam erat tangan Amsal yang terasa dingin sekali.

Sebelum itu Amsal melihat sebentar ke arah wanita itu dan Jasmin hanya bisa memalingkan wajah nya melihat calon mertuanya.

“Sah?”

Tanya Ustad kepada semua tamu itu.

Tak lama kemudian semuanya tersenyum dan bukan untuk kedua orang yang menikah itu, mereka kembali menatap ke depan dengan tatapan kosong dan air mata yang mengalir.

“Sah.”

Sepertinya ini adalah takdir bagi mereka berdua.

***

Malam kini sangat dingin Jasmin yang sudah berada di rumah barunya kini menatap ke depan melihat hidangan makanan yang cukup banyak itu.

Luffman melihat bagaimana cara Jasmin melayani suaminya, dan yah seperti yang dia bayangkan Jasmin adalah sosok wanita yang berbakti dan taat kepada suaminya.

“Apakah kalian tidak ada rencana bulan madu?”

“Huajkk,” mereka berdua sama-sama ingin muntah ketika mendengarkan penuturan dari ayahnya itu.

“Ada apa? apakah itu salah?” tanya Luffman memandang istrinya.

Yeni tersenyum jangkrik dia meletakkan sendok makannya dan melihat mereka berdua.

“Apakah kalian akan bulan madu?”

Reflek mereka berdua saling menatap satu sama lain dan karena masih merasa malu Jasmin hanya diam menunduk, dan di saat itu pikiran Amsal menjadi pintar.

“Yah rasanya kami ingin secepatnya mengadakan bulan madu, ibu.”

Amsal memeluk istrinya dengan hangat, hati Jasmin sudah kembali tergerak lagi semoga ini menjadi awal yang baik bagi Jasmin dan juga Amsal.

“Yah? dan di mana lokasi yang kalian suka?”

“Apakah kalian suka Bali?” tanya Yeni

“Apakah kita kesukaan kamu sayang?” tanya Amsal.

Jasmin kini menjadi tujuan sorotan mata mereka bertiga, rasanya Jasmin seperti di sidang. Kini Jasmin menatap ke depan dan mengiyakan semua pertanyaan mereka.

“Terserah Amsal, Ma.”

Jasmin membuat keputusan yang benar dia menyerahkan semuanya kepada Amsal.

Pagi telah datang, Jasmin terkejut saat mengetahui bahwa tubuhnya kini berada di atas lantai tidak berselimutkan apapun.

“Kenapa?” tanya Jasmin sembari bangun melihat apa yang terjadi.

Jasmin menangis dan melihat perlakukan dari Amsal, dia kira amsal akan berubah semenjak kejadian tadi malam itu.

Suaranya membuat Amsal risih kini Amsal bangun dan mencoba mencengkram leher wanita itu.

“Kenapa pagi-pagi buta kamu sudah menangis seperti orang bodoh?” Kesal Amsal hingga mencengkram lehernya.

“Astaga.” ucap Jasmin hanya menangis tidak sanggup berkata apa-apa lagi.

“Bukankah ini yang kamu mau? Menikah dan sengsara bersama aku?”

“Hahahaha.”

Amsal tertawa sembari melepaskan cengkraman itu, Jasmin memegangi lehernya dan mencoba untuk bertanya apa maksud Amsal.

“Kenapa kamu tega kepada saya?”

“Karna bayi sialan itu.”

Degggg …

Suara jantung Jasmin kini berdetak kencang mendengarkan kata Sialan.

Menikah Rasa Berpisah

Menikah Rasa Berpisah

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Artist: Released: 2023
Rasa itu hilang saat ikatan cinta telah dikobarkan. Aku ingin menyesal tapi tidak mungkin aku mengajukan perceraian bukan? Keluargaku menjodohkan ku dengan lelaki yang tak pernah pulang malam dan tidak pernah menemaniku lagi. Entahlah! dia tidak mungkin menyewa wanita lain di luaran sana bukan? entah dia bosan atau tidak, namun yang pasti dia telah menyayat hati ini perlahan. Membuang rasa yang pernah dititipkan, dan meniadakan kata janji yang telah di ikrarkan.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset