loader image

Novel kita

Misteri Kematian Si Gadis Cupu – Bab 2

Misteri Kematian Si Gadis Cupu – Bab 2

Rahasia Sang Ibu
110 User Views

Bab 2 Rahasia Sang Ibu

Mutia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa pergi dari tempat neraka dunia itu.

Tubuh kedua pasangan tak bernyawa itu dia keluarkan dari dalam mobil dan Mutia mencoba menghidupkan mesin mobil tersebut. Dengan melajukan mobil dengan cepat, akhirnya dia berhasil menjauhi dan meninggalkan tempat terkutuk itu. Dia sama sekali tidak mengetahui seringai kejam dan menjijikkan terpampang jelas dari wajah pria psikopat itu.

Satu jam lamanya dia mengendarai mobil sedan berwarna hitam itu dan untuk mengusir rasa takutnya, Mutia mencoba menghidupkan audio musik.

Tiba-tiba matanya menangkap sebuah kartu pengenal yang tergantung pada kaca spion tengah. “Roni Sanjaya Makmur. Umur 21 tahun. Jalan Cempaka Kunti. Driver online,” ucapnya dengan pelan.

Mutia merasa tempat itu sangat familiar buatnya. Namun, dia lupa dimana tepatnya alamat itu berada. Ketika menoleh ke samping tempat duduknya, dia melihat sebuah tas wanita berwarna merah.

Mutia masih dalam keadaan fokus menatap ke depan. Tangan kiri mencoba menggapai tas merah tersebut. Sampai akhirnya dia menemukan sebuah dompet yang di dalamnya juga berisi tanda pengenal diri dari wanita yang telah terpenggal tadi.

“Icha Kemala Lestari. Usia 29 tahun. Alamat Cempaka Kunti. Pekerjaan swasta.” Dengan samar-samar Mutia mencoba membaca isi dari KTP wanita itu.

Dalam kesendirian, lagi-lagi Mutia bergumam begitu penasaran. “Kenapa alamat keduanya bisa sama? Apa ini hanya kebetulan?” Dengan mengernyitkan dahinya, Mutia berkata demikian.

“Tidaaakkk!!” Mutia berteriak histeris.

Rem sama sekali tidak berfungsi. Beberapa kali dia mencoba menekan pedal rem disamping gas. Namun, tetap terasa ringan dan kosong.

Braaaakk!

Dua sosok di depannya tertabrak kuat dan tubuh keduanya terlindas ban mobil.

Tubuh Mutia begitu sangat terguncang karena mobil masih terus melaju kencang. “Siapa tadi? Apa … apa mereka baik-baik saja?” tanya Mutia dengan rasa ketakutan yang tinggi.

Ingin rasanya dia menghentikan kendaraan ini. Namun, apa daya mobil terus saja berjalan dengan kencangnya. Ketika Mutia asyik dengan segala ekspektasinya, tanpa sadar mobil sedan tersebut telah berada dibibir jurang.

Dengan nafas yang tersengal-sengal, Mutia sudah tak kuasa lagi membendung keinginan alam bawah sadarnya untuk pingsan.

Dhuaaarr!!

Suara ledakan seperti bom terdengar keras di dasar jurang itu. Sekelebat bayangan hitam segera keluar bersama tubuh seorang gadis dari dalam sedan tersebut pada detik-detik akan meledak. Ternyata bayangan hitam itu telah mengikuti Mutia sejak dari dia tersesat di sebuah pemakaman tua.

Sosok bayangan yang sama sekali tidak bisa membantu Mutia ketika masih dalam pengejaran kepala-kepala buntung sebelumnya.

“Sungguh malang nasibmu, Mutia. Seandainya saja ….,” gumam sosok misterius itu tanpa melanjutkan perkataannya.

“Mau kau bawa kemana bocah tersebut? Berikan dia kepadaku!” bentak seseorang yang berdiri diatas bibir jurang.

Sosok hitam tampak terkejut. Dia tidak menyangka akan diikuti sampai sejauh itu oleh pria pemilik kapak besar. Tanpa mempedulikan ucapan pria tersebut, sosok itu lantas berlari ke dalam hutan yang sangat lebat. Sambil membopong seorang gadis pada bahu sebelah kanannya.

Melihat hal itu, pria diatas tebing tersebut segera melompat ke bawah jurang sedalam belasan meter dengan sungai deras terlihat di dasarnya. Kejar-kejaran terus terjadi di dalam hutan luas itu dan tidak terasa setengah jam telah berlalu. Secara perlahan sosok itu mulai terkejar oleh pria kekar yang terus memikul kapak kesayangannya.

Sosok yang mengendong tubuh Mutia membatin, ‘Terpaksa aku mengembalikanmu saat ini juga, Mutia. Padahal ada beberapa hal penting yang ingin aku utarakan kepadamu. Tapi, ya sudahlah … Semoga kita memiliki kesempatan bertemu kembali suatu ketika nanti,’ ucapnya dengan mimik wajah sedih dan penuh arti.

Dia lalu berhenti dan menurunkan tubuh Mutia tepat di bawah sebuah pohon rindang. Sambil menatap wajah Mutia, sosok itu merapalkan suatu ucapan yang hanya dia sendiri saja yang bisa mendengar dan mengerti.

Tiba-tiba tubuh Mutia menghilang dari pandangan. Sedangkan pria berkapak tadi langsung menatap sosok hitam tersebut dengan bola mata yang hampir keluar dari tempatnya.

“Kurang ajar! Kemana kamu pindahkan dia, hah?” hardik pria kejam yang barusan berada di dekat sosok misterius itu.

Dengan senyum menyeringai, sosok itu tidak mempedulikan ucapan pria itu dan menghilang begitu saja.

****

“Mu … Mutia! Bangunlah, Mutia. Ibu tidak bisa menghampirimu, Nak.” Sebuah suara terdengar dari dalam sebuah rumah sederhana yang letaknya di pinggir kota.

Sejak tadi wanita paruh baya yang tengah berbaring di atas ranjang berteriak dengan suara parau dan terlihat dipaksakan.

Karena belum juga mendapatkan tanggapan dari putri kesayangannya, wanita itu berkata di dalam hatinya, ‘Maafkan Ibu, Mutia. Semuanya ini adalah salah Ibu. Seandainya saja waktu bisa kembali terulang,’ batinnya sambil meneteskan air mata penyesalan.

Tubuh perempuan tua itu terus terbaring diatas ranjangnya. Hanya kelopak dan bola matanya yang bisa bergerak pelan. Ingin rasanya dia menghabisi sendiri nyawanya yang hanya bisa hidup dengan belas kasih sang putri dan beberapa tetangganya selama ini.

Sakit dan kutukan ini membuat dia tidak bisa menggerakkan anggota tubuh lainnya, bahkan sekedar mengangkat sebiji jarinya sendiri.

Wanita itu bernama Amelia. Dia adalah Ibu kandung dari Mutia sendiri. Beberapa tahun belakangan ini, dia mengalami stroke berat sehingga tubuhnya terus berbaring lemah sepanjang hari.

Dan yang anehnya lagi, setiap dia buang hajat besar kotoran tersebut bercampur dengan beberapa ulat dan belatung. Selain itu, keseluruhan kulitnya di penuhi sisik-sisik tipis berwarna kegelapan. Warga sekitar yang merasa prihatin dengan keadaan dan kehidupan ibu dan anak tersebut berupaya membantu sebisanya.

Ketika dibawa ke puskesmas dan rumah sakit sekalipun hasilnya tetap nihil dan penyakit Amelia tidak berangsur pulih.

Beberapa kalinya juga warga yang masih perduli itu mendatangkan orang ahli dalam bidang pengobatan tradisional. Tetap semuanya percuma karena penyakit tersebut bahkan lebih parah menimpah Amelia.

Akhirnya mereka semua berinisiatif untuk memberikan bantuan berupa hal lainnya. Yaitu mengantarkan keperluan harian buat keduanya termasuk uang jajan dan biaya sekolah. Masyarakat mengumpulkan uang iuran semampunya mereka. Dan ketika Mutia pergi untuk bersekolah, mereka secara bergantian menjaga Amelia dengan ikhlas.

Ingin meminta bantuan kepada pemerintah setempat sulit dan rasanya sangat mustahil karena hal ini pernah sebelumnya mereka lakukan. Bukannya mendapat apa yang mereka inginkan, mendengar permintaan mereka saja tidak. Selain dihalang-halangi, pernah sekali salah satu dari penduduk itu diusir oleh pejabat yang berwenang.

****

“Dimana aku? Tempat apakah ini? Apakah aku telah mati?” gumam Mutia sambil menoleh kesana-kemari.

Mutia melihat sebuah perkampungan asing karena baik dari wajah maupun cara berpakaian orang-orang ini! Sangat jauh berbeda dari biasanya yang ditemui gadis pendiam ini.

Tiba-tiba dia didatangi seorang pria sebaya ibunya. Pria paruh baya ini menyapa dan menawarkan bantuan. Mutia yang aslinya lugu dan culun itu segera menyahuti dengan beberapa kali anggukkan kepalanya pertanda setuju.

Di dunia asing dan antah berantah ini, Mutia sama sekali tidak memiliki sebuah pilihan lainnya. Mau tidak mau dia pun menerima tawaran pria asing tersebut.

Misteri Kematian Si Gadis Cupu

Misteri Kematian Si Gadis Cupu

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Cerita ini mengisahkan seorang gadis yang selama ini terkesan dingin dalam kesehariannya yang suka menyendiri dan banyak diam. Menjelang jam bel berbunyi, pertanda waktu istirahat bagi siswa-siswi. Tiba-tiba terdengar sebuah teriakan keras yang berasal dari belasan murid. Tepatnya di ruangan sebelah kelas Nara. Ruang kelas tersebut kebetulan berada disamping sebuah ruang yang dijadikan gudang yang selama ini terbengkalai sejak kejadian tiga bulan yang lalu. Nara perlahan-lahan berjalan keluar dari kelasnya dan menghampiri ruang kelas sebelah yang terdapat belasan siswa sedang mengalami kesurupan. Bukannya berhenti, Nara masih melanjutkan langkahnya menuju depan pintu gudang terbengkalai tersebut. "Nara jangan kesana!" teriak salah satu guru yang tiba-tiba merasakan sesuatu hal yang aneh terjadi pada saat ini. Karena kejadian ini selalu berulang-ulang setiap minggu tepatnya pada hari Kamis. Bagaimana kisah selanjutnya? Mari saksikan kelanjutan yang sebagian penulis angkat dari kisah nyata dan dari beberapa narasumber yang terpercaya.

Comment

  1. Virgo Vivi says:

    keren… baru 2 bab aja udah dapat feelnya

    1. Mel_Cantik says:

      Makasih udah mampir kak..dtunggu cerita selanjutnya ya 🥰🙏

  2. Seram dan sangat menegangkan thor. Gila banget! Kasihan melihat Mutia. Semoga dia selamat😭

    1. Mel_Cantik says:

      Aamiin 🤲🤲 semoga Mutia baik-baik aja ya kak 😇😇

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset