loader image

Novel kita

Murid Berkepribadian Ganda – Chapter 13

Murid Berkepribadian Ganda – Chapter 13

Buku Yuki (Festival Sekolah) : Kekacauan
82 User Views

Chapter 13 – Buku Yuki (Festival Sekolah) : KekacauanĀ 

Aku menelan ludah sebentar lalu melihat ke arah belakang. Terlihat seorang siswa yang ternyata adalah Jiro, temanku.

“Ehhh….. Jiro, main asal pegang pundakku, mengagetkan saja.” Aku berucap sambil menunjukkan ekspresi panik.

“Ya, maaf, kamu dengar suara itu?” tanya Jiro.

“Ya bunyi lonceng seperti yang dahulu kita alami, tetapi lebih keras,” jawabku.

“Nah, oleh karena itu, ayo buruan lari,” katanya dengan nada panik.

Saat ingin membalas perkataan Jiro, tiba – tiba, terdengar suara keras tertawa mirip kuntilanak…….

Hihihihiihiihihihihihihihi

Terlihat muka pucat dari Jiro. Detak jantungku juga terasa cepat. Jiro segera menarik paksa tanganku dan bergerak lurus ke depan.

“Ehh, kita mau ke mana?” tanyaku sambil berlari mengikuti Jiro.

“Mungkin, kita aman kalau keluar sekolah lewat gerbang utama,” jawabnya.

Aku berulang kali melihat ke arah kanan dan kiri sambil terus berlari. Terlihat samar – samar siswa – siswa yang berlarian. Entah mengapa suhu berubah dratis dari awalnya panas lalu berubah menjadi hawa dingin, sungguh terasa aneh.

Aku berpikir ini adalah tragedi terbesar yang mungkin disebabkan oleh bayangan hitam. Sudah muncul dua tanda yang biasanya terjadi ketika ada bayangan hitam. Pertama suara lonceng atau bel, kedua suara tertawa yang biasanya adalah suara mirip kuntilanak dan mungkin yang terakhir adalah kabut tebal.

“Dari mana kamu tahu kalau kita bakal aman jika di luar?” tanyaku.

“Ya, entahlah, lebih baik kita bergerak daripada kita di sini,” balasnya.

Aku sedikit terkejut mendengar perkataan bijak dari si Jiro. Tidak seperti biasanya, Jiro seperti ini. Aku menghentikan langkahku.

“Eh ini kok, berhenti mengapa?” tanya Jiro.

“Kamu siapa, Jiro tidak biasanya bijak seperti ini?” tanyaku balik sambil bersiap dengan mode bertarung.

Aku melihat dengan saksama diri Jiro mulai dari kepala sampai ke kaki. Sepertinya tidak ada yang berbeda hanya mungkin nafasnya yang terlihat berat.

“Aduh…. kamu menganggapku seperti apa,” ucapnya sambil menghela nafas.

“Ini hanya bentuk permintaan maafku saja, dua hari yang lalu, aku meninggalkanmu sendirian,” katanya lagi dengan ekspresi yang tampak menyakinkan.

Aku kembali melihat dengan saksama diri Jiro mulai dari kepala sampai ke kaki. Sepertinya hanya firasatku saja.

“Ya udah, sepertinya kamu memang Jiro, lebih baik kita bersama daripada sendirian.”

“Nah, seperti itu ayo,” ajaknya.

Aku kembali berlari bersama Jiro mencari jalan keluar. Suasana sekitar mulai berkabut. Detak jantungku rasanya berdebar sangat cepat. Keringat dingin bercucuran dari badanku.

Ada beberapa jalan keluar dari sekolah diantaranya gerbang utama sekolah dan gerbang samping kiri sekolah. Jika dari lapangan tempat pertarungan sebelumnya maka yang paling dekat adalah gerbang sekolah.

Kami masih terus berlari mengikuti jalan yang diingat untuk menuju ke gerbang sekolah. Kabut makin tebal yang sedikit demi sedikit menghalangi pandangan.

Beberapa kali aku mendengar ada teriakan misterius entah dari mana asalnya. Sepertinya teriakan itu mirip dengan orang yang telah terasuki oleh bayangan hitam. Teriakan tersebut makin membuat lelah dan menambah berat tubuhku tidak terkecuali bulu kuduk ikut berdiri. Tidak beberapa lama kemudian, aku melihat dari balik kabut sebuah gerbang sekolah.

“Ehh, Jiro, kamu coba lihat Itu, bukankah itu gerbang sekolahnya?” tanyaku sambil menunjuknya.

“Ya, sepertinya itu memang gerbang sekolah, ayo segera ke sana Yon,” balas Jiro sembari melihat arah yang aku tunjuk sebelumnya.

Langkah kaki terasa lebih ringan setelah melihat gerbang sekolah tadi. Namun, kabut pun makin tebal, dalam beberapa menit saja kabut sudah memenuhi area sekitar sehingga pandangan yang terlihat tampak kabur, tidak terkecuali gerbang yang sebelumnya.

“Eh Jiro gerbangnya ada di sebelah mana ya? Seharusnya ada di sebelah sini bukan?” tanyaku.

“Ya benar juga Yon, kok tidak ada, seharusnya memang ada di sekitar sini.”

Aku masih bergerak memutari area ini untuk mencari keberadaan gerbang itu. Tidak terkecuali, Jiro juga melakukan hal yang sama seperti diriku. Namun, aku berusaha tidak terlalu jauh dengan Jiro dalam mencarinya agar tidak terpisah. Perasaanku juga makin tidak keruan.

Setelah beberapa menit menurut perhitunganku, aku dan Jiro masih belum menemukan keberadaan gerbang sekolah tersebut. Terlihat Jiro sedang memasukkan tangannya ke dalam saku. Ternyata dia sedang mengambil smartphone lalu melihat layar hidupnya.

“Yon, coba lihat ini,” ucapnya sambil menunjuk ke arah layar kanan atas smartphone.

“Eh tidak ada sinyal,” kataku dengan kaget.

“Tidak hanya itu lihat waktunya jam 10.50, ini sepertinya masih sama seperti sebelumnya,” ujar Jiro sambil menunjuk ke arah layar kiri smartphonenya.

“Hmmm, benar juga, aku coba cek smartphoneku dahulu,” balasku.

Aku mengambil smartphone yang berada di saku kanan celana lalu mengeceknya. Ternyata tidak ada sinyal juga, seharusnya wilayah sekolah kami termasuk wilayah yang memiliki sinyal stabil jadi hampir mustahil tidak ada sinyal.

Tidak hanya itu waktu juga terlihat seperti berhenti, waktu yang ditunjukkan smartphoneku saat ini adalah 10.50. Seharusnya, menurut perhitunganku, kami sudah berjalan lebih dari 10 menit sehingga waktu menunjukkan pukul 11.00. Hal ini seakan menunjukkan kepada kami bahwa waktu terasa berhenti.

“Aduh, bahaya juga ini,” kata Jiro.

“Benar juga,” balasku.

Saat itu, aku kembali mengingat perasaan kurang nyaman yang aku alami sebelum bertarung melawan ketua OSIS, mungkin ini hasil dari perasaan tersebut. Aku sempat berpikir bahwa kekalahan melawan ketua OSIS adalah kejadian buruk yang akan terjadi. Namun, ternyata tidak, mungkin hal inilah kejadian buruk itu, tidak lain dan tidak bukan insiden besar kali ini yang kemungkinan disebabkan oleh bayangan hitam.

“Eh Yon, kalau sudah begini biasanya, ada rasukan bayangan hitam kan,” ucap Jiro dengan nada takut.

Seketika aku kembali disadarkan oleh perkataan Jiro. Terasa nyata perasaan buruk yang menghampiri. Aku melihat sekeliling area sekitar, aku merasa akan ada sesuatu yang datang. Terlihat Jiro melakukan hal yang sama denganku.

Tidak butuh waktu lama, aku melihat ada tangan bayangan hitam padat yang mengarah ke arah belakang Jiro.

“Awas dari belakangmu, Jiro,” ucapku sambil mengambil pedang kayu yang berada di saku pedangku.

Dengan gerakkan yang cepat, aku menarik tangan kiri Jiro menggunakan tangan kiriku dan menggunakan pedang kayu untuk menangkis serangan tersebut. Kami mundur sedikit ke belakang.

Setelah itu, aku melihat sesosok manusia bermata merah yang berselimut bayangan. Mungkin dia yang tadi menyerang.

“Hwraaaaaaaaaaaaaa,” raungan sosok itu yang sedikit terasa menusuk di telinga.

Aku berusaha melihat dengan saksama wajah sosok itu untuk mengidentifikasi. Namun, makin aku menatapnya maka makin berdetak keras jantung dan nafas pun terasa makin cepat.

“Aaaaaaaaaaaaaa,” teriak Jiro sambil berlari menjauhiku.

Dengan perasaan ragu antara melawan makhluk itu atau menyusul Jiro, akhirnya aku memutuskan untuk menyusul. Aku segera berlari menyusul Jiro.

“Eh Jiro tunggu sebentar, mengapa kamu lari?” tanyaku.

“Ya jelas lari, kamu mau terluka bahkan mati karena sosok itu,” balas Jiro.

Ada perkataan yang benar dan ada yang salah juga dari apa yang dikatakan. Beberapa kasus akibat bayangan hitam ada yang membuat seseorang sampai terluka seperti Miru, tetapi untuk saat ini belum ada yang sampai meninggal.

“Tunggu bukan seperti itu, maksudku lebih baik kita lawan orang yang terasuki itu, seperti kasus bayangan hitam beberapa bulan lalu di mana kita berhasil keluar dari kabut ini dan kembali ke tempat asal kita dengan mengalahkan makhluk itu.”

Jiro masih terus berlari, tidak membalas perkataanku. Aku sesekali menengok ke belakang. Ternyata sosok itu masih mengejar kami. Nafas makin terasa berat membuatku makin merasa tidak kuat untuk berlari.

“Kalau begitu bukankah, kau bisa mengalahkan makhluk itu sendiri seperti beberapa bulan yang lalu dan hari ini juga kamu bisa mengalahkan ketua OSIS, mungkin kamu bisa mengalahkan makhluk itu,” katanya dengan kesan menyakinkan.

Ada beberapa hal yang tidak diketahui oleh Jiro. Beberapa kali aku berhasil mengalahkan orang yang terasuki bayanyan hitam karena bantuan Ireng. Begitu juga, hari ini dimana keberhasilan melawan ketua OSIS juga berkat bantuan Ireng.

Namun, aku tidak bisa bilang hal itu untuk saat ini, sesuatu mengenai diriku yang lain masih harus dirahasiakan.

“Entahlah, aku juga merasa hal yang aku lakukan hanya kebetulan seperti mengalahkan orang yang terasuki bayangan hitam beberapa bulan lalu bahkan hari ini, kamu melihat pertarunganku kan, beberapa kali aku kesusahan menghadang serangan OSIS hanya kebetulan,” kataku dengan panjang.

Kembali Jiro seakan tidak membalas perkataanku. Sesekali aku melihat ke arah belakang dan ke arah Jiro. Terlihat Jiro beberapa kali melihat ke belakang. Saat itu juga Jiro seperti menambah kecepatannya dalam berlari. Sosok itu mungkin masih mengejar kita dan makin dekat.

“Bagaimana kalau seperti ini, kamu membantuku untuk melawan sosok itu, tidak ada cara lain. Sosok itu terus mengejar dan makin dekat. Walaupun kita terus berlari sosok itu pasti berhasil mengejar kita,” ucapku dengan lebih menyakinkan.

Terlihat raut wajah yang sedikit berbeda setelah mendengar perkataanku. Jiro melihat dengan wajah serius ke arahku sambil terus berlari.

“Terus bagaimana cara kita melawan sosok itu?” tanya Jiro kepadaku.

“Aku akan terus menyerangnya dengan teknik pedang petirku, sementara kamu membantuku dengan menyerang menggunakan apimu dari jarak jauh. Setelah aku menemukan waktu dan kondisi yang tepat, aku akan menyerang bagian belakang punggungnya,” balasku.

“Ehhh. Terdengar sederhana sekali ya, tetapi untuk saat ini kita lakukan hal itu,” katanya dengan semangat.

Hatiku sejenak terasa lega mendengar perkataan Jiro. Namun, mulai dari sekarang akan terasa berat dan menguji adrenalin. Fokus yang tinggi diperlukan untuk bisa mengalahkan orang yang terasuki itu.

“Siap ketika hitungan ketiga, kita berbalik dan langsung menyerangnya. Kamu menggunakan serangan api jarak jauhmu sementara aku akan maju dan menyerangnya dengan pedang petir. paham?” tanyaku.

“Oke,” balas Jiro sambil mengacungkan jempol.

1…… 2…… 3……

Aku langsung berbalik arah dengan menghadap sosok itu. Saat itu, aku salurkan energi di kedua kaki dan pedang kayu dengan elemen petir. Hal ini dapat membuatku bergerak dengan lebih cepat sekaligus melancarkan serangan.

Tidak membuang waktu, aku segera bergerak ke depan untuk melancarkan serangan.

“Elemen api, bola api.”

Terdengar suara Jiro yang telah mengeluarkan jurus apinya. Bola api itu segera menuju ke orang itu tetapi berhasil ditangkis oleh tangan bayangan.

Dalam waktu bersamaan, aku mengayunkan pedang dari samping kiri ke arah pundak orang itu. Namun, tangan bayangan itu bergerak cepat mencegah seranganku. Aku sedikit terlempar ke belakang.

“Gion,” kata orang yang terasuki bayangan hitam dengan geram.

“Hah!”

“Eh Gion sepertinya dia tadi menyebut namamu,” ucap Jiro yang berada beberapa meter di sebelah kananku.

Aku sedikit mengetahui nada suara orang itu. Kembali aku berusaha melihat dengan saksama wajah sosok itu untuk mengidentifikasi seperti sebelumnya.

“Kamu adalah ………”

Murid Berkepribadian Ganda

Murid Berkepribadian Ganda

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Gion seorang siswa kelas 7 di salah satu SMP menyadari akan keanehan dalam dunia tempat keberadaannya yang penuh akan kekuatan super dan mistis. Keanehan - keanehan yang terjadi dibuktikan dari mulai insiden di kelas 7, teror rasukan bayangan yang paling terkenal dan meresahkan, 13 misteri umum di sekolahnya, dan bahkan kehadiran kepribadian lain dalam dirinya. Ternyata misteri dan kejadian yang terjadi di sekitarnya saling berhubungan erat dan berkesinambungan satu sama lain yang dapat mengungkap tabir rahasia dunia. Rahasia dunia apa yang sebenarnya akan diungkap?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset