Saat ini aku berada di lorong sekolah. Di depanku ada sesosok manusia bermata merah yang berselimut bayangan hitam. Wajahnya pun penuh ditutupi oleh aura hitam sehingga tidak terlihat jelas. Ada pula beberapa tangan bayangan tetapi asalnya bukan dari belakang punggung melainkan dari bahu dan badannya.
Dia seperti berbeda dengan orang – orang yang telah terasuki bayangan selama ini. Sosoknya sungguh terasa mencekam. Yaa …. Mungkin dialah dalang di balik semua insiden bayangan hitam yang terjadi.
Tubuhku gemetar tidak keruan. Keringat mulai bercucuran. Walaupun ditemani oleh seseorang di sebelah, itu hanya melunturkan sedikit warna rasa was – was.
“Kamu tidak perlu ikut campur biar aku yang menghadapinya.”
“Tidak, aku akan membantu,” balasku.
Tiba – tiba, ada serangan cepat dari tangan bayangan sosok itu.
Duarrrrrrrrrrrrrrrrr
******************
Kembali ke dua jam sebelum kejadian itu. Saat ini, aku masih melawan orang yang terasuki oleh bayangan hitam bersama Jion. Orang yang telah terasuki bayangan tersebut seperti menyebut namaku.
Setelah mendengar saksama dan mengolahnya lagi di dalam pikiran, aku sedikit mengetahui nada suara orang itu. Kembali aku berusaha melihat dengan saksama wajah sosok itu untuk mengidentifikasi seperti sebelumnya.
“Kamu adalah Bayu,” ucapku dengan rasa heran.
Terbayang sedikit ingatan di pikiranku, beberapa hari yang lalu, aku pernah bertarung dengannya, bukan bertarung dengannya yang asli, tetapi ketika dia telah dirasuki bayangan hitam. Saat itu juga pertama kalinya, aku seorang diri mengalami insiden bayangan hitam.
“Bayu, siapa?” tanya Jiro.
“Aku pernah cerita bukan, beberapa hari yang lalu saat diserang sendiri oleh orang yang terasuki, dialah orangnya.”
Aku menengok sedikit ke arah Jiro, ekspresi wajah yang ditunjukkan seperti berusaha mencerna apa yang baru saja didengar. Mungkin, berusaha untuk mengingat kembali kejadian yang lalu.
“Jadi begitu, dia orangnya,” ucapnya dengan nada keyakinan.
Ada yang aneh sedang terjadi. Mengapa?
Ini pertama kali ada orang yang pernah kerasukan beberapa kali. Berdasarkan hasil penelusuran diriku dan kelompok penyelidikan, selama ini, kasus terkait insiden bayangan hitam hanya dialami beberapa orang dan setiap orang yang sebelumnya pernah dirasuki tidak pernah mengalami kejadian kerasukan lagi. Namun, kali ini berbeda.
“Gion, kalau sudah pernah kerasukan bukannya tidak akan terasuki lagi, ya?” tanya Jiro dengan penasaran.
“Ya seharusnya begitu tetapi ini……..”
Belum selesai aku berbicara tiba – tiba tangan bayangan milik bayu menyerangku. Dengan cepat, aku mencodongkan badan ke arah kiri sehingga berhasil menghindari serangannya.
“Aku belum selesai bicara, kamu udah seenaknya menyerangku,” celotehku kepada bayu yang terasuki.
Kabut masih terlihat tebal. Saat ini diriku hampir tidak kuat dalam menopang tubuh. Mungkin efek berlari sebelumnya dan pertarungan melawan bayu yang telah terasuki oleh bayangan.
“Gion, bagaimana ini?”Jiro bertanya dengan terengah – engah.
Orang yang terasuki bayangan hitam jelas memiliki kekuatan yang berlipat. Tidak hanya itu, berbeda dengan orang biasa, dia tidak bisa berpikir secara logika dan menyerang dengan brutal, sehingga yang dapat dilakukan hanya melawan atau lari. Jika memilih melawannya tentu harus berjuang ekstra tinggi, jika menang syukur, ketika kalah nasib. Lari juga bisa dipilih, tetapi sama halnya ketika bertarung kelelahan juga yang akan didapat.
Berdasarkan hasil penyelidikan tim yang telah dibentuk dengan Tasya sebelum akhirnya dilarang oleh OSIS, cara yang dapat dilakukan untuk mengalahkan orang yang terasuki bayangan hitam adalah menyerang tengah punggungnya sebagai pusat bayangan hitam berada. Hal itu memang terbukti dari beberapa kasus yang kami alami beberapa bulan lalu dan yang baru aku alami beberapa hari lalu.
“Tidak ada cara lain, yang harus kita lakukan saat ini adalah menyerang punggungnya untuk mengembalikan dirinya, seperti yang biasanya terjadi,” balasku.
Saat itu juga dari punggung bayu muncul lagi tangan bayangan, sekarang jumlahnya sudah menjadi sebanyak 4 bayangan.
“Waduh tambah lagi tangan bayangan, Yon, aduh bagaimana nih,” ucap Jiro dengan panik.
“Yang penting kita harus bersiap – siap, sepertinya tangan bayangan itu akan bergerak menyerang kita.” Aku berkata untuk mengingatkan Jiro.
Benar saja tidak lama kemudian, tangan bayangan itu mulai menyerang. Masing – masing dua tangan bayangan tersebut menyerang kami dari arah kanan dan kiri. Beruntungnya, kami berhasil menghindari serangan dari tangan bayangan tersebut, sempat aku hampir kehilangan keseimbangan.
“Hwraaaaaaaaaaaaaa,” suara raungan orang yang terasuki tadi.
Raungannya cukup keras seakan menandakan amarah karena kegagalannya menyerang kami. Sorot mata orang yang terasuki bayangan juga makin merah terang. Tubuhku gemetar tidak kebayang.
“Awas, ada yang menyerang dari belakang kalian.”
Jantung rasanya ingin lepas. Kalau diibaratkan dapat menggunakan dua peribahasa yaitu seperti petir petir di siang bolong dan sudah terjatuh tertimpa tangga. Aku kaget bukan karena mendadak ada suara Ireng, tetapi arti perkataan yang diucapkannya.
Aku langsung menoleh ke arah belakang. Terlihat ada tangan bayangan besar menyerang yang jaraknya sudah berada beberapa meter menurut penglihatan dan perhitunganku.
Seharusnya, aku mencoba untuk berbicara, mengingatkan Jiro. Namun, saat itu aku tidak dapat berpikir jernih dan bertindak berdasarkan naluri. Langsung saja aku dorong bahu jiro dari arah depanku. Dalam waktu bersamaan, aku juga menggerakkan badanku ke arah belakang untuk menghindari serangan mendadak dari tangan bayangan.
Duarrrrrrrrr
“Aduh hampir saja,” kata Jiro dalam posisi duduk sambil memandang tangan bayangan menancap tanah di depannya.
Tidak ambil pusing, aku langsung menyalurkan energi Yume di kedua kaki dan pedang kayu dengan elemen petir lalu mengayunkan pedang dari arah kiri untuk menghancurkan tangan bayangan itu. Terlihat dengan jelas, tangan bayangan hilang akibat seranganku.
Aku mengarahkan pandanganku ke arah serangan tangan bayangan tadi. Saat itu tampak orang yang memiliki aura hitam, terasuki bayangan hitam juga seperti bayu, tetapi postur tubuhnya berbeda. Posisiku saat ini membelakangi Jiro sambil mengangkat pedang di depanku untuk berjaga – jaga dari serangan seperti sebelumnya.
“Kamu tidak apa – apa kan, Jiro?” tanyaku.
“Ya, terima kasih, tetapi setidaknya kamu tidak perlu mendorongku kan,” ucapnya sambil berdiri.
“Kalau itu maaf ya, kalau aku terlambat sedikit saja bisa bahaya kan,” balasku dengan terengah – engah.
“Hmmm, kamu ada benarnya juga,” balas Jiro lagi sambil membelakangiku dan pandangannya tertuju ke Bayu, orang yang terasuki bayangan.
Aku merasakan hembusan napas makin berat, tidak terkecuali Jiro, terdengar sama juga di telingaku. Kabut yang terlihat bukannya makin sedikit justru makin tebal, bertambah banyak.
Situasi yang terjadi bagaikan , genting. Melawan satu saja sudah susahnya minta ampun, apalagi dua.
“Hwaaaaraaaaaaa,” raungan bersamaan dua sosok yang terasuki bayangan seperti menandakan akan melakukan serangan.
Tidak berselang lama, ketika aku yang bersiap menerima serangan mereka, tiba – tiba mendengar suara merdu, tidak, lebih mirip nyanyian.
Dalam dunia ini, kita berjalan menjelajah. Menaklukkan kejahatan dengan semangat yang membara.
“Yon, kau mendengarnya kan?” tanya Jiro dengan nada senang.
“Ya, terdengar dengan jelas,” balasku dengan memberikan senyum lebar.
Seperti panah meluncur, cita-cita melambung tinggi.
Hati penuh api, tuk menggapai bintang terang.
Hati rasanya tenang mendengar suara yang indah ini. Jika diibaratkan maka seperti ……. Lagu itu yang masih terus bergema, terdengar di dalam telinga.
Semangat itu ibarat ombak yang menggulung.
Menerjang rintangan, membela yang benar.
Kita adalah pasukan cahaya, melawan kegelapan.
Menjelajahi dunia dengan semangat yang tak padam.
Sinar mirip mentari mulai terpancar jelas, masuk ke dalam kabut. Perlahan kabut berangsur mulai hilang. Orang yang terasuki bayangan hitam mendadak diam dan tidak melakukan apa pun, seperti melongo akan kemerduan lagu yang bergema.
Di dalam gelap, kita adalah bintang yang bersinar.
Memancarkan kebaikan, memupuk persatuan.
Seperti pelangi yang terbentang, warna-warni berpadu.
Meneguhkan tekad, tak terkalahkan oleh kejahatan.
Kabut telah hilang, tampak juga gerbang sekolah yang sebelumnya hilang, tetapi daripada itu, aku lebih tertarik dengan suara ini. Aku mulai bergerak lurus, mencari suara merdu yang masih terus dilantunkan. Satu langkah, dua langkah, langkah ketiga lalu dilanjutkan dengan berlari. Suara merdunya makin terdengar jelas.
Semangat itu mengalir bagai sungai yang deras.
Aku berhenti dan menoleh ke arah kanan. Berada sekitar 20 meter dari jarakku, di atas lapangan yang sebelumnya menjadi tempat pertarungan festival, ada perempuan dalam posisi berdiri tegak melayang. Dia berparas cantik dengan tinggi kurang lebih 154 cm, memakai pakaian putih berompi cokelat dengan jubah biru, tampak juga matanya berwarna abu – abu muda dengan rambut panjang lurus berkibar seperti bendera. Sungguh, dia bisa diibaratkan bidadari yang muncul di sekolah.
Tidak lain dan tidak bukan, dia adalah Yuki. Nama lengkapnya adalah Yuki Mira Kusuma. Murid di sekolah ini memanggilnya pahlawan artis sekolah. Dia biasanya datang menjadi penolong sekolah ketika insiden berbahaya, misalnya bayangan hitam.
Menerobos kegelapan, menaklukkan segala bentuk malapetaka.
Masih dalam keadaan melantunkan sebuah lagu, tangan Yuki bergerak seperti dalam posisi menarik sesuatu. Seketika muncul anak panah beserta busur panah, dia menarik anak panah yang ada di busurnya, menembakkan beberapa kali anak panahnya mengarah ke orang – orang yang terasuki bayangan hitam. Anak panahnya mengenai bagian belakang punggung mereka. Saat itu juga, aura bayangan dari orang – orang itu menghilang. Yuki melakukan hal itu sambil terus bernyanyi, melantukan nada yang merdu.
Kita adalah pahlawan, memperjuangkan keadilan.
Menjelajahi dunia dengan semangat yang tak pernah pudar.
Kalimat terakhir yang dilantukan seperti menandakan akhir lagu. Yuki mendarat dengan elegan di atas lapangan sekolah. Tanpa kusadari, banyak murid tersebar acak di lapangan menatapnya penuh kekaguman dan memberikan tepuk tangan keras. Yuki membalas, melemparkan senyum manis dan khasnya kepada mereka.
Aku berusaha mendekat ke arah lapangan, merasa semua sudah kembali menjadi tenang, tetapi ada hal yang tidak terduga. Mata terbelalak, kaget bukan kepalang, ada energi hitam yang mengarah ke Yuki dengan cepat.
Duarrrrrrrr……….