loader image

Novel kita

Murid Berkepribadian Ganda – Chapter 7

Murid Berkepribadian Ganda – Chapter 7

Buku Yuki (Festival Sekolah) : Malam Part 1
82 User Views

Chapter 7 – Buku Yuki (Festival Sekolah) : Malam Part 1

Dengan langkah seratus, aku segera bergerak menjauhi pocong itu. Aku buka pintu ruang OSIS dan segera keluar dari tempat itu.

“Tunggu sebentar, Jiro, tidak setia kawan kamu!” teriakku sambil terengah – tengah.

Terlihat Jiro sedikit jauh meninggalkanku sendirian dengan pocong itu. Aku segera berlari mengejar Jiro.

Setelah beberapa menit, akhirnya aku berhasil mengejar Jiro. Jiro dan aku masih terus berlari.

“Hei, tega kau, meninggalkanku.” Aku berkata kepada Jiro sambil menepuk pundaknya.

“Ya, mau bagaimana lagi, aku kan takut sama begituan,” jawab Jiro.

Beberapa kali, aku melihat Jiro menoleh ke belakang. Sepertinya, untuk mengecek keberadaan hantu itu. Tidak lama kemudian, Jiro menghentikan langkahnya.

Aku ikut menoleh ke belakang juga. Tidak tampak adanya pocong di belakang. Aku ikut menghentikan langkahku.

Malam makin kelam, nafasku masih terasa berat dan terengah – tengah. Mungkin ini karena kita telah bertemu dua setan yaitu kuntilanak dan pocong. Sekarang, kami berada di sebuah lorong sekolah.

“Aku udah selesai dapat filenya, yuk buruan balik, nambah serem sekolah ini,” ujarku kepada Jiro sambil mengarahkan pandangan ke dirinya.

Terlihat muka Jiro tampak pucat basi. Pundakku lalu disentuh olehnya. Ekspresinya makin menunjukkan ketakutan.

“Yon, belakangmu ada itu,” ucapnya dengan nada ketakutan.

Mendadak, beberapa bulu kudukku berdiri. Aku beranikan diri untuk melihat ke belakang. Ternyata benar, ada kuntilanak di luar jendela lorong kelas. Sepertinya itu kuntilanak yang tadi kami temui di ruang kelas 7 D.

“Nak, kamu mau ke mana, hihihihi,” ucap kuntilanak itu.

Semua bulu kudukku langsung berdiri tegak. Aku mundur sedikit ke belakang menjauhi kuntilanak itu. Aku masih berhadap – hadap dengannya sambil aku mencoba menyentuh Jiro.

“Jiro, ayo buruan, kita lari,” kataku sambil mencoba meraih Jion.

Namun, aku tidak merasakan apa pun di belakang. Setelah melihat ke belakang, ternyata benar Jion sudah tidak ada di belakangku, terlihat sudah menjauh cukup jauh dariku.

“Ehhh…. Jangan tinggalin aku lagi!” teriakku.

***************

Kembali ke beberapa jam sebelum kejadian itu.

– 11 Oktober 2016 19.30 –

Walaupun sudah berada di rumah lebih tepatnya di kamar sendiri, masih ada perasaan yang kurang nyaman di hati, seperti akan ada hal buruk yang menimpaku hari ini. Sudah lewat beberapa hari yang lalu saat terakhir melihat sekebat bayangan lewat di jendela kelas. Aku sempat menanyakan kepada Jiro perihal hal tersebut. Dia justru sedikit marah dan menuduhku seakan menakuti.

Di kamar tidurku, aku berbaring di kasur sambil melihat obrolan teman – teman di aplikasi Line :

Tasya : Persiapan untuk besok, sudah siap semua atau belum?

Teman A : Sudah siap bu ketu.

Tasya : Yang lomba besok bagaimana?

Teman B : Siap 86 juga bu.

Teman AA : Ehhh, gaes, buku aku buat final story telling ternyata ketinggalan di kelas, waduh bagaimana nih?

Teman U : Loh yang benar?

Teman AA : Iya bener.

Teman U : Memang, benar harus butuh sekarang, loh gak punya file daring?

Teman AA : Iya punya, tetapi kan disitu ada coretannya, buat bantu aku story telling.

Teman B : Ya udah, buruan deh ada yang ngambil.

Teman U : Loh mau ngambil?

Teman B : Ya kagak gue juga, gue takutlah malam – malam kesitu.

Teman A : Suruh ambil saja cowok, bapak itu suruh ambil, bapak kan harus selalu membantu anaknya.

Teman B : Ya, boleh.

Teman D : boleh lah, boleh lah.

Badan rasanya mati rasa. Benar saja ….. Yang biasa dipanggil bapak tidak lain dan tidak bukan adalah diri sendiri. Akulah sang wakil ketua kelas. Terlintas dalam pikiran, ingatan perasaan kurang nyaman yang aku rasakan, mungkin ini lah hasilnya.

Teman Dunia Lain : Betul, aku setuju bapak yang ambil.

Tasya : Boleh itu idenya.

Teman A : Nah, Ibu telah bercakap, sebagai suami yang baik harus mematuhi istrinya, hehe, minta tolong diambil teks story telling ya.

Tasya : Minta tolong Gion diambil teksnya, ajak saja si Jiro itu untuk menemaninya.

Teman A : Nah, boleh itu, kalian kan bagai angin dan ribut, selalu bersama tak terpisahkan.

Teman AA : Minta tolong ya Gion sama Jiro, teks nya ada di bawah laci mejaku, tahu kan laci mejaku di mana?

Teman A : jawab itu Gion atau Jiro.

Kemudian, aku mengetik tulisan seperti ini :

Ya, udah tahu, nanti aku ambil sama Jion.

“Semoga saja tidak ada hal yang buruk menimpaku, saat mengambil teks di sekolah nanti,” gumamku dalam hati.

Tidak lama kemudian, muncul notifikasi di Smartphoneku, sepertinya Jiro sedang mengirimkan pesan chat pribadi kepadaku.

Jiro : Lah, ngapain aku ikut loh ke sekolah.

Ya, mau bagaimana lagi?

Jiro : Hah, sial aku kalau bersama loh, Yon.

Jangan bilang begitu lah, aku kan jadi sedih.

Jiro : Wkwk, canda, ya udah cepet jemput aku.

Hah! Aku yang jemput.

Jiro : Yo, cepet!

Sebenarnya, aku sedikit malas menjemput Jiro. Maksudnya, pergi ke rumahnya. Mengapa? Ya….. nanti lihat sendiri.

************

Di hadapan mataku, terdapat sebuah rumah yang memancarkan pesona tak terduga. Meskipun sederhana dalam ukurannya, rumah ini disulap menjadi masterpiece dengan sentuhan ukiran yang memukau. Dinding luar rumah yang sejauh pandangan bisa mencapai, terukir dengan motif-motif sederhana tetapi indah, mencerminkan kreativitas pemiliknya.

Jendela-jendela kayu dengan ukiran minimalis memberikan sentuhan klasik pada eksterior rumah ini. Terlihat begitu indah saat cahaya matahari tembus melalui kaca-kaca jendela, menciptakan bayangan-bayangan menawan di sepanjang dinding. Tidak lupa juga, adanya pintu depan kayu yang berukir dengan jenis tumbuhan. Ukiran simpel pada pintu tersebut menggambarkan bunga-bunga dan daun-daunan yang memberikan kesan kealamian yang menyejukkan. Aku tak bisa menahan diri untuk berhenti sejenak dan mengagumi detail-detail ukiran yang begitu halus.

Ya……. inilah rumah Jiro. Mungkin itulah yang akan kalian rasakan pertama kali ketika berada di sini. Namun, jika sudah beberapa kali ke sini maka kalian akan tahu mengenai kebenaran suatu pepatah yang mengatakan, jangan pernah memandang sesuatu dari luarnya.

Tidak menunggu lama, langsung aku ketuk pintu rumah Jiro.

Tuuk….. Tuuk…… Tuuk……

“Permisi.”

Tanpa ada yang membalas, tiba – tiba, pintu rumah Jiro terbuka dan benar saja, ada bola tangan yang mengarah ke diriku. Namun, aku sudah mengetahui hal itu. Dengan cepat aku memiringkan badanku ke kiri sehingga bola itu bisa kuhindari.

“Hahaha, tidak kena,” ledekku.

Tiba – tiba, datanglah bola tangan yang kedua. Ini adalah hal yang tidak terduga. Aku tidak dapat menghindari bola yang kedua.

“Aduuhh,” suara rintih kesakitanku ketika bola tersebut mengenai kepalaku.

“Hahaha, kakak udah datang nih temennya,” ucap anak yang telah melempar bola kepadaku sambil berlari masuk ke dalam rumah.

Terlihat jion berjalan mendekatiku, wajahnya terlihat senang. Mungkin karena adiknya berhasil mengerjaiku.

“Everything oke,” ucap Jiro sambil mengacungkan Jempolnya.

“Udah cepat, terburu larut malam,” kataku seolah acuh tak acuh terhadap tingkah laku Jiro.

“Ya, ya, ya,” ucap Jiro dengan nada rendah.

************

11 Oktober 2016 19.50

Semilir angin berhembus terasa menusuk sanubari. Hawa dingin terasa mengelitik badan. Itulah suasana yang aku rasakan ketika berada di depan gerbang sekolah kami.

Aku dan Jiro menatap serius gerbang sekolah kami. Tiba – tiba, Jiro memeluk badanku.

“Ehhh… ngapaian sih loh kayak begini,” ucapku dengan nada agak marah sambil berusaha menjauhkan diri dari Jiro.

“Entah mengapa, kok rasanya kurang nyaman, kayak bakal terjadi sesuatu,” balasnya dengan kesan sedikit takut.

Perkataan Jiro seakan menyadarkanku. Memang sedari tadi bahkan sebelum menjemput Jiro perasaanku kurang nyaman dan seakan sesuatu yang buruk akan menimpa.

“Ya. Sebenarnya aku juga merasakan hal yang sama sih,” kataku.

“Nah. Makanya yuk balik saja,” ajak Jiro.

Setelah perkataan Jiro, tiba – tiba saja bulu kudukku terasa berdiri sebagian. Ada sesuatu yang menyentuh pundakku.

“Nak, ngapaian kamu di sini,” suara seseorang dengan nada lirih.

“Aaaaaaaaaaa!” teriakku dan Jiro sambil menoleh ke arah belakang.

Murid Berkepribadian Ganda

Murid Berkepribadian Ganda

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Gion seorang siswa kelas 7 di salah satu SMP menyadari akan keanehan dalam dunia tempat keberadaannya yang penuh akan kekuatan super dan mistis. Keanehan - keanehan yang terjadi dibuktikan dari mulai insiden di kelas 7, teror rasukan bayangan yang paling terkenal dan meresahkan, 13 misteri umum di sekolahnya, dan bahkan kehadiran kepribadian lain dalam dirinya. Ternyata misteri dan kejadian yang terjadi di sekitarnya saling berhubungan erat dan berkesinambungan satu sama lain yang dapat mengungkap tabir rahasia dunia. Rahasia dunia apa yang sebenarnya akan diungkap?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset