Beberapa bulu kuduk mendadak berdiri. Aku beranikan diri untuk melihat ke belakang. Ternyata benar, ada kuntilanak di luar jendela lorong kelas. Sepertinya itu kuntilanak yang tadi kami temui di ruang kelas 7 D.
“Nak, kamu mau ke mana, hihihihi,” ucap kuntilanak itu.
Semua bulu kudukku langsung berdiri tegak. Aku mundur sedikit ke belakang menjauhi kuntilanak itu. Aku masih berhadap – hadap dengannya sambil aku mencoba menyentuh Jion.
“Jiro, ayo buruan, kita lari,” kataku sambil mencoba meraih Jion.
Namun, aku tidak merasakan apa pun di belakang. Setelah melihat ke belakang, ternyata benar, Jion sudah tidak ada, terlihat sudah cukup jauh dariku.
“Ehhh…. Jangan tinggalin aku lagi!” teriakku.
************
Selang beberapa lama dalam kondisi berlari, Jiro mendadak menghentikan larinya. Aku turut menghentikan lariku.
“Ayo Jiro, mengapa berhenti,” ucapku dengan terengah – engah.
“Sebentar, aku udah kagak kuat nih, istirahat dahulu,” ucap Jion dengan kondisi terengah – engah juga.
Saat kami berdua sedang istirahat karena kelelahan, tiba – tiba, terdengar suara langkah kaki.
<span;>Proook……. Proook…….. Proook…….
“Eh apa itu Yon,” ucap Jion dengan nada ketakutan.
Aku merasakan getaran jantungku yang berdebar kencang. Beberapa detik kemudian, ada sinar silau yang mengarah ke arah kami.
“Ohhh, kalian ada di sini,” ucap seseorang yang suaranya terdengar mirip Pak Bento.
“Pak Bento, mengagetkan saja,” kata Jiro sambil menatap ke arahnya.
“Mengapa kalian, seperti habis melihat hantu saja?” tanya pak Bento dengan santai.
“Ya, kita memang habis lihat hantu pak,” balas Jiro.
“Hahaha, seperti itu saja kok takut, hantu kan memang tugasnya menakuti,” ledek pak Bento.
“Ya, makanya kita takut.” Jiro menjawab dengan kesan seperti tidak mau kalah.
“Ya udah, urusannya udah selesai kan, ayo keluar,” ujar pak Bento.
Kemudian aku, Jiro dan pak Bento segera pergi meninggalkan tempat itu untuk keluar dari sekolah. Setelah tiba di luar pintu utama……….
“Bapak, ada urusan sebentar di dalam ya, silakan kalian kalau mau pulang dahulu,” ucap Pak Bento.
“Oh ya pak, saya hampir lupa ini kuncinya,” kataku sambil menyerahkan kunci.
“Taruh saja di ruang satpam, nak,” jawab Pak Bento.
“Ya pak, terima kasih,” balasku.
Kemudian, kami bergegas menuju ke ruang satpam untuk meletakkan kunci di tempat yang sebelumnya diminta pak Bento. Setelah itu, kami berjalan menuju ke gerbang sekolah. Sungguh malam yang penuh ketegangan sudah mendatangi kami.
Tiba – tiba, datang pak Bento menghampiri kami, tetapi dari arah depan.
“Urusannya sudah selesai?” tanya pak Bento.
Mataku terbelalak dan jantung rasanya berdetak cepat, pak Bento yang sebelumnya masih ada di dalam sekolah, ternyata sudah berada dihadapanku lalu siapa yang pak Bento asli?
“Loh bapak bukannya tadi masih di dalam sekolah?” tanyaku balik dengan penuh penasaran.
“Saya baru balik ini, tadi kan masih ada tamu di rumah, maaf lumayan lama mengobrolnya,” balas pak Bento.
“Aaaaaaaaaaaaaa!” teriak Jiro sambil meninggalkanku dan pak Bento.
“Ehhh…. Tunggu sebentar!” teriakku.
Aku berusaha mengejar Jiro, tetapi untuk kali ini tidak terkejar. Waktu sudah terlarut malam. Dengan terpaksa, aku mengantar lembar teks untuk lomba story telling sendirian kepada teman kelas yang meminta untuk diambilkan.
Sebenarnya masih ada perasaan takut di dalam diriku terutama karena kejadian menakutkan beruntun sebelumnya. Beruntungnya, tidak ada hal buruk dan mengerikan yang menimpaku setelah itu. Aku bisa mengantar lembar teks dengan selamat lalu pulang ke rumah dengan selamat. Malam ini, sungguh melelahkan dan penuh ketegangan.
***************
-12 Oktober 2016 10.00-
Setelah malam yang penuh dengan ketegangan, hari ini tibalah saat yang ditunggu yaitu pameran Stan Festival Sekolah. Pameran Stan merupakan bagian rangkaian dari acara festival sekolah dalam rangka memperingati hari ulang tahun sekolahku yaitu Sekolah Menengah Pertama Henovenia Urabosho Kamarkand.
Acara Festival Sekolah merupakan serangkaian acara yang dilaksanakan dalam sebulan biasanya terjadi pada bulan oktober dalam rangka memperingati hari ulang tahun sekolah terdiri dari acara pembukaan (tanggal 1 oktober), acara perlombaan (tanggal 1 – 15 oktober), acara pameran stan (tanggal 12 – 27 oktober), acara pertarungan festival (tanggal 13 – 27 oktober), acara puncak festival (tanggal 17 oktober), acara pameran hasil lomba (tanggal 19 – 27 oktober), dan acara penutupan festival (tanggal 30 oktober).
Pameran stan dibuat di sekeliling lapangan yang menjadi tempat pertarungan festival sehingga hal ini dapat membantu menaikkan keuntungan hasil dari pameran stan. Pertarungan festival cukup banyak dinikmati karena keseruannya. Kebanyakan stan yang ada menjual menu makanan sedangkan beberapa stan lain menjual aksesoris.
Sialnya, hari ini aku yang bertugas menjaga sekaligus melayani pembeli yang datang ke stan. Namun, ada keberuntungan lain yaitu masih ditemani teman – teman yang dikenal, salah satunya si Jion.
“Mengapa aku harus yang jaga hari pertama ya,” keluh Jion.
“Dinikmati saja Jion, justru kamu bisa lebih kenal dengan banyak orang, siapa tahu kamu bisa dapat jodoh,” nasehatku kepada Jion.
“Ya, kalau bukan karena kejadian semalam, aku mungkin bisa semangat hari ini,” ujar Jion dengan nada pelan.
“Ehhh….. mengapa?”
“Kamu ingin seperti itu lagi,” balasku.
“Ah….., aku sudah muak, aku tidak mau berurusan dan berpikiran hal itu lagi,” ucap Jiro dengan nada kesal.
Baru saja, aku mau menanggapi ucapan Jiro, terdengar suara gaduh. Akibat penasaran, aku mencari suara gaduh yang terdengar dan berhasil memastikan sumbernya.
“Wah……. Ketua……..” ” Hormat…… Kami….. Ketua……”
“Ada apa, Yon?” tanya Jiro sambil mendekat ke arahku.
“Mungkin, ada ketua OSIS yang mau menghampiri stan,” balasku.
Seperti kegiatan kompetisi antar kelas beberapa bulan yang lalu, suara gaduh yang bersaut dengan memanggil kata ketua biasanya karena kedatangan ketua OSIS yang selalu disambut meriah. Yaa…. mau bagaimana lagi, ketua OSIS adalah sosok yang penting dan dikagumi oleh hampir semua siswa di Sekolah.
“Memang, ketua OSIS, mau ke stan siapa?” tanya Jiro lagi.
Pertanyaan Jiro membuatku penasaran juga, aku sedikit jinjit dan menengok ke atas karena banyak siswa yang sudah mengerubungi ketua OSIS sehingga susah untuk melihat. Ketua OSIS seperti biasa tidak sendirian, ditemani oleh pengurus OSIS lain atau bisa disebut gerombolan, tampak sepertinya gerombolan itu ingin bergerak ke stan kami.
“Waduh, sepertinya ketua OSIS bergerak ke stan kita, Jiro,” ucapku dengan sedikit panik.
“Ehh….. ketua OSIS mau ke stand kita, mengapa?” tanyanya dengan penasaran.
“Entahlah, mungkin konsep dan masakan kita enak, kan tadi sudah ada beberapa yang beli,” balasku dengan rasa percaya diri.
“Kalau begitu, harus mulai bersiap,” ujar Jiro.
Setelah terlihat sempurna dan rapi, kami bersiap menyambut ketua OSIS dan gerombolannya. Setelah beberapa menit kemudian, mereka sudah berada di depan stand. Baru saja, aku mau berbicara, ada sesuatu yang menyentuh pundak kiriku, dengan spontan kepala menoleh ke kiri.
“Ehhhh…… Tasya,” ucapku dengan terkejut.
“Tenang saja, serahkan ini kepadaku,” balas Tasya dengan ekspresi senyum jahatnya.
Aku mundur sedikit ke belakang. Firasat mengatakan akan ada sesuatu yang buruk bakal terjadi. Namun, tidak diketahui apakah itu berdampak pada diriku atau tidak. Firasat apa yang sebenarnya Gion rasakan?
Apakah hal ini berkaitan dengan insiden bayangan hitam ataukah pengalaman mistis yang terjadi di malam sebelumnya? Untuk saat ini hal tersebut hanya dugaan saja.