Yuna sudah datang lebih dulu dari Alan di kantor, dia langsung sibuk dengan komputernya karena banyak pekerjaan yang harus di selesaikan dan di tandatangani oleh Alan hari ini.
Felix datang ingin ke ruangan Alan, namun melihat Yuna yang tidak ngeh dengan kehadirannya membuat Felix menatap aneh dan penasaran, biasanya Yuna sangat peka jika ada yang datang.
“Sibuk banget na?” tanya Felix membuat Yuna langsuhg mengalihkan pandangan ke Felix.
“Ya begitulah, ada apa asisten Felix?” tanya Yuna.
“Panggil Felix na, gak pake embel embel asisten atau tuan okay,”
“Hahaha oke oke Felix, apa mau ketemu tuan Alan?”
“Iya, apa dia sudah datang… gue ada bawa berkas penting,” kata Felix.
“Tuan Alan belum datang, mungkin sedikit terlambat,” sahut Yuna membuat Felix merasa aneh, karena biasanya Alan akan datang tepat waktu bersama dengan Yuna, tapi kali ini tumben mereka tidak datang bersama.
“Tumben kalian gak dateng bareng,” kepo Felix.
“Iya, tuan Alan sedang sibuk di apartemennya dengan mbak Laura,” jawab Yuna dengan enteng.
“Apa? maksud lo Alan sama Laura berdua di apartemen, lo serius?”
Felix sudah terbiasa memakai bahasa nonformal dengan Yuna maupun Alan, karena dia sangat berbeda walaupun begitu profesional.
“Serius kok,”
“YUNA….” panggil seseorang dengan heboh.
“Ehh maaf asisten Felix, saya gak lihat ada anda disini,” kata Lila dengan cengengesan.
“Ada apa la?” tanya Yuna pada sahabatnya.
“Gue mau serahin ini,” Lila memberikan map kepada Yuna.
“Lo dari definisi keuangan kan, Kalila Arumi Tyas, benar kan,” ucap Felix.
“Benar asisten Felix, panggil saja saya Lila seperti Yuna,”
“Jangan panggil asisten Felix, cukup Felix saja, lo temennya Yuna berarti temen gue juga,” ucap Felix membuat Lila tidak percaya.
Omo… ini serius asisten Felix mau jadi temen gue? demi apa, batin Lila.
Yuna menggelengkan kepalanya melihat respon Lila yang mematung sambil menatap Felix tanpa kedip, dia merasa lucu dengan sahabatnya yang sangat jarang bertemu, karena kesibukan masing masing yang menyita waktu keduanya.
Felix dibuat salah tingkah dengan tatapan intens Lila, baru kali ini ada yang berani menatapnya terang terangan.
“Maaf, jangan tatap gue kayak gitu, gue merasa seperti ingin di perkosa sama lo, ” ucap Felix bercanda.
Lila tersadar…
“Eh… ma.. maaf asisten Felix, maksdnya Felix, kalau begitu gue pergi dulu Yuna, permisi,” Lila segera pergi dengan cepat, dia merasa malu karena ketahuan menatap intens Felix dari jarak sedekat ini.
Felix mengidihkan bahunya acuh…
“Teman lo aneh, agak lain”
Yuna hanya tersenyum menanggapi ucapan Felix, dia tau jika Lila pasti tidak percaya bisa kenal dengan Felix, karena Lila adalah salah satu pengagum asisten Felix.
“Tapi dia baik juga cantik kan” kata Yuna membuat Felix menatap sekretaris bosnya itu dengan mata memincing.
“B aja menurut gue, masih cantikan lo kayaknya,” gombal Felix, tanpa mereka sadari Alan mendengar gombalan tersebut.
Alan berdiri tak jauh dari mereka, dan menatap tajam 2 orang yang sedang tertawa bersama, bahkan Yuna tidak terlihat gelisah ataupun marah sama sekali.
“Kalian ngapain?” tanya Alan menatap tajam Felix.
“Ehh bos, gue nunggu lo dari tadi nih, ehh maksudnya saya nunggu tuan Alan dari tadi,” kata Felix tersenyum pada Alan.
“Kenapa diam disini kalau lo mau ketemu gue? keruangan gue sekarang, dan kamu juga Yuna, ada yang harus kamu tanggung jawabkan sama aku, cepat,” Alan langsung memasuki ruang kerjanya dengan perasaan kesal, jengkel, marah jadi satu.
Felix dan Yuna saling menatap satu sama lain, mereka diam mematung mendengar nada suara Alan yang ketus tidak seperti biasanya.
“Kayaknya dia ada masalah serius,” kata Felix.
“Udah deh, mending kita masuk sebelum dia ngamuk lagi,”
Felix dan Yuna segera memasuki ruangan CEO mereka, disana Alan sudah duduk di sofa dengan kaki di menyilang.
“Kalian berdua duduk ..” perintah Alan.
Yuna duduk di ikuti Felix di sampingnya.
“Lo duduk disana Felix,”
“Kan sama aja disana sama disini,” ucap Felix membuat Alan semakin menatapnya tajam.
Felix tanpa pikir panjang langsung pindah duduk.
“Kenapa kalian bicara di saat jam kerja kantor? harusnya kalian sebagai asisten dan sekretaris saya memberikan contoh untuk karyawan lainnya, bukan malah sebaliknya, kalian itu cukup tau peraturan kantor kan? apa perlu saya beritahu semua aturan yang boleh dan tidak boleh di langgar dalam perusahaan?”
Yuna baru kali ini mendapatkan teguran panjang lebar dari bosnya, begitu juga dengan Felix, dia tau jika sahabatnya ini sedang mode cemburu buta.
“Maaf tuan Alan, tapi tadi kami bicara sambil menunggu anda, benarkan Felix,”
“Felix? kamu panggil dia apa? FELIX”
“Iya Felix, terus apa lagi tuan?” tanya Yuna.
Felix yang mendengar itu menahan tawanya, sungguh dia ingin tertawa keras saat ini.
“Yuna, kamu bisa panggil dia Felix tapi kenapa dengan aku kamu gak mau,” ketus Alan.
“Nama tuan kan Alan bukan Felix,” Yuna menjadi bodoh karena habis mendapatkan teguran dalam bekerja dari Alan.
“Jangan belaga bodoh Yuna, aku gak suka,”
“Maaf tuan Alan,”
“Dan lo Felix, kalau gue gak ada atau belum dateng, lo bisa nunggu gue di ruangan lo kan, gak perlu lo nunggu gue sambil modus ke sekretaris gue,”
“Iya iya.. maaf pak bos yang terhormat,”
“Felix gak modusin saya tuan, kami cuma bercanda,” sahut Yuna.
“Diam Yuna, taruh berkas itu dan lo bisa pergi dari ruangan gue Felix, gue masih ada urusan sama wanita 1 ini” tunjuk Alan pada Yuna menggunakan dagunya.
“Oke, ini berkasnya… kalau sudah lo selesai bisa kabarin gue langsung,”
Felix segera beranjak untuk keluar ruangan, dia tidak mau lama lama di tatap tajam seperti seorang maling pada Alan.
“Duduk mendekat Yuna,” titah Alan.
“Sa.. saya disini aja deh tuan,” tolak Yuna dengan halus.
“Duduk di dekat saya, atau di pangkuan saya,” tegas Alan dengan formal.
“Anu… itu tuan, gak etis kalau sekretaris duduk di pangkuan atasannya kan, apa kata orang orang nanti jika ada yang masuk, saya gak mau di bilang wanita penggoda ,” kata Yuna.
“Mendekat kesini Yuna, atau kamu mau aku seret hmmm…”
Yuna segera duduk dekat dengan Alan, dia tidak mau nanti semakin rumit jika kemauan Alan tidam di turuti.
“Sudah tuan…”
dengan cepat Alan menarik tangan Yuna agar duduk di pangkuannya, Yuna terkejut bukan main, karena tarikan tangan Alan begitu kuat.
Bahkan sekarang Yuna sudah berada di pangkuan Alan denga duduk menyamping.
“Astaga…” Yuna ingin berdiri namun di tahan oleh tangan Alan.
“Ini salah tuan, ini gak benar,” ucap Yuna.
“Terus bagaimana yang benar hmmm,” bisik Alan membuat Yuna merinding.
“Lepasin saya tuan, bukannya anda ingin bicara sama saya,”
Alan baru ingat jika dia ingin memberi hukuman pada Yuna karena berani menyuruh Laura ke apartemennya tadi pagi.
“Panggil aku Alan, jangan tuan,” pinta Alan.
“Itu terlalu lancang tuan, saya sekretaris anda. jadi sudah sepatut saya lebih sopan, bukannya anda bilang saya harus mematuhi peraturan perusahaan,”
Alan dibuat kalah telak dengan ucapan Yuna, bodohnya dia bicara tentang peraturan tadi karena kesal melihat keakraban Yuna dan Felix.
“Tapi ini perintah aku, disini aku adalah bosnya, jadi kamu turuti apa yang aku katakan, bukan ngebantah terus menerus Yuna,”