Yuna begitu gelisah di pangkuan Alan, saat ini mereka sedang berada di kursi kebesaran Alan, dan masih saja Yuna tidak diberikan izin untuk bangun dari pangkuan sang bos.
Alan sebenarnya juga merasa gelisah, karena harus menahan sesuatu yang bangun dan begitu sesak di dalam celananya.
Namun sebisa mungkin Alan tidak mendesah, mengeluarkan erangan saat Yuna bergerak di pangkuannya.
“Yuna, jangan bergerak terus menerus, aku masih bisa sabar sekarang, tapi kalau kamu terus gerak tak nentu aku pastikan kamu gak bisa jalan besok,”
Yuna bingung dengan apa yang di ucapkan bosnya, namu tiba tiba dia merasakan sesuatu yang membesar di bawahnya dan terasa seperti menusuk.
“Tu… tuan lepaskan saya” ucap Yuna gugup.
“Kenapa aku harus lepasin kamu?” tanya Alan dengan wajah memerah.
“I… itu tuan bangun, saya gak nyaman” jujur Yuna.
“Tapi aku nyaman,” kata Alan dengan suara yang berat.
Yuna menelan salivanya, dia benar benar takut sekarang, ingin lari tapi tubuhnya di peluk erat oleh sang bos, apalagi sesuatu yang menusuk di bawahnya semakin besar menurut Yuna.
astaga kenapa gue jadi mikir kotor sih, gimana ini, batin Yuna.
“Yuna, apa keputusan kamu?” tanya Alan.
“ke.. keputusan apa tuan?”
“Panggil aku Alan, jangan tuan” pinta Alan dengan suara semakin berat.
“Ta… tapi” Alan sengaja menekan Yuna membuat gadis itu mengeluarkan suara seksinya.
“Aaahh…” Yuna segera menutup mulutnya, dia tidak tau kenapa suara itu keluar begitu saja.
“Kamu suka hmmm, suara kamu seksi Yuna…” bisik Alan, bahkan berani mengecup daun telinga Yuna.
Yuna menutup matanya, namun dalam pikirannya ini semua salah, dia seperti wanita murahan.
“Tuan stop, jangan anggap saya wanita murahan yang seenaknya diperlakukan seperti ini, lepaskan saya,” Yuna berusaha berontak namun Alan terus menahannya.
“Beri kepastian kepada keluarga saya, karena mereka mengharapkan kamu sebagai menantu, kalau kamu mau menolak, bilang ke mereka, jika kamu terima… maka saya akan datang ke rumah kamu saat itu juga,”
“Sudah saya bilang berapa kali tuan, saya tidak mau dan gak bisa mempermainkan pernikahan,” Yuna berdiri sekuat tenaga dan akhirnya dia bisa berdiri.
“Siapa yang mau mempermainkan pernikahan, saya juga sudah bilang, jika kamu mau pernikahan yang sungguhan, aku juga”
“Anda ingin pernikahan 1 tahun kan, cari saja yang lain, saya tidak tertarik,”
“Jadi kamu mau menjadi istriku selamanya? aku gak masalah Yuna, ayo kita menikah dan membina rumah tangga selamanya,”
Yuna membisu, seperti dia salah ucap membuat bosnya berbicara begitu serius.
“Sebenarnya mau anda apa tuan, kenapa harus saya, masih banyak wanita yang pantas untuk anda, tapi bukan saya,”
“Aku sama keluarga Mateo cuma mau kamu Yuna, cuma kamu yang bisa di terima mereka dengan tangan terbuka, begitupun aku… cuma kamu yang selalu bisa sabar dan mengerti semua tentang aku, apa yang aku tidak suka, apa yang aku suka , apa selama 3 tahun kebersamaan kita, tidak ada artinya sama kamu?”
Yuna lagi lagi diam, selama ini dia hanya sebatas menuruti semua apa yang dikatakan Alan sebagai bosnya, dia tidak pernah berharap lebih karena itu di luar kontrak kerjanya.
“Bukannya tuan sendiri bilang saya harus profesional dalam pekerjaan, dari awal saya bekerja disini semua itu adalah perintah anda, dan saya sebagai sekretaris hanya mematuhi apa yang anda katakan sebagai bos saya,”
Kali ini Alan yang terdiam, dia kehabisan kata kata untuk meyakinkan Yuna, entah kenapa dia hanya ingin Yuna yang menjadi istrinya.
“Kalau begitu, kamu katakan dengan kedua orang tua saya, kalau kamu menolak menajdi menantu keluarga Mateo,”
Yuna menggelengkan kepalanya, mana berani dia berucap langsung kepada orang orang baik seperti mereka.
“Kenapa harus saya, dari awal anda yang membuat semuanya rumit begini, harusnya anda yang jujur kepada mereka..”
“Jujur apa?” seseorang datang keruangan Alan membuat Yuna terkejut, begitu juga dengan Alan.
“Nenek…” ucap Alan.
“Kalian sedang bahas apa ? jujur apa Yuna” kata Nenek bertanya.
“ti.. tidak ada nek” kata Yuna.
“Katakan saja yang sejujurnya dengan nenek, bukan itu yang kamu mau Yuna, ”
Alan menatap datar Yuna.
Keringat dingin membasahi pelipis dan juga telapak tangan Yuna.
“Ada apa ini, kenapa kalian seperti ada masalah, apa kalian habis bertengkar?” tanya nenek.
“Gak kok nek,” jawab Yuna dengan sopan.
“Iya nek, kami sedang bertengkar… dia menolak menikah sama aku,” jelas Alan membuat nenek syok.
Yuna pun dibuat kaget dengan kejujuran Alan.
“Maksudnya gimana? kenapa di tolak, bukannya kalian ada hubungan,” lirih nenek.
“Nenek bisa kita bicara sebentar, aku ingin bicara 4 mata sama nenek” kata Yuna.
“Kenapa harus sama nenek, disini ada aku sebagai cucunya aku berhak tau apa yang ingin kamu omongin sama nenek,”
“ta.. tapi ini penting” sahut Yuna.
“Ayo ngomong sama nenek, dan nenek juga ingin tau alasan kamu menolak nikah dengan Alan,”
“I… iya nek”
Alan tidak bisa membantah sang nenek, dan menyuruh nenek dan Yuna masuk ke dalam kamar pribadinya yang berada di balik lemari buku tersebut.
Nenek berjalan pelan ke arah kamar tersebut diikuti Yuna.
Sebenarnya Alan penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan oleh Yuna kepada nenek, tapi Alan berfikir jika Yuna akan jujur tentang kebohongan yang dia ucapkan tempo hari.
Apa gue kurang kaya? kenapa dia bisa tolak mentah-mentah ajakan gue. Batin Alan.
Sedangkan di dalam ruangan pribadi Alan, nenek menatap sendu Yuna, matanya berkaca kaca saat dia tau jika Yuna menolak sang cucu untuk menikah.
“Nenek sudah bahagia mendengar Alan akan menikah dengan kamu Yuna, tapi ternyata semua itu mimpi, nenek dan Nayra sudah menyiapkan banyak sekali hadiah untuk di bawa ke rumah kamu, nenek sudah tua.. dan ingin melihat seorang cicit di hari hari terkahir nenek,”
Yuna menunduk, dia merasa bersalah saat ini, apalagi melihat wajah keriput nenek yang sendu.
“Maaf nek, bukan Yuna gak mau, tapi Yuna belum siap menikah, Yuna masih ingin sama Bunda, temanin bunda, Yuna belum siap pergi dan biarin bunda tinggal sendiri,” jelas Yuna.
Nenek langsung menyentuh tangan Yuna, dia paham dengan perasaan gadis cantik itu, karena hanya bunda yang dimiliki Yuna.
Semua hal tentang Yuna sudah mereka ketahui dari Arsen dan Arya, karena mereka tidak mau salah memilih menantu nantinya.
Tapi semua yang mereka ketahui membuat mereka takjub.
Yuna gadis yang pekerja keras, baik hati dan sangat menyayangi bundanya.
“Kamu bisa membawa bundamu tanggal bersama Alan… Yuna, kamu bisa lebih membahagiakan bunda kamu dengan pernikahan kalian, nenek jamin jika bunda kamu akan setuju dan sangat bahagia mendengar anaknya akan menikah,”
Benar yang dikatakan nenek, karena bundanya selalu bertanya dan menginginkan Yuna bahagia dan memiliki suami serta anak, bundanya juga sudah mengharapkan cucu.
tapi yang jadi masalah adalah, kenapa harus Alan, Yuna merasa tidak pantas menjadi bagian dari Mateo.
“Yuna sayang…”panggil nenek.
“Nek, aku cuma gadis biasa, berbeda dengan kalian yang memiliki segalanya, aku gak pantas untuk menjadi bagian keluarga nenek,”
“Kamu ngomong apa hmmm, nenek dan yang lain tidak melihat dari materi kalian atau kekayaan kalian, tapi hati kamu yang baik dan kepribadian kamu yang baik,” ujar nenek.
“Keputusan bunda adalah keputusan aku nek, apapun yang bunda katakan, pasti Yuna turuti,”
“Mak.. maksud kamu, kami harus bicara dengan bunda kamu nak? kamu serius?” wajah nenek begitu bahagia mendengar ucapan Yuna yang akhirnya mau mempertimbangkan hubungannya.
“Iya nek, apapun keputusan bunda, Yuna terima”
“Terimakasih sayang, terimakasih banyak,”
Maafin aku nek, jujur aku melakukan ini karena nenek dan mamah Nayra sangat baik, aku gak tega buat kalian sedih karena penolakan aku ke tuan Alan, batin Yuna.
Tapi nek, aku minta nenek jangan bicara dengan tuan Alan dulu ya, aku takut merasa canggung di kantor,” Yuna menunduk malu dengan wajah merona.
Alia tersenyum melihat wajah malu calon cucunya itu.
“Tenang saja sayang,”