sejak kepergian nenek Alia tidak ada pembicaraan lagi antara Yuna dan Alan, mereka memilih sibuk dengan pekerjaan masing masing, seperti permintaan Yuna.
Nenek Alia pergi tanpa mengatakan apapun pada Alan, hanya sekedar mengatakan ingin pulang ke rumah.
Alan berfikir jika Yuna sudah mengatakan yang sebenarnya kepada neneknya, maka sebab itu sang nenek pergi tanpa ekspresi apapun.
Alan menelpon Yuna menyuruhnya masuk ke dalam ruangan.
Tok Tok Tok …
Pintu otomatis terbuka.
“Duduk Yuna” perintah Alan.
Yuna duduk dengan canggung, padahal Alan sama sekali tidak tau apapun.
“Sudah puas kamu membuat nenek saya sedih?” tanya Alan dengan ketus.
Yuna bingung..”maksud anda apa tuan?”
“Tidak perlu sok tidak tau Yuna, kamu sudah cerita semua sama nenek saya kan, bahkan nenek pulang tanpa mengatakan apapun sama saya, kamu sudah mengecewakan nenek dan keluarga saya, terutama saya Yuna,”
Yuna menunduk. “tapi sa-saya gak..”
“DIAM !!! padahal saya cuma minta 1 tahun bantuan kamu, itupun saya bayar Yuna, bukan gratisan, tapi kamu lebih milih keluarga saya kecewa dengan kita,”
Akan menarik nafasnya dalam…
“KELUAR,” ucap Alan membuat Yuna tersentak karena terkejut dengan bentakan Alan.
“Tuan sa-saya gak bermaksud, maaf”
Yuna langsung keluar dari ruangan Alan, dia sudah menahan ingin menangis, padahal dia tidak salah apapun, justru dia membuat keluarga itu akan bahagia dengan keputusan itu, salahnya karena tidak menyuruh nenek jujur, sehingga Alan menjadi salah paham.
Awas aja nanti dia sok baik kalau tau keputusan apa yang gue ambil. Batin Yuna
jam istirahat kantor
Yuna memilih makan di kantin bersama Lila dan rekan kerjanya yang bernama Doni.
Mereka janjian akan bertemu di kantin karena kantin berada di lantai bawah.
sedangkan Alan keluar ruangan namun tidak menemukan sekretaris nya itu.
“Kemana dia,” gumam Alan.
Felix keluar dari ruangannya melihat Alan sedang menatap meja Yuna.
“Ekhem… gak ada orangnya masih dilihatin aja tuan bos,” ucap Felix dengan seringaian jahilnya.
“Kemana dia?” tanya Alan.
“Mana gue tau, lo gak lihat gue baru keluar ruangan,”
Beginilah Felix jika berdua dengan Alan, bahasa formal dibuang jauh jauh olehnya.
Alan menghembuskan nafasnya kasar, Yuna bahkan tidak pamit dengannya untuk makan siang, apa sebegitu tidak inginnya Yuna hidup bersama dengannya.
“Felix…” panggil Alan dengan pelan.
“Iya kenapa, kalau panggilan lo pelan begini pasti ada masalah kan,”
“Dia nolak gue…”
Felix loading sejenak..
“Maksud lo gimana?”
“Ck, dia nolak gue… Yuna nolak nikah sama gue” suara Alan sedikit berteriak.
“Yuna? nolak? WHAT, jadi lo sudah nembak dia, kapan?”
“Bukan nembak, bahkan gue langsung ajak nikah, tapi dia nolak gue,” kata Alan dengan wajah kembali datar.
“Seriusan lo di tolak Yuna, seorang Alan di tolak Yuna,” Felix tidak tidak habis pikir dengan pikiran Yuna, kenapa bisa dia menolak seorang Alan yang hidupnya tidak akan susah tujuh turunan sekalipun.
Sama seperti yang Felix pikirkan, kenapa Yuna menolak hidup dengannya, padahal semua kehidupannya akan terjamin sampai kapanpun, dia juga tidak akan kekurangan jika menjadi nyonya di keluarga Mateo.
Padahal banyak wanita menginginkan posisi itu untuk memperbesar nama dan keluarga mereka, tapi tidak dengan Yuna yang menolaknya beberapa kali.
“Felix, apa gue kurang tampan, apa gue kurang kaya, kenapa Yuna nolak gue,”
Felix bingung harus bicara apa.
“Setau gue, Yuna bukan wanita sembarangan yang melihat wajah dan harta untuk dekat dengan orang lain,”
“maksud lo apa?” tanya Alan.
“Maksud gue dia bukan cewek matre,”
“Gue juga gak bilang Yuna matre sialan…” kesal Alan, padahal Felix hanya memberitahu.
“Sudahlah, lo pesanin gue makan siang,” perintah Alan.
Sedangkan Yuna yang masih menikmati makan siangnya di kantin sambil bercengkrama dengan Lila dan Doni, mereka sudah lama tidak bicara banyak hal, dan baru ada kesempatan hari ini.
Bahkan Doni tidak berani banyak bicara di depan sekretaris kepercayaan bosnya, dia juga tidak terlalu dekat dengan Yuna, karena hanya dekat dengan Lila.
“Makanan ini biar gue yang bayarin kalian makan sepuasnya deh, itung itung gue merasa bebas hari ini,” ucap Yuna membuat Lila begitu senang bukan main.
“Sering sering ya na, gue bakal temenin lo deh makan siang bareng tiap hari,”
“Itu sih mau lo la, duit di pake beli skincare mulu, giliran isi perut gak mampu,” ejek Doni membuat Yuna tertawa.
“Yeeee bukan gitu, namanya cewek pasti lebih mentingin wajah biar tetap glowing, urusan makanan pasti ada aja lah,” sahut Lila.
“Punya temen modelan kayak lo gini bisa bangkrut gue,” oceh Doni.
“Beby, kenapa kamu gak tungguin aku sih ihh…” omel seorang wanita yang tak lain adalah kekasih Doni.
“Nunggu lo duluan keriputan gue,” sahut Lila membuat wanita manis yang duduk di samping Doni memanyunkan bibirnya.
“Loh sekretaris Yuna disini, maaf ya hehe” Yuna membalas senyuman kekasih Doni.
“Panggil Yuna cukup kok, disini gue sama seperti kalian,”
“Wahhh selain cantik sekretaris Yuna juga humble dan baik ya, kenalin nama gue Jihan, kekasih terlucunya beby Doni,” ucap Jihan yang sering di sapa Ji itu.
“Yuna, senang kenalan sama lo,”
“Aaaaaaa akhirnya bisa temenan sama sekretaris Yuna, Lila lo lihat kan gue sekarang sudah jadi temen Yuna,” bahagianya Jihan.
“Ck.. gue aja sahabatnya dari orok b aja tuh,” sinis Lila.
“Kalau sudah ketemu pasti cekcok,” kata Doni.
“Wle biarin…” ledek Jihan pada Lila.
“Maafin kelakuan 1 makhluk astral ini na, dia emang agak lain sih ya dari gue sama Doni, dia juga baru masuk 3 bulan disini, biasa hasutan Doni ke pihak HRD,” ucap Lila membuat Doni menabok lengannya.
“Iri banget si Lila ya beb, maklumlah dia jomblo abadi,”
Yuna langsung tertawa lepas mendengar ucapa Jihan yang mengatai Lila jomblo abadi, tapi memang benar semua yang di ucapkan jihan, sebab Lila belum pernah pacaran, hanya sibuk mengagumi idol idol korea pujaannya.
“Kata siapa gue jomblo abadi hah, gue punya pacar banyak tau, ada kooki, ada taetae, ada Rm, ada mimin, ada Suga, ada jhope, ada Jini ehh maksud gue oppa jin,”
“Dasar halu…” ejek Doni.
“Jangan salah, orang yang kalian banggain di depan juga suka tuh sama idol kpop, bahkan dia mimpi pengen nikah sama Taehyung, mau apa lo hah,”Jihan a dan Doni langsung menatap Yuna yang menggaruk kepalanya, jujur yang dikatakan Lila memang kenyataannya, dia sangat menyukai idol kpop terutama salah satu member BTS bernama kim taehyung.
“Lo juga suka pelastik?” tanya Doni.
Yuna langsung menatap Doni tajam, enak saja idolnya di katain pelastik , kalau sampe penghuni army tau, habislah Doni.
“Kata kata lo bisa gue kasih tau para army, biar lo di hujat,” kata Yuna membuat Lila bersorak senang.
“Gue gak ikutan, untuk masalah ini Doni yang salah gue gak bela kok,” kata Jihan.
“Loh beby, kenapa kamu nusuk aku dari belakang, harusnya kamu bela aku bukan takut, emang army itu siapa?”
Doni memang manusia gaptek, fans besar yang bernama Army saja tidak tau.
“Aku yang gak suka kpop aja tau Army itu siapa, masa kamu gak tau sih. Army itu nama fans untuk BTS, bahkan Army itu mendua…”
“MENDUNIA,” teriak Yuna dan Lila membetulkan ucapan Jihan.
“Heheh iya itu maksudnya, ini lidah emang perlu di oprasi biar lebih bener,” kata Jihan mengusap mulutnya.
“Awas ya lo don, sekali lagi lo bilang suami gue pelastik, muka lo yang gue buat jadi pelastik lecek,” ancam Lila membuat Doni bergidik ngeri.
Drrtt …
Drrtt …
Drrtt …
Ponsel Yuna berdering, siapa lagi yang menelpon jika bukan bos menyebalkan bernama Alan.
Yuna menghela nafasnya sebelum mengangkat telepon tersebut.
“Hallo tuan…”
“Keruangan saya sekarang juga,” Alan langsung mematikan sambungan teleponnya, padahal Yuna belum menjawab apapun.
“Pak bos ya?” tanya Lila.
“Iya, gue duluan ya… kalian makan dulu aja ini sekalian gue bayarin semuanya,” ucap Yuna memberikan Lila uang untuk membayar makanan mereka ber 4.
Yuna segera memasuki ruangan bosnya setelah melangkah cepat dari arah kantin
ke lantai 20.
Tok Tok Tok
Pintu ruangan terbuka otomatis, Alan langsung menatap tajam Yuna.
“Permisi tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Yuna.
“Kamu sudah mulai lancang Yuna, seenaknya kamu pergi makan siang tanpa izin sama saya, kamu pikir siapa kamu yang seenaknya datang pergi sesuka kamu disini, kamu sekretaris kepercayaan saya bukan berarti kamu lalai dalam aturan saya Yuna,” tegas Alan.
padahal Yuna tidak membuat kesalahan sama sekali, hanya saja Alan merasa Yuna sudah keterlaluan tidak mengajaknya makan siang, mungkin karena sudah biasa makan siang berdua.
“Maaf tuan, tapi bukannya sudah jam istirahat dan semua karyawan berhak untuk makan siang,” jawab Yuna masih dengan nada sopan.
“Tapi kamu bukan karyawan biasa disini Yuna, kamu sekretaris saya, harusnya kamu lebih mementingkan saya lebih dulu dari pada kepentingan kamu,”
Ck… terus gue harus nunggu lo ajak makan gitu, duluan pingsan gue, batin Yuna.
“Maafkan saya tuan, lain kali saya tidak akan mengulangi kesalahan yang sama,”
“Saya gak mau lihat hal semacam ini lagi Yuna, kalau mau istirahat lapor ke saya dan harus atas persetujuan saya,” kata Alan.
“Baik tuan… kalau gitu saya permisi undur diri,” pamit Yuna.
“Kata siapa kamu boleh pergi dari sini, saya belum selesai bicara Yuna,”
Haduhh apalagi sih ni laki, PMS apa gimana sih sensi banget, batin Yuna.
“Kau atur pertemuan saya sama Laura, saya mau ajak dia kencan,” ucap Alan membuat Yuna langsung menatapnya.
Kencan? terus gue gimana… katanya mau nikahin gue, tapi malah mau kencan sama mbak Laura, batin Yuna.
“Baik tuan…”
“Satu lagi, kamu seperti biasa ikut temani saya, mungkin sekalian saya mau MELAMAR Laura,” Alan sengaja menekan kata melamar karena ingin melihat reaksi Yuna.
“Sepertinya gue salah ambil keputusan tadi,” gumam Yuna.
“Kenapa kamu diam?” tanya Alan.
“Gak tuan, saya cuma lagi mikir tempat romantis untuk kencan dan lamaran anda dan Mbak Laura,” bohong Yuna.
“Baguslah,”
Yuna langsung pamit keluar ruangan Alan dengan perasaan berkecamuk, entah kenapa hatinya sakit, dia pikir keputusan yang dia ambil sudah benar, tapi ternyata salah karena bosnya sudah akan melamar Laura.