loader image

Novel kita

Naughty Love (Love In Hokkaido) – Chapter 22

Naughty Love (Love In Hokkaido) – Chapter 22

Kesucian Yang Terenggut
77 User Views

 

Satu minggu ini aku melalui hari-hariku dengan lancar dan menyenangkan. Aku mulai terbiasa dengan keanggotaanku di club karate. Aku juga mulai menikmati saat latihan karate berlangsung. Hubunganku dengan Kaori semakin dekat. Ketika aku menceritakan hubunganku dengan Kyo, dia terlihat mendukung kami. Kaori memang gadis yang baik, aku sangat beruntung mengenalnya bahkan sekarang kami telah berteman.

Di mini market tempatku bekerja pun semuanya berjalan dengan lancar. Mini market selalu ramai akhir-akhir ini membuat bos kami sangat senang dan kami pun mendapatkan banyak keuntungan. Bosku memang sangat baik dan tidak pelit. Setiap mini market sedang ramai, dia pasti akan memberi kami uang lebih dan tak ragu-ragu membelikan kami banyak makanan. Kak Akane seperti biasa selalu mengagumi sosok Irie yang hampir setiap malam datang ke mini market kami. Ketika aku menceritakan hubunganku dengan Kyo pada Kak Akane, dia terlihat senang dan antusias mendukung kami. Hampir setiap malam dia selalu menanyakan perkembangan hubungan kami.

Bukan hanya itu, aku pun sudah mulai dekat dengan Kak Chika. Dia sering menghubungiku lewat telepon. Kini aku memanggil dia Kak Chika setelah mengetahui usianya dua tahun lebih tua dariku. Dia bukan siswa senior high school sepertiku. Melainkan seorang mahasiswa. Dia sudah berpacaran dengan Siky cukup lama. Berbeda dengan Kyo yang selalu berganti-ganti pacar, Siky rupanya seorang pria yang setia. Sudah tiga tahun dia menjalin hubungan dengan Kak Chika. Aku juga sempat kesal ketika Kak Chika memberitahuku banyak mantan Kyo yang menuntut ilmu di universitas yang sama dengannya. Bahkan mantan pacar terbaru Kyo sesaat sebelum dia berpacaran denganku, tidak lain merupakan teman sekelas Kak Chika di kampusnya. Aku tidak menyangka Kyo berpacaran dengan anak kuliahan juga.

“Hanna, pacarmu masih belum sampai?” tanya ibu, yang membuatku kembali tersadar dari lamunan.

“Barusan dia mengirim pesan, katanya sedang di jalan, Bu. Sebentar lagi dia sampai.”

“OK,” jawab ibu, riang.

Sebenarnya di hari minggu ini, aku akan mempertemukan Kyo dengan ibuku. Mendengar Kyo akan datang ke rumah kami, sejak pagi ibu sudah menyiapkan banyak makanan. Ibu melarangku untuk membantunya, dia justru menyuruhku untuk berdandan secantik mungkin. Ibu memang sangat baik dan pengertian, aku beruntung memiliki sosok ibu sepertinya.

Teng Tong … Teng Tong …

Aku berlari ke arah pintu begitu suara bel terdengar. Aku yakin pasti Kyo yang menekan bel itu. Begitu pintu terbuka, aku terbelalak ketika menatap sosok Kyo yang kini berdiri di hadapanku. Penampilannya sangat berbeda, warna rambutnya yang merah menyala itu kini berubah menjadi hitam pekat. Selain itu, pakaian yang dikenakan Kyo pun sangat sopan. Kaos polos berwarna putih dipadukan dengan celana hitam yang sangat pas di tubuhnya. Memperlihatkan betapa atletis tubuhnya.

“K-Kau benar Kyo, kan?” tanyaku, hampir tidak percaya dengan perubahan penampilannya.

Kyo memicingkan mata, “Bodoh. Memangnya kau pikir siapa lagi? Tentu saja ini aku,” bisiknya pelan di telingaku.

“T-Tapi …”

“Permisi!” Ucapnya dengan suara lantang, memotong perkataanku. Dia pun masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa meminta persetujuanku.

“Waah, jadi ini yang namanya Kyo?” Kata ibu dengan riangnya begitu melihat Kyo.

“Benar, Bibi. Salam kenal,” balas Kyo, seramah dan sesopan mungkin. Kyo pun menyerahkan beberapa bungkusan pada ibu.

“Kau tidak perlu repot-repot begini, Kyo. Ayo duduk, duduk. Hanna, temani Kyo. Ibu ke dapur sebentar!” teriak ibu. Aku pun mengajak Kyo untuk duduk. Entah apa isi bungkusan yang diberikan Kyo pada ibu, namun aku segera mengetahuinya ketika ibu memegang beberapa kue yang terlihat lezat di tangannya.

“Lihat Hanna, kue-kue ini pasti enak. Terima kasih ya, Kyo”

Kyo terkekeh pelan, “Sama-sama, Bi.”

Ibu menghidangkan semua makanan yang ada di rumah kami sehingga kini meja penuh dengan makanan. Kyo tanpa ragu mencicipi makanan yang sengaja dibuatkan ibu untuk menyambut kedatangannya. “Bibi memang pandai memasak. Semua makanannya enak. Sebenarnya aku juga pernah memakan bekal makan siang Hanna yang katanya masakan Bibi. Rasanya luar biasa, aku sangat menyukainya.” Ibu tersipu malu mendengar semua pujian Kyo.

“Waah, Kyo pandai memuji.” Wajah ibu bersemu merah, tersipu malu. Aku hanya memutar bola mata jadi teringat pada gadis-gadis di sekolah yang juga berekspresi seperti itu saat melihat Kyo, menyebalkan karena ibuku sendiri juga seperti itu. Sedangkan Kyo masih sibuk mencicipi makanan yang terhidang di atas meja.

“Oh, iya. Bibi dengar kalian pacaran ya sekarang?”

Kyo mengangguk tanpa ragu, “Benar,” jawabnya.

“Kenapa bisa Kyo menyukai Hanna? Bibi dengar dari Hanna, Kyo populer sekali ya di sekolah?”

Sungguh aku tidak menyangka ibu akan mengatakan itu pada Kyo. Aku jadi gugup sekaligus penasaran ingin mendengar jawaban apa yang akan diberikan Kyo.

“Tidak juga. Hanna terlalu berlebihan. Aku tidak sepopuler itu. Lagi pula, aku menyukai Hanna tanpa ada alasan apa pun. Aku menyukai semua yang ada pada diri Hanna,” jawab Kyo, yang membuat jantungku sukses terasa ingin melompat keluar dari rongga dada.

“Waaah, beruntung sekali Hanna memiliki pacar sepertimu. Terima kasih, Kyo. Hanna mungkin akan sering merepotkanmu. Tolong jaga dan lindungi dia ya. Bibi sangat percaya padamu.”

Kyo mengangguk disertai senyuman lebar, “ Tentu saja. Aku akan melakukan apa pun untuk menjaga dan melindungi Hanna.”

Yang kulakukan hanyalah mendengarkan pembicaraan mereka. Banyak hal yang dibicarakan ibu dan Kyo, bahkan ketika kami menyantap makan siang, mereka masih tetap mengobrol. Aku senang melihat kedekatan mereka. Ibu juga terlihat sangat menyukai Kyo.

Tak lama setelah kami selesai menyantap makan siang, Ibu berpamitan pada kami. Dia mengatakan ada sedikit urusan di kantor sehingga dengan terpaksa harus meninggalkanku berduaan saja dengan Kyo di rumah. Ya, aku memakluminya.

“Ibumu sangat baik dan ceria, ya? Berbeda sekali denganmu yang selalu menyendiri,” kata Kyo, tiba-tiba.

“Aku menyendiri karena dulu tidak ada seorang pun yang mau berteman denganku. Tapi berkat kau, sekarang aku memiliki banyak teman di sekolah. Terima kasih, Kyo.” Kyo hanya terdiam sambil menatapku tajam, membuatku seketika salah tingkah. “K-Kenapa menatapku seperti itu?”

“Hari ini kau terlihat cantik,” katanya, yang semakin menambah kegugupanku.

Dengan kepala tertunduk dan pastinya wajahku memerah, aku balas memujinya, “Kau juga, hari ini terlihat berbeda. Sudah kuduga kau semakin terlihat tampan dengan rambut aslimu.”

Dia memang terlihat lebih tampan sekarang. Rambut hitamnya membuat kulit putihnya semakin terekspos dengan jelas. Penampilannya yang sopan dan jauh dari kata urakan ini pun membuatnya terlihat semakin keren. Kyo yang selama ini selalu berpenampilan urakan di sekolah layaknya berandalan, dia yang selalu menggulung lengan kemejanya hingga ke siku. Lalu rantai yang dipasang di pengait ikat pinggang celananya. Selain itu, dia tidak pernah mengenakan dasi padahal di sekolahku siswa laki-laki diharuskan memakai kemeja dan dasi. Intinya penampilan Kyo selalu berantakan, meskipun begitu dia tetap terlihat keren membuat semua gadis di sekolahku mengidolakannya. Tapi dengan penampilan Kyo sekarang, aku yakin akan semakin banyak gadis yang mengejarnya. Tampaknya aku harus lebih berhati-hati.

“Hei, Hanna. Di mana kamarmu?” tanyanya, yang membuatku seketika terkesiap.

“K-kenapa menanyakan kamarku?” tanyaku curiga.

“Hanya ingin melihatnya. Kenapa? Tidak boleh?”

Untuk beberapa saat, aku hanya tertegun. Menimbang-nimbang haruskah aku membawanya ke kamarku. Tapi karena dia terus mendesak, akhirnya aku membawa Kyo ke kamarku.

Di dalam kamar, bola mata Kyo bergulir, menatap setiap sudut. “Waah, kau memajang jaket itu,” katanya begitu melihat jaket hitam miliknya tergantung di dinding. “Kamarmu memang kecil tapi nyaman juga.”

Aku mendengus pelan, “Tentu saja. Jangan samakan kamarku dengan kamarmu yang pastinya sangat luas,” kataku. Kyo hanya terkekeh. “Aku akan membawakan minuman dan camilan. Kau duduklah dulu,” ujarku, yang dibalas dengan anggukan olehnya.

Tak berapa lama, aku kembali dengan beberapa camilan dan minuman di tangan. Ketika aku memasuki kamar, betapa terkejutnya aku saat menemukan Kyo sedang duduk di atas tempat tidurku sambil membaca sebuah buku. Buku itu … sebenarnya aku senang menulis di saat senggang. Aku memang memiliki impian menjadi seorang penulis novel dan buku yang sedang dibaca Kyo adalah novel yang sedang aku tulis. Yang membuatku sangat malu karena di dalam buku itu aku menuliskan kisah cinta yang terinspirasi dari kisahku dan Kyo. Setelah kuletakkan camilan dan minuman di atas meja belajar, aku segera mendekati Kyo. Aku berusaha untuk mengambil buku yang sekarang berada di tangannya, tapi dia menggodaku dengan selalu menghindariku.

“Kembalikan, Kyo!”

“Kau suka menulis novel ya? Judulnya lucu sekali ‘My Prince’ hahaha,” ucapnya, mengejekku.

“Kembalikan buku itu!”

Aku berusaha keras merebut buku hingga kakiku tersandung ujung tempat tidur dan tanpa sengaja terjatuh dalam posisi menindih tubuh Kyo. Kami berdua terlentang dengan Kyo berada tepat di bawahku. Wajahku dan wajah Kyo sangat dekat, nyaris bersentuhan. Aku bahkan bisa merasakan embusan napasnya di kulit wajahku. Kyo memelukku erat dan membisikkan sesuatu di telingaku, “Aku sangat mencintaimu, Hanna.” Aku diam mematung, mendengarnya.

Lalu seolah tubuhku seringan kapas, dia mengangkatku dan merubah posisi kami. Kini Kyo-lah yang sedang menindihku. Dalam suasana seperti ini, mustahil jantungku bisa berdetak dengan normal. Jantungku sedang berpacu dengan cepatnya terlebih saat Kyo semakin mendekatkan wajahnya padaku, bahkan hidung kami mulai bersentuhan. Aku menutup serapat mungkin kedua mata, sudah dapat memperkirakan apa yang akan terjadi setelah ini. Namun, bukan ciuman pertama yang kurasakan melainkan rasa sakit pada kening karena Kyo menyentil keningku sekuat tenaganya.

“Hahaha, bodoh. Kenapa kau menutup kedua matamu?” katanya, lagi-lagi mengejekku.

Aku memberengut, sebal. “Huuh, kau ini menyebalkan sekali,” kataku ketus.

“Kenapa? Kau kecewa aku tidak jadi menciummu?” tanyanya sambil tertawa terbahak-bahak.

“Siapa bilang? Tentu saja tidak.” Sungguh aku malu sekali. Rupanya sejak awal dia tidak berniat menciumku, dia hanya ingin menggodaku. Aku kesal karena aku telah tertipu olehnya.

Namun, aku dibuat tak berkutik saat tanpa aba-aba Kyo benar-benar menciumku kali ini. Hanya ciuman seringan bulu pada awalnya, tapi berubah penuh menuntut di detik berikutnya. Aku tak mampu menolak, Kyo sungguh ahli dalam hal mencium. Walau hatiku sedikit kesal karena berpikir mungkin dia sering melakukan ini pada mantan-mantan kekasihnya. Kyo baru melepaskan ciumannya saat pasokan udara di paru-paru kami nyaris tersedot habis, deru napas kami naik-turun dengan cepatnya.

Awalnya, aku pikir momen ini akan berakhir setelah ciuman kami terlepas, tapi yang terjadi sungguh di luar perkiraanku. Jajahan bibir Kyo kini merambat ke leher dan tulang selangkaku. Aku menggelinjang, ribuan kupu-kupu seperti beterbangan di dalam perutku karena sentuhan bibirnya yang hangat dan lembut. Aku terlena karena inilah pertama kalinya ada pria yang menyentuhku seintim ini. Beruntung akal sehatku masih berfungsi dengan baik, aku mendorongnya perlahan agar dia berhenti.

Kyo menatapku intens, sorot mata tajamnya berubah penuh kilatan gairah yang tengah memuncak. Aku takut bukan main, ini salah. Kami tidak boleh melakukan sesuatu yang terlewat batas.

“Kyo … aku …”

“Sssttt …” Dia meletakan jari telunjuknya di bibirku. “Hanna, kau mencintaiku, kan?”

Ditanya seperti itu olehnya, aku hanya bisa mengangguk karena faktanya aku memang mencintai pria ini dengan sepenuh hatiku.

“Aku juga mencintaimu. Sekarang, aku sangat menginginkanmu.”

“Tapi, Kyo. Kita …”

Kyo membungkam bibirku dengan bibirnya sebelum sempat kuselesaikan perkataanku yang masih menggantung di tenggorokan. Kyo kembali melancarkan serangannya, kali ini dengan berani menelusupkan salah satu tangannya masuk ke dalam kaos yang kukenakan. Aku menggeliat gelisah antara panik, takut tapi tak kupungkiri menikmati semua perlakuan lembutnya. Hingga akal sehatku melayang entah kemana. Aku bahkan tak menyadari sejak kapan semua kain yang melekat di tubuhku, terlepas. Begitu pun dengannya yang kini sama tampil polos sepertiku.

Walau aku tahu ini tidak benar. Walau aku tak memungkiri ini kesalahan besar, tapi sungguh … gairah ini seolah membakar kami berdua. Selanjutnya hanya suara desahan dan erangan di dalam kamar yang menjadi saksi bisu kami berdua melakukan penyatuan untuk pertama kalinya.

Naughty Love (Love In Hokkaido)

Naughty Love (Love In Hokkaido)

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023

Sakuragi Hanna sering dibully teman-teman sekelasnya hanya karena dirinya bisa menuntut ilmu di sekolah elit itu berkat beasiswa yang dia dapatkan. Hingga pertemuannya dengan Masakazu Kyo, mengubah segalanya.

Pemuda itu merupakan most wanted sekolah yang digilai para gadis meski penampilannya urakan. Dan siapa sangka pemuda badboy itu selalu membantu setiap Hanna diganggu, bagaikan seorang pahlawan. Namun kebaikan Kyo, perlahan tapi pasti menumbuhkan rasa cinta di dalam hati Hanna. Sedangkan Kyo, selalu bersikap biasa seolah Hanna hanya sebatas teman baginya. Jadi, bagaimanakah Hanna menjalani hubungannya yang terjebak friendzone dengan Kyo? Mungkinkah pertemanan mereka bisa berubah menjadi kisah cinta?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset