loader image

Novel kita

Pawang Presdir – Bab 7

Pawang Presdir – Bab 7

Mata Ternodai
81 User Views

 

Pemandangan yang disaksikan Erin berupa kumpulan pria dan wanita yang seumuran Erin, bahkan ada yang lebih tua. Mereka melakukan kegiatan yang tidak pantas dilihat oleh umum. Ada pria yang sedang memainkan dua aset masa depan bagian atas dari wanita dengan terang-terangan. Ada juga yang berpelukan tidak biasa dengan adanya lenguhan aneh.

Erin merasa ternodai lagi matanya. Cukup gila ternyata perkumpulan kepribadian lain dari Edward sekarang. Entah apa yang dilakukan selanjutnya, Erin masih tak sanggup bergerak dari tempatnya. Ia terlalu takut dengan situasi di sana.

“Kenapa kau di sini? Aku sejak tadi memanggilmu?” Alex mendekati Erin.

“Maaf, bisakah aku menunggu di sini saja?” Erin mencoba memohon. Walaupun kemungkinan disetujui oleh Alex sangat kecil.

“Tidak. Kau harus ikut bersamaku. Pengasuh sebelumnya juga melakukan tugas seperti ini.” Alex menarik tangan Erin dengan cukup berat. Jelas sekali Erin memberatkan diri untuk tidak mudah ditarik Alex.

Kekuatan Alex cukup besar dibanding Erin, ditahan sekuat apapun pasti mudah ditaklukkan oleh Alex. Erin merapalkan doa pada Tuhan untuk meminta perlindungan, karena sejak tadi Erin melihat wanita di sana diperlakukan rendah. Sayangnya wanita yang ada di sana terlihat menikmati setiap sentuhan yang diberikan.

“Siapa dia?” tanya teman Alex yang tampak berminat menatap Erin.

Erin yang ditatap dengan penuh nafsu merasa direndahkan. Ia segera menunduk. Tatapan pria yang ada di sana tampak menakutkan, seperti akan melepaskan apapun yang dimiliki Erin.

“Biasa, pengasuh baru. Edward pengecut itu tidak mungkin membiarkanku pergi sendiri.” Alex menjawab dengan santai.

“Ck! Itu mungkin hanya alasanmu belaka. Pasti kau yang tidak betah dengan kesendirian.”

“Mau aku gantung lagi di sana? Tapi … kali ini langsung aku jatuhkan ke Jurang.” Alex menunjuk ke arah pohon yang terdapat tali seperti permainan flying fox.

Erin ikut memperhatikan apa yang ditunjuk Alex. Jika siang hari, mungkin seru bermain hal tersebut. Namun mendengar ada kata ‘jurang’ membuat Erin merinding.

“Ck! Kekanakan. Kau pikir hanya kau saja yang berani membunuh? Aku pun bisa membunuhmu.”

“Mau coba sekarang?” Alex justru menantang temannya.

“Sudahlah … aku hanya bercanda.” Teman Alex tampak menepuk-nepuk pundak.

“Dasar pengecut!” Alex tersenyum remeh dengan melepaskan tangan temannya.

Erin tidak ikut campur dengan pembicaraan Alex. Ia harus bersikap kooperatif sekarang, agar tidak terjadi hal buruk padanya.

“Ayo kita minum dulu!”

“Nanti saja setelah balapan. Ayo mulai! Aku sudah tidak sabar, Aslan!” Alex mendesak Aslan.

“Oke.” Aslan kemudian berbalik menghadap teman-temannya yang lain. “Ayo semua! Kita mulai!”

Ketika Aslan berbicara mulai, maka seluruh orang yang sedang asyik bermesraan membubarkan diri. Erin kembali mengikuti Alex dan Aslan yang berjalan terlebih dahulu.

Tangan Erin tiba-tiba ditarik oleh salah satu wanita. Terpaksa Erin menyelaraskan langkahnya dengan wanita itu.

“Kenapa ya?”

“Anak baru ya?”

Erin mengangguk.

“Ini!” Erin diberikan sebuah bungkusan kecil seperti permen.

“Terima kasih.”

Hanya sebuah senyuman miring yang dipancarkan oleh wanita itu, lalu berjalan kembali meninggalkan Erin. Erin pun ikut berjalan kembali.

“Makan saja permennya. Nanti bisa membuatmu rileks.” Bisik wanita lain yang melewati Erin.

Rasa penasaran Erin membuat dirinya membuka sebungkus permen itu. Detik berikutnya Erin melahapnya. Ia menyesap permen tersebut. Rasanya cukup asing di lidah Erin. Permen tersebut baru saja ditemui oleh Erin. Saat tertelan airnya pun, terasa sedikit panas direnggorokan.

Bugh!
Punggung Erin dihantam keras hingga mengeluarkan permen yang dimakannya. Pelakunya adalah Alex.

“Jangan makan sembarangan!” Alex menarik tangan Erin kembali untuk mengikutinya.

Erin keluar dari area hutan bersama dengan yang lain. Rasa pusing tiba-tiba melanda kepala Erin. Entah ada campuran apa yang ada di dalam permen yang hanya dirasakan beberapa menit tadi.

Tiba-tiba mata Erin terasa berbeda dari biasanya. Ia menatap orang-orang yang tengah berdiri di sana seperti ada bayangan.

“Astaga! Kenapa lelet sekali?” Alex lagi-lagi harus menarik Erin masuk ke dalam mobil.

Erin yang merasa ingin bersentuhan terus dengan Alex saat merasakan genggaman tangan Alex. Perlahan Erin memejamkan dan membuka mata untuk mengambil kesadaran. Ia mulai paham jika dirinya berubah aneh. Namun Erin tidak bisa menghentikannya.

Tidak hanya sentuhan tangan Alex yang membuat Erin merasakan tidak menentu perasaannya. Melainkan aroma parfum yang menyeruak di dalam mobil menambah gairah Erin. Tanpa permisi, Erin menarik tubuh Alex.

“Apa yang kau lakukan? Aku akan harus mulai.” Alex mendorong tubuh Erin.

Erin yang terbentur kursi merasa tidak bisa menguasai tubuh. Ia melihat Alex sebagai sesuatu yang menggairahkan. Tak gentar sampai di situ saja, Erin mendekati Alex kembali.

Cup!
Sebuah kecupan mendarat di pipi Alex dengan susah payah. Alex memundurkan kembali tubuh Erin, lalu memakaikan sabuk pengaman pada Erin.

Erin memberontak dengan terus berusaha memeluk Alex. Segala umpatan diloloskan dari bibir Alex atas perubahan Erin.

“Wanita sialan! Awas saja kalau mereka tertangkap!” ucap Alex dengan berusaha mengikat tangan Erin dengan sabuk miliknya. Ia tidak bisa membiarkan tangan Erin terlepas, karena akan mengganggu Alex mengemudi.

Alex yang terlambat start balapan langsung menancap gas. Erin masih terus bergerak melepaskan diri.

“Diam bodoh!” bentak Alex pada Erin yang mengganggu konsentrasinya. Ingin rasanya Alex menurunkan Erin. Namun tidak ada waktu. Lagipula kelebihan Alex selama ini adalah berkendara dengan membawa seseorang.

Erin yang sejak tadi tampak gusar. Berusaha diam dengan menggigit bibir bawahnya. Kesimpulan yang ada di otaknya hanya tertuju pada permen yang dimakan. Bahkan untuk menarik kesimpulan saja Erin harus menahan rasa pusing luar biasa.

‘Aku harus lawan ini semua!’ yakin Erin dalam batinnya sembari mencoba membuat dirinya lebih tenang dan menghilangkan fantasi akan hal yang menggairahkan. Baru saja ingin menenangkan diri, guncangan yang diciptakan dari kecepatan mobil melaju membuat Erin merasa pening.

Alex tidak peduli akan keadaan Erin. Matanya hanya fokus menatap ke depan. Satu per satu teman Alex berhasil didahului. Tersisa tiga orang yang ada di depan. Hal itu membuat Alex semakin menambah kecepatannya.

Tindakan Erin dalam mengendalikan dirinya cukup membuahkan hasil. Ia bisa mengendalikan tubuhnya agar tidak berfantasi hal menggairahkan.

Tooot! Tooot!
Suara klakson yang berasa dari truk besar terdengar berkali-kali. Erin merasa berada di jalur yang salah. Benar saja, dari kejauhan ada sinar yang lebih terang dari mobil Alex.

“Kau gila? Kau melawan arah?” Erin melayangkan protes keras pada Alex saat menyadari jika jalur Alex berlawanan arah dari biasanya.

“Aku bilang diam! Berisik sekali!” Alex terus berkonsentrasi dengan kemudinya.

Erin membelalakkan mata saat di depannya ada truk besar yang menyorotkan lampu cukup terang. Alex tak langsung menghindar. Berbeda dengan ketiga mobil teman Alex yang berada di depan, langsung banting setir ke kanan dan ke kiri.

“Alex!” bentak Erin saat melihat truk tampak akan oleng ke arah kanan.

“Inilah saatnya!” seru Alex dengan tetap konsentrasi menancap gas.

Erin memejamkan mata. Ia tidak sanggup melihat apa yang akan terjadi padanya. ‘Ayah … Erin minta maaf atas segala kesalahan Erin,’ batin putus asa.

Pawang Presdir

Pawang Presdir

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
'Kau bayar dengan tubuhmu, atau membiarkan ayahmu mati?' Kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Erin sepanjang jalan. Erin tidak bisa menentukan pilihan saat ini. Di antara dua pilihan tidak ada yang memberi dampak positif. Jika memilih membayar dengan tubuh, sama artinya Erin akan membunuh ayahnya secara perlahan. Jika tidak memilih, maka akan membunuh sang ayah lebin cepat. Pilihan terlalu sulit baginya, hingga membuat frustrasi. Namun Tuhan tidak diam, Erin diberi jalan lain. Sebuah tawaran dari pria misterius dengan bayaran cukup fantastis datang pada Erin. Hanya persoalan utamanya, Erin harus mengendalikan orang yang bisa saja  merenggut segalanya dari Erin. Pilihan mana yang akan diambil oleh Erin? Lalu, bagaimana kehidupan selanjutnya yang dijalani Erin?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset