loader image

Novel kita

Pemilik Aroma Bunga Kantil + Bab 3

Pemilik Aroma Bunga Kantil + Bab 3

Awal Petualangan
74 User Views

Vilia, Venna, Zahra, Nadira, Fathur, Reza, Fathan, dan Raiden sudah berkumpul di Mansion milik Vilia. Mereka sudah siap untuk berangkat liburan ke Hutan X, rencananya mereka akan berada di sana 1 bulan. Vilia, Venna, Zahra dan Nadira sudah masuk mobil duluan. Raiden dan Fathan duduk bersama di depan, sedangkan Reza serta Fathur duduk di tengah.

Perlengkapan dan logistik sudah mereka taruh di bagasi mobil, mobil milik Raiden ini fiturnya sangat lengkap dan memudahkan segalanya. Ada tempat untuk men-charge ponsel, dan lainnya. Sebelum berangkat mereka sarapan bubur instan di mobil dan ditemani dengan segelas kopi dan susu jahe hangat yang menghangatkan tubuh.

“Kita berangkat sekarang ya,” ujar Fathur.

“Benar. Kita harus pergi ke Hutan X secepatnya agar tidak terlalu sore sampainya. Kita berdoa dulu saja. Berdoa mulai,” ujar Zahra.

Mereka pun khusyuk dalam berdoa, lalu akhirnya pergi meninggalkan Mansion menuju Hutan X. Sepanjang perjalanan mereka mengisi dengan bernyanyi, bercanda tawa, dan keseruan lainnya.

“Sebentar lagi kita sampai di Supermarket. Aku akan mentraktir kalian belanja sepuasnya untuk menambah perbekalan,” ujar Fathur.

Venna menyenggol lengan Vilia, Vilia melirik dan mengernyitkan dahinya.

“Ada apa?” tanya Vilia.

“Fathur mau traktir kita sepuasnya. Dia baik banget ya,” balas Venna dengan senyuman khasnya.

“Ish kamu apa-apaan sih. Biasa saja,” ujar Vilia dengan nada tenang, terkesan sangat cuek.

Venna tersenyum puas dan di dalam otaknya dia memikirkan banyak rencana, untuk menyatukan Vilia dan Fathur pada hubungan yang serius.

“Vilia masih belum ingin membuka hatinya. Setelah kejadian beberapa tahu lalu,” batin Venna.

Venna menghela nafas panjang dan kembali fokus menatap pemandangan alam.

***

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang, setelah berhenti di Supermarket selama satu jam, mereka melanjutkan perjalanan kembali.

“Kita akan berhenti di Warung itu sebentar untuk makan siang,” ujar Fathur.

“Baiklah.”

Fathur pun memberhentikan mobilnya di sebelah warung.

“Ayo kita turun. Makan siang dahulu,” ujar Fathan.

Mereka pun turun dan langsung masuk ke dalam warung, kedatangan Vilia dan teman-temannya disambut hangat oleh sang pemilik.

“Ibu belum pernah melihat kalian sebelumnya. Kalian ini dari kota ya?” tanya sang Ibu dengan logat Sunda yang sangat khas.

“Iya, Ibu. Kami dari kota dan kebetulan sedang menuju tempat berlibur,” balas Vilia.

“Mau liburan kemana kalian?” tanya Ibu itu.

“Kami berencana ke Hutan X. Kebetulan segalanya sudah dipersiapkan,” balas Vilia.

Sang Ibu terlihat sangat terkejut dengan perkataan Vilia.

“Boleh kalau mau kesana tetapi tingkah laku, etika, dan perkataan Ibu mohon di jaga ya nak,” ujar Ibu tersebut.

“Baik, Ibu. Kami akan menjaga tingkah lalu, etika, dan perkataan kami,” ujar Fathur.

Ibu itu tersenyum.

“Kalian mau pesan makanan apa?” tanya Ibu tersebut.

“Kami mau makan nasi rendang dan jus lemon,” balas Venna.

Ibu itu mengangguk dan mencatat pesanan dari anak-anak muda dihadapannya lalu memutuskan untuk pergi ke dapur.

Vilia, Venna, Zahra, dan Nadira memutuskan untuk mengobrol sedangkan Fathur, Fathan, Raiden, dan Reza bermain game di ponsel mereka.

“Berapa lama lagi ya. Kita akan sampai di Hutan X. Aku jadi mengantuk,” ujar Nadira.

“Sepertinya 2 sampai 3 jam lagi kalau dari informasi yang aku dapat,” ujar Vilia.

“Masih jauh sekali ya,” ujar Venna.

“Jika kita ingin melihat hal yang indah di Alam. Tentu saja harus sabar,” sahut Zahra.

“Benar apa yang dikatakan Zahra, Venna. Kita harus sabar,” ujar Nadira.

Vilia dan Zahra saling melemparkan senyuman. Tak lama kemudian Ibu itu datang kembali dan memberikan pesanan, pada Vilia, Zahra, Venna, dan Nadira.

“Terimakasih, Ibu,” ujar Vilia, Zahra, Venna, dan Nadira.

“Sama-sama nak. Makanlah dahulu kalian harus mengisi tenaga bukan?” tanya Ibu itu.

“Benar, Ibu. Maaf sebelumnya kami ingin tahu namamu,” ujar Vilia.

“Nama Ibu, Hasna. Kalian bisa panggil Ibu Asna,” ujar Ibu Hasna.

“Baiklah, Ibu Hasna. Kami makan dulu,” ujar Vilia dengan nada sopan.

Ibu Hasna tersenyum lalu pergi ke depan.

***

Ibu Hasna tampak sedang menemui kakek tua dengan pakaian putih bersih.

“Siapa mereka?” tanya Kakek itu.

“Pendatang dari kota, Pak. Mau berlibur ke Hutan X,” balas Ibu Hasna.

“Berikan peta ini pada mereka. Agar nantinya tidak tersesat saat berada di Hutan X. Hutan itu belum terjamah siapapun, bila ada yang datang kesana mereka akan kembali pulang dengan meninggalkan jejak di sana,” jelas Kakek itu.

“Apa kedatangan mereka tidak disukai oleh penguasa Hutan X?” tanya Ibu Hasna.

“Tentu saja kedatangan mereka sangat ditunggu oleh sang penguasa, Hasna. Perjalanan mereka kali ini akan menjadi ujian terbesar untuk bertemu dengan sang Ratu,” balas Kakek itu.

Kakek tua berpakaian putih itu pun pergi, meninggalkan Ibu Hasna yang tampak termenung sendirian. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, dan kini sudah menunjukkan pukul satu siang. Vilia dan teman-temannya sudah selesai makan, mereka akan melanjutkannya perjalanan kembali.

“Ibu Hasna. Kami pamit dahulu ya,” ujar Vilia, Zahra, Venna, dan Nadira.

“Hati-hati ya nak. Banyak berdoa dan pikiran tidak boleh kosong,” ujar Ibu Hasna.

Vilia, Zahra, Venna, dan Nadira mencium tangan Ibu Hasna lalu berjalan menuruni anak tangga.

“Ibu Hasna. Hutan X apakah masih lama sampainya?” tanya Raiden dan Reza.

“Dua jam lagi sampai nak. Jangan lupa sebelum masuk Hutan kalian ucapkan salam dan berdoa dahulu. Di sana ada gubuk kecil lengkap dengan fasilitasnya. Lebih baik bermalam di sana saja,” ujar Ibu Hasna.

“Baik, Ibu. Kami paham dan akan bermalam di sana,” ujar Fathur dan Fathan.

“Ada peta Hutan X. Kalian bawa saja agar tidak tersesat,” ujar Ibu Hasna.

“Terimakasih ya, Ibu. Kami pamit pergi dahulu,” ujar Raiden dan Reza.

“Assalamualaikum,” ujar Fathur dan Fathan.

“Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Hati-hati di jalan nak,” ujar Ibu Hasna.

Raiden, Reza, Fathur, dan Fathan pun pergi. Kini mereka sudah berada di dalam mobil.

“Ibu Hasna memberikan peta Hutan X agar kita semua tidak tersesat. Beliau juga berpesan agar kita bermalam di Gubuk yang ada di Hutan X,” ujar Raiden.

“Ibu itu memang sangat baik. Nanti saat mau pulang kita mampir dulu ya ke tempat Ibu Hasna,” ujar Vilia.

“Tentu saja. Kita pasti merindukan beliau,” ujar Fathur.

Vilia menatap Fathur dengan tatapan malas, lalu dia memutuskan untuk tidur. Venna hanya menghela nafas panjang, dia akan berbicara berdua saja dengan Fathur setelah sampai di Hutan X.

Raiden sedang fokus mengemudikan mobilnya, sedangkan Reza yang berada disebelahnya sibuk dengan Tablet miliknya.

Mereka melewati jalanan yang tertutup dengan pohon besar yang rimbun,suasana di jalan itu sangat gelap. Bahkan Raiden menghidupkan lampu mobil,agar tidak menabrak pohon.

Pemilik Aroma Bunga Kantil

Pemilik Aroma Bunga Kantil

Score 10
Status: Ongoing Type: Author: Released: 2023
Semua berawal dari rasa penasaran Vilia dan Venna yang mengajak keenam temannya, pada Hutan X yang berada di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Awal perjalanan mereka baik-baik saja, tetapi di saat pertengahan perjalanan semua berubah menjadi mengerikan, mencekam, dan menakutkan. Tersesat, terpisah, bahkan terbawa ke dunia lain. "Aku ingin pulang!" jeritnya pilu. "Aku tidak mau berada di sini lebih lama!" Mampukah mereka keluar dari Hutan X tersebut, dan siapakah wanita cantik yang memiliki aroma bunga kantil tersebut?

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!

Options

not work with dark mode
Reset